Dalam usaha da’wah dikenal adanya istilah amal maqomi
dan amal initiqoli. Keduanya ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa
dipisahkan. Amal maqomi ditamsilkan seperti landasan pesawat terbang dan pesawat
terbang itu sendiri ditamsilkan sebagai amal initiqoli. Apabila keadaan amal
maqomi dan amalan intiqoli kita tidak seimbang, salah satu misalnya tidak hidup
maka akan menyebabkan keberfungsian salah satunya menjadi terganggu dan rusak.
Seandainya kita “sibuk” membenahi maqomi tanpa pernah intiqoli maka seperti
menyiapkan landasan pesawat terbang tanpa memiliki pesawat terbangnya.
Landasannya tidak berfungsi karena tidak ada pesawatnya. Akhirnya lama kelamaan
akan berubah fungsi menjadi lapangan sepak bola misalnya atau tempat balapan
mobil/motor. Begitu pula kalau kita “asyik” intiqoli tanpa mau menghidupkan
amalan muqomi, ibaratnya pesawat itu terus terbang tapi tidak pernah mendarat.
Maka lama-lama kelamaan kalau bensol pesawatnya sudah habis, pesawat terbang itu
akan jatuh dan hancur. Kehidupan seorang da’i adalah pada keseimbangan antara amalan
maqomi dan amalan intiqoli.