Al Kisah seorang tukang kayu menemukan sejenis
kayu yang bagus. Ia bawa ke suatu tempat dan di tempat itu secara kebetulan ada
seorang pemahat dan pembuat patung dan kayu, maka kayu tadi dipahat dan
dibentuknya menyerupai seorang gadis yang cantik. Setelah pekerjaan usai maka
patung kayu gadis cantik tadi dibawa kepada seorang penjahit untuk dibuatkan
baju dan hiasan serta asesoris seperlunya. Maka singkat cerita jadilah patung
tadi persis seperti manusia biasa yang berwujud seorang gadis cantik. Hanya
sayang ia tetap benda mati, tidak mempunyai ruh.
Sampai suatu ketika lewatlah seorang
da’i yang ‘aiim dan wara’. Ketika melihat hasil pekerjaan tangan
tukang kayu tadi, pemahat dan penjahit maka ia pergi melaksanakan shalat dan
setelah itu ia berdoa. Dalam munajatnya ia memohon kepada Allah Swt. agar
meniupkan ruh kepada patung kayu wanita itu. Maka dengan izin Allah Swt. patung
itu hidup dan wujud sebagi seorang gadis yang cantik.
Melihat peristiwa ini si tukang kayu, pemahat
dan penjahit menjadi berhasrat memiliki gadis cantik itu. Akhirnya mereka
bertengkar memperebutkan gadis cantik jelmaan patung kayu itu. Si tukang kayu
merasa dialah yang paling berhak memiliki wanita itu karena kalau tidak ada kayu
maka mustahil ada patung kayu wanita itu. Si Pemahat berargumen bahwa ialah yang
paling berhak memiliki gadis cantik itu karena dialah yang telah memahat dan
membentuknya menjadi patung seorang gadis. Si Penjahit pun ngotot bahwa dialah
yang berhak memiliki gadis itu sebab ia merasa yang paling berjasa membuatkan
baju dan perhiasan sehingga patung kayu tadi menjadi mirip seperti gadis cantik
layaknya manusia biasa. Mereka semua tidak menyadari bahwa kalau patung itu
meskipun cantik tetapi tanpa ruh tetap tidak ada nilainya untuk
dinikahi.
Maka saat pertengkaran memuncak dengan izin
Allah Swt. gadis cantik itu kembali menjadi seonggok patung kayu. Dengan
demikian yang paling penting dalam setiap amalan adalah ruhnya. Ruh ini akan
tumbuh di atas keyakinan yang mantap dan keyakinan (iman) ini akan datang hanya
dengan da’wah.