Begitu unik dan beragamnya tamsil untuk para
da’i. Ibarat seorang yang
diputus pengadilan untuk dihukum mati (terpidana mati). Maka ketika akan
dieksekusi disuatu kota, ia dibawa naik pesawat terbang yang selama hidupnya
belum pernah ia alami. Dikenakan jas stelan yang necis berikut dasi dan sepatu
hitam mengkilap. Didalarn pesawat ia pun dijarnu dengan pelayanan istimewa dan
pelayan-pelayan wanita yang ramah dan cantik. Tapi semua fasilitas dan pelayanan
itu tidak mernbuatnya gembira, karena ia tahu bahwa setelah sampai di kota
tujuan ia akan segera dihukum mati. Ia sadar bahwa ia seorang terpidana mati
Apalah artinya kesenangan hidup yang sebentar kalau akhirnya ia harus dihukum
mati.
Berbeda dengan seorang pemuda yang akan
bertemu kekasihnya di suatu kota. Kerinduannya yang mernuncak membuatnya
melupakan penderitaan selama di perjalanan menuju kota tempat kekasihnya berada.
Meskipun ia naik kereta api kelas ekonomi dan satu gerbong dengan sayuran,
kambing dan sapi ditambah berbaurnya antara peluh penumpang dan baunya kotoran
ternak, sudah itu panas terik menyengat karena memang kereta tidak her-AC
Sekilas membuat pemuda itu mengeluh. Tapi segera ia tersenyum penuh makna dan
bahagia karena apalah artinya perjalanan yang melelahkan, menyebalkan dan
menderita kalau toh akhirnya berujung kebahagiaan, bertemu dengan sang pujaan,
kekasih yang dicintai dan sebentar lagi akan dinikahinya. Ia sadar dalam keadaan
tersiksa dalam kereta api itu tetap menyimpan rasa yang menggelora, karena ia
seorang calon pengantin.
Itulah potret da’i yang selama hidupnya di dunia mendapat
begitu banyak tantangan dan rintangan laksana air hujan. Cernohan dan ejekan
akrab menerpa. Lebih menyakitkan semua bentuk hinaan dan penentangan mi datang
dari keluarganya. Gelar-gelar sebagai manusia aneh sudah banyak disandangnya.
Tetapi kalau melihat janji Allah s.w.t. tentang indahnya surga dan membandingkan
dengan penderitaan yang dialami oleh Nabi s.a.w. dan para sahabat radhiallahu
’anhum. terdahulu, tekanan
batin penderitaan ini seketika menjadi sirna. Apalah artinya hidup enak, senang
dan bergelimang harta kalau nanti di akhirat harus menderita selama-lamanya. Dan
apalah artinya penderitaan dunia yang sebentar kalau nantinya akan bahagia
selama-lamanya.