Suatu hari seorang suami mendatangi istrinya
dengan wajah penuh kegembiraan. Ia menyampaikan berita bahwa di kantornya ia
mendapat hadiah uang tunai 2 milyar tetapi syaratnya uang itu harus diambil
sendiri di negara Hongkong. Betapa gembiranya sang istri ketika mendengar berita
itu. Sang suami segera memesan tiket pesawat yang berangkat sore dengan harapan
besok pagi sudah kembali ke rumah dengan membawa uang tunai 2 milyar. Untuk
persiapan ke Hongkong sang suami tidur dahulu dan minta dibangunkan satu jam
sebelum pesawat take off (berangkat). Si istri menyanggupi dan ia segera pergi
berbelanja ke pasar. Si istri membeli makanan yang enak-enak sambil membayangkan
akan mempunyai uang 2 milyar. Saking asyiknya dengan lamunan dan urusan di
pasar, si istri lupa bahwa ia harus cepat pulang untuk membangunkan suaminya
yang sedang tidur. Ketika dilihatnya jam tangannya menunjukkan 30 menit lagi
dari waktu pemberangkatan pesawat, maka ia buru-buru naik taxi dan meminta
supirnya supaya tancap gas alias negebut. Sesampainya di rumah dia bergegas
menuju kamar suaminya, ketika hendak masuk ia mendengar berita di TV dekat kamar
suaminya bahwa pesawat yang akan dinaiki oleh suaminya diberitakan meledak dan
semua penumpang beserta pilotnya meninggal. Kontan dia berucap lirih,
“Alhamdulillah.” Begitu bahagianya ia mendapati kenyataan suaminya tidak jadi
berangkat dengan pesawat yang meledak tadi, ia segera memburu ke arah kamar
suaminya dan membangunkan suaminya yang masih terlelap tidur. Ketika
diguncang-guncangkan tubuh suaminya .... ternyata suaminya sudah mati. Si Istri
berteriak histeris, jatuh pingsan dan menderita kesedihan yang amat
dalam.
Begitulah Allah s.w.t. menciptakan suasana dan
keadaan. Keadaan gembira dan sedih dipergilirkan oleh Allah s.w.t. pada diri
setiap manusia. Maka jika pada setiap saat dan keadaan kita senantiasa mengingat
hakekat penistiwa ini, bahwa hati kita senantiasa dalam genggaman dan pantauan
Allah s.w.t. maka sudah pasti kita tidak akan pernah menyia-nyiakan setiap nafas
yang terhembus untuk melakukan hal yang sia-sia kecuali hanya untuk dzikrulIah
(mengingat Allah).
Apa yang harus dilakukan untuk dzikrullah atau
ingat Allah? Kita harus ingat waktu shalat, apalagi waktu shalat Subuh. Waktu
Subuh, kita yang laki-laki pergi ke masjid. Ingat kita mencari nafkah untuk
keluarga karena Allah. Ingat kita do’a mau makan dan setelah makan. Ingat kita do’a masuk dan keluar WC ke/dari kamar
mandi. Ingat kita do’a
berangkat dan naik kendaraan. Ingat kita do’a mau tidur dan bangun tidur. Masih
banyak lagi do’a-do’a
sehari-hari, yang apabila kita amalkan, maka kita akan mendapatkan pahala 100
mati syahid. Boleh dicari haditsnya.
Memang hidup ini hanya Allah s.w.t. yang
menentukannya. Kita bisa kaya, bisa miskin, bisa yang sederhana. Kalau kita
memang kepingin orang kaya, tetapi kehendak Allah kita orang yang sederhana,
tentu kehendak Allah-lah yang berlaku. Tak mungkin kita bisa kaya karena sudah
ditakdirkan Allah kita orang yang sederhana.
Begitu banyak orang kaya yang beragama Islam,
tetapi ia tak dapat datang ke masjid untuk mengerjakan shalat fardhu dengan
berjama’ah, tetapi banyak
juga orang yang miskin atau yang sederhana yang datang ke masjid untuk
mendirikan shalat berjama’ah
di awal waktu.