Dalam kerja da’wah hendaklah seperti kuda (delman)
memakai kaca mata. Dia bergerak lurus ke depan. Visi dan misi hidupnya sudah
mantap dan teguh. Menatap ke depan ke arah tujuan yang diarahkan kusirnya. Sang
kuda tidak mau dan tidak “berani” melirik ke sana ke man. Sang kuda sudah tidak
terkesan dengan suasana dan keadaan di Sekitarnya. Walaupun di sampingnya ada
iring-iringan kendaraan presiden, ada mobil bupati atau ada wanita cantik dan
segala perhiasan di toko-toko sepanjang jalan yang dilewatinya, sang kuda tidak
perduli. Baginya saat mi adalah berjalan ke depan sesuai arahan dan kendali sang
kusir.
Inilah permisalan dan hakekat istikhlas.
Seorang da’i sejati sudah
tidak mau melirik usaha lain selain da’wah. Sudah memasang “kaca mata kuda” untuk terus bergerak menuju
tangga pengorbanan yang telah dilampaui para sahabat r. arzhum.. Terus maju
dalam upaya menebar manfaat sebanyak-banyaknya untuk ummat. Kemilau dunia,
godaan serta fitnah yang disemburkannya sudah tidak bisa mengusik keyakinan
shahih yang sudah terpatri dan mendarah daging dalam dirinya. Sang kuda telah
begitu banyak memberikan pelajaran baginya. Da’wah sudah menjadi final choice (pilihan
terakhir) dalam agenda hidupnya.