Kita mesti bersyukur kepada Allah SWT, yang
telah mengenalkan usaha yang mulia yakni usaha anbiya as untuk mengenalkan iman
kepada setiap manusia ke seluruh alam.Untuk memahami maksud kerja ini perlu
pengorbanan. Maka korban seseorangyang terbiasa berbicara di mimbar adalah
ketika ia diputus oleh amir untuk menjadi khidmat, melayani anggota jamaah yang
lain, menyiapkan makanan-minuman, mencuci piring dan gelas. Dan korban seorang
yang tidak terbiasa berbicara di depan adalah ketika ia di putus untuk bayan.
Semua pengorbanan ini insya Allah akan mendatangkan hidayah.
Pernah suatu ketika seorang Perancis keturunan
Arab bergabung dalam rombongan. Suatu saat ia diputuas untuk bayan. Orang-orang
mengira bahwa ia adalah orang yang pintar dalam agama. Mulailah ia berbicara di
mimbar. Setelah selesai dengan pembukaan, tidak sepatah katapun keluar dari
mulutnya. Mukanya pucat-pasi. Air mata seakan-akan mau keluar dari matanya. Maka
salah satu yang hadir dalam masjid tersebut segera angkat bicara, “Wahai
Tuan-tuan. Lihatlah! Orang ini dilihat dari raut wajahnya masih keturunan nabi
insya Allah. Ia sangatlah mencemaskan dan memikirkan kondisi kita yang hadir di
sini, sehingga tidak ada satu patah katapun yang mampu keluar dari mulutnya.
Beliau memikirkan bagaimana kita yang hadir ini dapat mengambil kerja dalam
usaha ini. Maka Tuan-Tuan marilah kita semua yang hadir untuk turut serta keluar
di jalan Allah seperti yang telah dilakukan Saudara kita.” Ajaib, seluruh jamaah
yang hadir kemudian menyatakan diri untuk bergabung dan mengambil usaha ini saat
itu juga. Dalam kita keluar di jalan Allah ini mestilah memiliki maksud dan
tujuan sbb :
1. Ishlah diri
2. Mengeluarkan jamaah cash
3. Menghidupkan maqami
Da'wah yang diterima oleh Allah SWT,
sebagaimana shalat, adalah da'wah yang tertib mengikuti arahan masyaikh dan
orang-orang yang telah ambil usaha ini lebih dahulu.
Di Pakistan dan India selalu di serukan setiap
kali orang keluar di jalan Allah untuk selalu berjalan di atas tertib.Ta'lim
mestilah dilakukan dalam masa 4 (empat) jam dalam sehari semalam.Ta'lim pagi dan
dilanjutkan ta'lim sesudah dhuhur atau menjelang ashar.Dalam ta'lim yang 4
(empat) jam tersebut mestilah ada halaqah qur'an selama 30 menit dan mudzakarah
6 (enam) sifat selama 1 (satu) jam. Halaqah qur'an sesuai tertib adalah dibagi
menurut banyaknya jumlah orang dalam jamaah yang telah bisa membaca qur'an
secara tertil benar tajwid maupun makhrajnya. Apabila dalam jamaah hanya ada 1
(satu) orang yang bisa membaca dengan tartil dan benar tajwid maupun makhrajnya
maka cukuplah dibentuk 1 (satu) halaqah saja. Bukan untuk semata-mata mengejar
10(sepuluh) surat terakhir. Di Pakistan dan juga India setiap orang yang keluar
di jalan Allah taruhlah semasa 40 (empat puluh) hari, maka diharapkan di setiap
harinya setiap anggota rombongan minimal mampu mengahafal 1 (satu) ayat dengan
benar mahraj maupun tajwidnya. Sehingga diharapkan dalam masa 40 (empat puluh)
hari setiap anggota jamaah yang keluar telah memiliki tambahan hafalan baru
sebanyak 40 (empat puluh)ayat. Sehingga apabila seseorang telah selesai keluar
40 (empat puluh)hari, ketika pulang kembali ke mahalah (masjid di mana ia
tinggal), saat imam masjid berhalangan hadir, ia diharapkan mampu untuk
menggantikannya sebagai imam.
Metode ini telah dipraktekkan oleh seorang
profesor yang mengajar di salah satu universitas di India sehingga dalam waktu 5
(lima)tahun beliau telah mampu menghafal keseluruhan al-Qur'an. Kemudian juga
menjadi tugas amir adalah untuk memastikan anggotanya selama keluar 40(empa
puluh) hari itu bisa minimal khatam qur'an 1 (satu) kali. Perkara penting
berikutnya dalam ta'lim adalah mudzakarah 6 (enam) sifat.Dalam mudzakarah ini
haruslah diberikan kesempatan setiap anggota jamaahminimal 15 (lima belas)
menit, sehingga dalam mudzakarah 6 (enam) sifatini maksimal pembentukan
halaqahnya adalah 4 (empat) orang yang berartidalam 1 (satu) jam setiap orang
dalam halaqah tersebut memiliki kesempatan15 (lima belas) menit. Sangatlah
sayang apabila tertib ini tidak dijalankan sebagaimana mestinya sehingga telah
banyak kita jumpai banyak karkun yang telah keluar panjang pun masih mencontek
buku, belum bisa menghafal 6 (enam) sifat ini, padahal maksud keluar yakni
ishlah diriadalah bagaimana ke-6 (enam) sifat tersebut ada pada diri kita. Dan
tangga pertama untuk mewujudkan 6 (enam) sifat tersebut adalah dengan
menghafalnya.
Pertolongan Allah bersama jamaah Setiap
anggota jamaah mestilah selalu diberi tahu untuk senantiasa mengutamakan
amal-amal ijtima'i (bersama) dibandingkan amal-amal infiradhi(individu). Amal
ijtima'i ini akan mendatangkan pertolongan Allah. Ulama mengatakan bahwa
seandainya dahulu Thariq bin Ziyad dan salah satu panglima perang lainnya tidak
berpecah hati dan mengutamakan jamaah, maka hari ini akan kita lihat Eropa telah
menjadi milik umat Islam. Kurang perhatian pada amal ijtima'i telah menghentikan
nusrah (pertolongan AllahSWT, sehingga perkembangan Islam terhenti. Kemudian,
bagaimana kita buat amalan bayan (ceramah penerangan maksud keluar di jalan
Allah) kepada jamaah tempatan? Hal ini perlu dan mesti memperhatikan situasi dan
kondisi tempatan. Waktu bayan mestilah tidak terlalu panjang. Cukup 15-20 menit,
terkecuali situasi tempatan memang memungkinkan. Dalam bayan mestilah ada
tasykil. Akan tetapi tasykil yang bijak. Kita tawarkan kepada orang-orang
tempatan untuk memnemani kita selama 3 (tiga) hari di masjid mereka. Atau
bolehlah dengan kalimat,“Bapak-bapak kami serombongan ini keluar selama 40
(empat) puluh hari untuk ishlah diri untuk belajar mengikuti da'wah dan sunnah
nabi serta sahabat, maka kami mengajak Bapak-Bapak untuk menyertai kami semasa
ada waktu.” Jangan menyerukan di atas mimbar tasykil seperti dimarkas untuk
keluar 4 (empat) bulan, 40 (empat puluh) hari. Mereka yang belum paham akan lari
dari jamaah dan akibatnya ketika masjid di datangi rombongan orang-orang enggan
untuk masuk masjid.
Takut tasykil. Kalau kita saja yang telah
ambil usaha ini seringkali takut untuk ditasykil, apala lagi mereka-mereka yang
belum pernah keluar sama sekali. Tasykil yang lebih efektif adalah ketika
dilakukan secara infiradhi, face to face. Maka setiap anggota rombongan
hendaknya mendekati orang per orang. Bicara dari hati ke hati dengan penuh
perhatian dan kasih sayang.Orang yang telah tertasykil dan ia telah menyatakan
keniatannya untuk bergabung dalam usaha ini mestilah ditindaklanjuti dengan
ushuli(mendatangi untuk maksud mengajak) keluar sesuai waktu yang telah ia
cadangkan. Saat di Pakistan, pernah mendapatkan tasykilan di suatu masjid. Maka
ketika telah sampai pada tanggal yang dimaksud,seorang Pakistan yang mendampingi
jamaah telah membangunkan di saat dinihari untuk ushuli ke orang tersebut karena
jarak masjid yang cukup jauh dan ini merupakan jamaah jalan kaki sehingga perlu
waktu yang lama untuk sampai ke rumah orang tersebut. Ushuli merupakan wujud
tanggung jawab kita setelah seseorang yang kita tasykil menyambut ajakan kita.
Mestilah juga selalu ditekankan bahwa amalan
ini bukanlah amal sesuatu golongan. Amalan ini adalah amalan masjid dan
merupakan kerja setiap orang Islam. Maka setiap kali rombongan datang ke masjid
mestilah mengusahakan agar amalan masjid Nabi bisa terlaksana di tempat
tersebut. Yakni da'wah,ta'lim wa ta'alum, dzikir ibadah dan khidmat. Maka di
setiap masjid yang ditempati minimal kita usahakan hidup ta'lim kitabi fadhilah
a'mal.Sehingga kesungguhan dan kesemangatan umat untuk mengamalkan agama wujud
dalam masyarakat masjid tersebut.Bagaimana ketika kita pindah masjid? Ketika
kita telah sampai ke masjidyang kita tuju hendaknya pertama-tama adalah kita
dirikan shalat tahiyatulmasjid 2 (dua) rakaat dan diikuti shalat hajat 2 (dua)
rakaat dengan permohonan sungguh-sungguh agar maksud dan tujuan kita yang 3
(tiga) yakni ishlah diri, pengeluaran rombongan dan maqami dapat tercapai. Maka
selesai shalat kita mestilah segera bermusyawarah untuk berfikir bersama
bagaimana maksud dan tujuan kita keluar tersebut tercapai. Saat mendatangi
orang-orang khusus tempatan seperti ta'mir, ketua RT maupun ulama mestilah kita
berbicara dengan bijak. Saat bertemu ta'mir dan ketua RT mestilah kita sisipkan
pembicaraan da'wah. Bolehlah saat berbicara dengan ketua RT kita sanjung beliau.
Bahwa beliau telah banyak diberikan kemuliaan oleh Allah swt. Dan kita katakan
apabila kemuliaan tersebut digunakan untuk membantu agama, insya Allah Allah
akan berikan anugerah jabatan yang lebih tinggi. Mungkin menjadi lurah atau
camat. Akan tetapi saat bertemu ulama berbicaralah dengan merendahkan diri
.Katakanlah bahwa kita adalah santri-santri beliau yang siap mendengarkan
nasihat dan arahan dari beliau. Janganlah berbicara da'wah pada beliau bahkan
karghozari (laporan dan cerita usaha da'wah) pun jangan.Terkecuali beliau memang
menanyakannya kepada kita. Jagalah adab-adab ini sehingga da'wah kita berhasil.
Keluarlah di jalan Allah dalam keadaan ringan maupun berat.
Dalam keadaan longgar maupun sempit. Para
sahabat telah memberikan banyak korban dijalan Allah. Seorang sahabat nabi yang
akan melangsungkan pernikahan,ketika datang panggilan jihad telah memilih jihad.
Dan, ia terbunuh dijalan Allah. Nabi saw melihat bahwa ruhnya telah menjadi
rebutan parabidadari dan ketika salah satu bidadari tersingkap betisnya
Rasulullah sawmemalingkan wajah beliau yang suci karena malu. Seorang sahabat
yang lain,Abu Ayyub al-Anshari ra telah meninggal di Konstantinopel saat
perjalanan jihad dan da'wah. Mayat beliau di tanam di luar benteng musuh. Saat
malam para penduduk dalam benteng telah melihat cahaya yang terang mengarah
kelangit dari tempat tersebut. Mereka bertanya kepada pasukan muslim apakah yang
telah mereka letakkan di luar beteng. Ketika mengetahui bahwa cahaya tersebut
berasal dari kubur Abu Ayyub ra mereka pun berbondong-bondongmasuk Islam.
Lihatlah bahkan orang yang bersungguh-sungguh berjuang dijalan Allah, matinya
pun telah menyebarkan hidayah.
Maulana Yusuf rah.aketika beliau memberikan
bayan di Lahore, tiba-tiba beliau terjatuh.Segera orang-orang menggotong beliau
ke belakang. Tak lama setelah itu beliau menghembuskan nafas terakhirnya.
Jenazahnya kemudian dibawa dengan kereta api ke Nizhamuddin untuk dikuburkan.
Ketika ibunda beliau melihat jenazahnya berkata,”Yusuf...Yusuf kamu tidak pernah
beristirahat (dalam usaha da'wah ini). Beristirahatlah kamu sekarang dengan
tenang...”.Begitulah, para pendahulu-pendahulu kita telah mati dalam da'wah.
Maka mengapakah kita ketika sakit di saat keluar di jalan Allah ingin
dipulangkan ke rumah? Tidakkah ada keinginan di hati kita untuk mati dijalan
Allah? Janganlah mundur dari da'wah ....
Saya bersedia , adakah tuan tuan bersedia...
Insyallah......
Saya bersedia , adakah tuan tuan bersedia...
Insyallah......