Sudah seharusnya kepentingan agama diletakkan
di atas kepala dan urusan keduniawian diletakkan di tangan kita. Seperti
menyimpan telur di atas kepala dan intan permata di tangan. Saat telur di kepala
bergoyang maka Secara spontan untuk menyelamatkannya agar telur tadi tidak
terjatuh dan pecah kita akan melepaskari genggaman intan permata di tangan kita
dan secepatnya tangan tadi memegang telur di atas kepala. Begitulah halnya
dengan agama. Pada saat agama dalam keadaan goyang, kemaksiatan merajalela di
mana-mana, da’wah
ditinggalkan oleh ummat akhir zaman mi, sunnah-sunnah Nabi saw. banyak
ditinggalkan bahkan ditentang dan dilecehkan sementara manusia (kita) sedang
dininabobokan oleh dunia, mabuk jabatan, gila harta, bangga dengan kemewahan dan
terbius pesona wanita serta menuhankan uang. Saat itulah semuanya itu (dunia)
mesti kita lepaskan dan kita pegang agama agar jangan sampai jatuh. Kita
hidupkan da’wah dengan
sunnah dan kita sambut dengan gembira tawaran-tawaran (takaza) perjuangan agama
sampai ke pelosok-pelosok dunia. Saat orang mabuk dunia kita sepakat
memplokamirkan din menjadi da’i, mengajak semua orang untuk taat kepada Allah Swt. sampai han
qiamat. Baru setelah telur di atas kepala (agama) tidak bergoyang lagi, kita
ambil kern- bali intan permata (dunia) dan kita genggam dengan tangan kita.
Usaha Da’wah dan Tabligh
bukanlah untuk meninggalkan
atau mengharamkan dunia tetapi untuk menertibkan dunia.