Hari hari kita pikirkan dan bicarakan tentang kepentingan dunia, mari kita luangkan sedikit waktu untuk pikirkan dan bicarakan tentang perkara agama, tentang kebesaran Alloh, satu satunya bekal kita nanti pulang ke "Kampung Akhirat" dan untuk apa sebenarnya kita sebagai manusia Alloh SWT ciptakan di dunia ini...

Saturday, December 10, 2011

Tamsil "Kiyai dan Burung Beo"

Pak Kiyai memelihara seekor burung Beo. Dengan tekun dan telaten burung Beo itu dilatihnya mengucapkan Laa iluaha illallah. Akhirnya dalam beberapa bulan burung Beo itu sudah pandai mengucapkan laa üaaha illallah.

Suatu han seekor kucing memangsa burung Beo itu dan ... keak.. keak.. keak!! Burung Beo itu bersuara parau lalu mati diterkam si kucing. Alangkah sedihnya hati Pak Kiyai mendengar burung Beonya mail Sejak kematian burung Beo itu, Pak Kiyai jadi sering kelihatan murung dan banyak mengunci dirinya dalam kamar pribadmnya.

Kontan saja hal mi membuat santri-santrinya bersedih pula. Lalu di antara para santri itu bermufakat untuk membelikan burung Beo yang baru untuk Pak Kiyai agar ia tidak bermuram durja.

Maka maksud para santri mi pun di-sowankan terlebib dahulu kepada Pak Kiyai. Seorang utusan perwakilan para santri datang menghadap Pak Kiyai dan mengetuk pintu kamarnya. “Pak Kiyai.... Kami turut bersedih dengan kematian burung Beo itu, izinkanlah kami mebeli burung Beo yang baru agar Pak Kiyai tidak terus menerus bersedih hati!”

Tiba-tiba pintu kamar Pak Kiyai terbuka dan Pak Kiyai keluar sambil memberi isyarat agar santri-santrinya menuju ruang utama tempat biasa mereka mengaji. Pak Kiyai sepertinya bermaksud memberikan penjelasan sebab kemurungan dan sikapnya yang mengunci din dalam kamar setelah kematian burung Beo.

“Ketahuilah wahai santri-santriku..., beberapa han mi aku mengurung din di kamar sebenarnya bukan sematamata sedih karena kematian burung Beo itu tempo han. Beberapa han mi aku merenungkan satu hal. Terus terang aku tidak besedih dengan matinya burung Beo itu. Yang aku sedihkan adalah isyarat yang diberikan Allah Swt. lewat kematian burung Beo itu. Coba kalian fikirkan, burung Beo itu telah dengan fasih mengatakan laa ilaaha illallah tetapi saat diterkam kucing yang keluar dan mulutnya adalah bunyi keak.. .keak. . .keak! Aku takut nasibku ketika meningal dunia seperti burung Beo itu. Semasa hidup biasa mendzikirkan kalimat thayyibah itu, mendawahkannya tetapi ketika meninggal dunia yang terucap dan mulutku mi ucapan selain kalimat itu. Padahal tidak ada jaminan apa pun dan Allah Swt. kepada orang yang saat matinya tidak mengucapkan laa ilaaha illallah.