Untuk bisa melakukan amal seorang muslim
membutuhkan iman. Karena imanlah yang menggerakkan amal. Tetapi sejauh mana
tingkatan dan kualitas amal itu tergantung pada sejauh mana kekuatan iman yang
bersemayam di hati.
Kekuatan iman ibarat cahaya lampu. Apabila
bola lampu atau neon itu berdaya 5 atau 10 watt maka cahaya yang dihasilkan pun
sedikit terang bahkan cenderung temaram. Dalam ruangan yang bercahaya lampu 5
atau 10 watt yang bisa kita lihat adalah benda-benda yang besar saja. Tetapi
jika daya lampu yang kita pasang di ruangan itu 100 watt misalnya maka akan
tampak benda-benda kecil bahkan jarum sekalipun. Itulah tamsil kekuatan iman.
Jika iman kita rendah maka untuk melaksanakan
amal itu sangatlah sulit, Untuk ibadah shalat lima waktu saja butuh kekuatan
iman apa lagi untuk melaksanakan amal-amal kebaikan yang lain seperti shaum,
zakat dan da’wah. Pada
kondisi iman yang lemah ini, seorang muslim masih sulit membedakan antara yang
sunnah dan yang bid’ah,
antara yang halal dan yang haram, antara yang haq dan yang bathil. Berbeda
dengan kondisi di atas, apabila iman seseorang itu kuat maka akan terasa ringan
dan mudah melaksanakan amal-amal kebaikan. Bahkan dengan kekuatan iman yang
tinggi akan mampu memainkan bashirah (mata hati) sehingga dapat menghindari
perkara-perkara yang syubhat (ragu-ragu) dan mubadzir (sia-sia).