Di sebuah kerajaan, Rajanya bermaksud akan
pensiun (meletakan tahta kerajaan). Usia raja itu sudah lanjut dan ia hanya
memiki seorang putri. Tahta kerajaan akan diberikan kepada salah sorang
rakyatnya yang cakap, mampu dan mumpuni. Karena itu sang Raja mengadakan
sayembara: “Wahai rakyatku barangsiapa yang bisa menjawab empat pertanyaanku,
maka ia berhak menjadi raja menggantikanku, berhak menikahi putriku dan seluruh
harta kerajaan menjadi miliknya.
Pertanyaan 1: “Apa
yang paling benar dan dibenarkan oleh semua orang?”
Pertanyaan 2: “Apa
yang paling menipu di antara yang paling menipu?”
Pertanyaan 3: “Apa
yang paling menguntungkan di antara yang paling berurtturzg?”
Pertanyaan 4: “Apa
yang paling berharga di antara yang paling berharga?”
“Batas waktu sayembara ini hanya satu bulan!”
ucap Raja melanjutkan titahnya. Sayembara itu disebarkan keseluruh pelosok
kerajaan. Kerajaan itu menjadi gempar, seluruh rakyatnya ingin jadi
raja.
Ada seorang mentri kerajaan yang masih
bujangan mencoba mengikuti sayembara dan mendaftarkan jadi raja. Ta mendapat
info bahwa di sebuah kampung ada “seorang pintar” yang diyakini bisa menjawab
sayembara raja tadi. Singkat cerita, pemuda tadi bergegas datang ke tempat
“orang pintar” itu yang ternyata seorang kiyai. Kiyai itu berjanggut yang sudah
memutih, mengenakan pakaian. serba putih, bersorban putih, ke mana-mana membawa
tongkat. Orang mengenalnya dengan sebutan “karkun”. Pemuda tadi menyampaikan
maksudnya kepada Kiyai tadi bahwa ia ingin memenangkan sayembara dengan menjawab
pertanyaan raja agar ia bisa jadi raja.
Kiyai hanya tersenyum simpul, terus ia
berkata, “Baiklah.. keinginanmu akan saya penuhi tapi syaratnya engkau harus
ikut aku 3 Hari. Tanpa fikir
panjang, pemuda itu mengiyakan ajakan Kiyai. Ia diajak pergi ke sebuah masjid,
dikenalkan program silaturohmi dan amalan masjid Nabi Muhammad saw. sewaktu
beliau saw. berada di Madinah. Singkat cerita program
3 hari telah selesai. Kiyai menjawab pertanyaan
pertama: “Apayang paling benar dan dibenarkan oleh semua orang? Jawabannya
adalah: kematian!” Pemuda
tadi segera pergi kepada raja dan menyampaikan jawabannya. Raja menjawab,
“Jàwabanmu benar.”
Pemuda tadi dengan suka cita segera pergi
menemui Kiyai dan mengucapkan terima kasih sambil menyerahkan amplop berisi
uang, spontan kiyai menolaknya. “Aku tidak membutuhkannya,” ucap Kiyai. Pemuda
tadi bertanya lagi, bagaimana kiyai, mengenai pertanyaan yang kedua: “Apa yang
paling menipu di antara yang paling menipu?”
Kiyai
menjawab, “Jika engkau ingin tahu jawabannya syaratnya ikut aku program 40 hari.”
Pemuda itu kaget, wah nggak bisa Kiyai, batas
waktu sayembara itu hanya 1 bulan!”
Kiyai menjawab, “Yah.. terserah, jika ingin
tahu jawabannya maka engkau harus ikut program 40
hari.”
Pemuda tadi bingung, terus ia pergi menemui
raja dan bertanya, “Tuan raja, adakah di antara rakyatmu Selain saya yang sudah
bisa menjawab pertanyaan tuan?”
Raja menjawab, “Belum! Baru engkau saja yang
mampu menjawab pertanyaan saya dengan benar.”
Segera pemuda tadi beranjak meninggalkan raja
dan pergi menemui kiyai. Akhirnya pemuda tadi memutuskan ikut program 40 hari karena ia sangat
penasaran dengan pertanyaan raja yang aneh itu. Kiyai sangat senang dengan
kesediaan pemuda tadi mengikuti ajakannya.
Selama 40 hari bersama Kiyai, banyak
pelajaran, ilmu dan pengalaman yang didapatkan oleh pemuda tadi. Waktu selama 40
han benar-benar dimanfaatkan oleh pemuda itu untuk belajar agama dan belajar
kerja kenabian. Perubahan pun sedikit demi sedikit mulai tampak pada diri pemuda
itu. Penampilannya sudah mulai berubah, ada Sedikit janggut yang dibiarkannya
tumbuh. Bacaan al Qurلnnya pun sudah lumayan, fikir dan risau umat mulai
tertanam, visi dan misi hidup untuk kehidupan akhirat mulai terbentuk. Akhirnya
pada akhir program 40 han tersebut Kiyai berkata kepada si Pemuda tadi,
“Baiklah. Karena engkau dengan sungguh-sunguh telah mengikuti program 40 han in
saya akan menjawab pertanyan Sayembara raja yang kedua: ‘Apa yang paling menipu di antara yang
menipu?’ jawabannya adalah:
Dunia. Engkau bisa temukan
mi di dalam al Qurلn. Dunia itu menipu kita, segala yang kita usahakan siang
malam bahkan sampai lupa waktu (harta, pangkat, jabatan, isteri) pada akhirnya
akan kita tinggalkan saat kematian kita datang. Harta yang kita pakai di alam
kubur hanyalah selembar kain kafan. Mengapa dunia rajanya penipu? Jika ada orang
menipu kita maka pada kesempatan kedua kita tidak akan tertipu oleh orang yang
sama, tapi dunia ini telah menipu dan menghancurkan manusia terdahulu dan kita
hari ini. Kita terus sibuk dengan urusan dunia sampai lupa akhirat, padahal
Allah Swt. yang menciptakan kita dan dunia mi mengatakan jangan terperdaya oleh
dunia, dunia mainmain, dunia kesenangan semu! Tapi kita tetap tertipu, entah
untuk yang keberapa kalinya kita ditipu olehnya.”
Dengan seksama pemuda tadi mendengarkan uraian
Kiyai. Setelah mendapatkan jawaban kedua pertanyaan sayembara raja, dengan hati
berdebar-debar pemuda tadi mendatangi raja. Ia merasa khawatir ada orang yang
mendahuluinya menjawab semua pertanyaan raja sehingga ambisinya untuk jadi Raja
kandas. Sesampainya di depan raja ia menyampaikan jawabannya dan ternyata
jawaban ini pun benar. Bukan hanya itu, raja mengatakan sampai batas waktu 45
hari belum ada satu pun rakyatnya yang mampu menjawab pertanyaannya selain
pemuda itu. Maka raja menerapkan kebijaksanaan untuk memperpanjang waktu
sayembara sampai ada orang yang bisa menjawab seluruh pertanyaannya.
Pemuda itu pun kembali menemui kiyai yang
sekarang diyakininnya memang “orang pintar”. Maka saat pemuda mendatanginya,
kiyai itu langsung menyapanya, “Engkau datang lagi ke man ingin mengetahui
jawaban yang ketiga, kan?”
lan.”
“Benar Kiyai, saya sangat
penasaran.”
“Baiklah, syaratnya mudah, engkau ikut aku
4 bulan.”
Singkat cerita, perjalanan da’wah 4 bulan semakin menempa kerohanian
si pemuda itu. Di samping ilmu agamanya kian bertambah, sifat-sifat baik dan
dalam dinnya mulai tumbuh subur laksana bunga-bunga di taman. Selama 4 bulan,
panca indrenanya terjaga dan melakukan maksiat dan dosa. Maka pada akhir
perjalanaran spiritualnya bersama Kiyai, Kiyai menyampaikan jawaban ketiga
sekaligus jawaban keempat dan pertanyaan raja sebagai bonus untuk pemuda itu.
Jawaban ketiga: “Apa yang menguntungkan di antara yang paling menguntungkan?”
jawabannya adalah: Da’wah! (QS Au
Imran: 1O4). Jawaban keempat: “Apa yang paling berharga di antara yang paling
berharga?” Jawabannya adalah: Surga! (QS At Taubah: 111). Begitu berharganya Surga, sampai Allah Swt.
telah membeli diri dan harta orang yang beriman digantikan-Nya dengan Surga. Di
Surga ada bidadari yang jika menetes air liurnya ke lautan di dunia in maka
seluruh lautan di dunia akan menjadi manis.” Demikian penuturan
Kiyai.
Setelah mendengarkan berita surga itu akhirnya
Kiyai bertanya kepada si Pemuda, “Nah. . . .sekarang masih maukah kamu menjadi
raja?”
Dengan mantap pemuda menjawab, “Tidak mau !!. Saya tidak mau menjadi raja, saya mau menjadi
Da’i.” kiyai berucap lirih, “Alhamdulilah!”