Hari ini kita menyaksikan orang-orang Islam
baru tumbuh semangat untuk membangun masjid. Dengan susah payah mengalang dana
dan mengumpulkan bantuan dana bahkan menyebar proposal pengajuan dana yang
Semuanya bertujuan satu: membangun masjid!!. Setelah masjid berdiri dengan megah, dihiasi dengan
ornamenornamen yang artistik, dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang serba
bagus dan canggih, kemudian dibentuklah kepanitiaan (Keta’miran) masjid. Setelah itu ....?
Masjid-masjid umumnya tampak kosong, kehilangan peminat dan bahkan kalau pun ada
yang mengisi paling-paling orangorang lansia (lanjut usia) dan jumlahnya pun
tidak sebanding dengan jumlah orang yang sama ketika membangun
masjid.
Begitulah keadaan ummat saat mi. Membangun
maslid seperti menggali kuburan. Semuanya bersemangat, ada yang menggali
tanahnya, menyiapkan kayu-kayunya dan menyiapkan pusaranya, tetapi setelah
lubang kubur itu tersedia tidak ada seorang pun yang mau mengisinya. Bangunan
masjid memang dibutuhkan tetapi sejarah mengajarkan kepada kita bahwa ketika
Rasulullah saw. hijrah dan Makkah ke Madinah, Beliau saw. segera membangun
masjid dan tidak berhenti sampai di situ, kemudian Beliau saw. mengajak seluruh
sahabatnya untuk meluangkan waktu mengisi masjid (memakmurkannya) dengan
amalan-amalan Masjid; da’wah
mengajak kepada Allah Swt., kegiatan belajar dan mengajar. Masjid difungsikan
sebagai sarana ibadah dan berdzikir serta dijadikan pusat pelayanan keperluan
ahli (jamaah) masjid. Yang dikedepankan oleh Beliau saw. bukanlah megah dan
lengkap tidaknya sarana masjid tetapi siap dan ada atau tidakkah amalan
masjidnya