Seekor Sapi Perah senantiasa menjadi tumpuan
hidup dalam menghasilkan rezeki bagi pemiliknya selama Sapi Perah itu produktif
dan menghasilkan susu. Karena Sapi Perah identik dengan menghasilkan susu maka
semua orang akan menyayangkan kalau harus disembelih dan dimakan dagingnya.
Tetapi apabila Sapi Perah itu sudah tidak produktif dalarn menghasilkan susu,
sudah berumur tua bahkan sakit-sakitan maka apalah daya, sang pemilik akan
menyembelihnya dan pada mubadzir dan dagingnya tidak termakan.
Begitu pun seorang pengusaha agama
(Da’i) selama dia produktif
dalam amalan agama yaitu aktif dalam menjalankan amalan masjid (maqomi) dan
aktif dalam perjuangan menghidupkan dan menyebarkan agama ke seluruh
‘alam (iritiqoli) maka saat
itu Sang Pemilik yaitu Allah Swt. masih tetap akan memakai dan menggunakannya
untuk proyek agama yang senantiasa menuai keuntungan dan berakhir dengan
kebahagiaan akherat yang tak mengenal kata usai. Tidak hanya sampai di situ,
Allah Swt. pun membangga-banggakannya di pertemuan para malaikatNya, dan
dirinya, waktunya serta hartanya dijadikan “me— sin hidayah” yang bertugas memproses
amal manusia agar masuk Surga. NJamun sebaliknya apabila seorang Da’i sudah mulai melemah, aktivitas amal
agama dan pengorbanan dalam kerja da’wahnya mulai menurun (maqomi dan intiqoli merosot drastis), tidak
aktif dalam “malam ijtima’i,
musyawarah “markas” apalagi musyawarah “halaqah” dan tidak mengerjakan
silaturahmi harian 2,5 jam. Maka suatu saat Allah Swt. akan memberhentikannya
dan tugas da’wah dan akan
menggantinya dengan orang lain.
Usaha da’wah adalah usaha pilihan. Kerja
da’wah hanyalah untuk
orang-orang terpilih. Maka beruntunglah siapa pun yang matinya dalam keadaan
sibuk dan disibukkan dengan urusan da’wah.