Perumpamaan orang yang terlena oleh dunia
adalah seperti serombongan orang yang pergi piknik (rekreasi) kesuatu tempat
misalnya tempat wisata “Z”. Di tengah perjalanan his berhenti sejenak untuk
beristirahat. Penumpang Kalaunya ada yang berkesempatan pergi ke WC dan yang
lainnya sekadar duduk dekat his melemaskan penat. Penumpang yang hendak buang
air kecil di WC terkesan dengan fasilitas WC yang bersih, indah dan mewah. WC
itu menyediakan ruang duduk yang dilengkapi TV benlayar besar. Disamping her-AC
ruangannya juga dilengkapi dispenser untuk tempat minum gratis. Di dalam WC-nya
pun dilengkapi barang-barang serba lux dan modern. Mulai dan closet sampai
wastapelnya serba wah. Pokoknya membuat si penumpang tadi bengong, kagum dan
terpesona. Akhirnya ia lupa bahwa niat semula datang ke WC itu hanya untuk
sekadar buang air kecil saja. Tetapi setelah melihat fasilitas yang ada di WC
yang serba menakjubkannya itu ia malah menikmatinya. Tanpa ia sadari Bis
rombongan wisata itu telah pergi meninggalkannya. Penumpang itu tertinggal bis
gara-gara WC.
Kalau manusia itu sudah terlena oleh kehidupan
dunia, ibarat ungkapan yang mengatakan: “bila cinta sudah melekat tahi kucing
terasa cokiat.” Maka manusia akan hanyut dalam tipuan dan permainan dunia.
Manusia akan lupa bahwa tujuan ia dilahirkan ke dunia mi adalah untuk menyiapkan
bekal menghadapi kehidupan akhirat yang abadi. Kalau orang sudah mabuk dunia
akan lebih parah dibandingkan sekadar mabuk laut atau mabuk perjalanan. “Dunia
mi panggung sandiwara,” tetapi sandiwara dunia telah membius banyak orang untuk
bersunguh-sungguh menjalaninya dengan melanggar batasan agama. Jadilah dunia mi
“kereta api cepat menuju neraka” bagi yang terperdaya olehnya.