Umumnya mereka berkumpul seminggu sekali dalam
Ijtimaiyyat (Di Pakistan dikenali dengan istilah Shabi Jumat). Seluruh markaz
dunia dan Negara mengadakan pertemuan di malam jumat sedangkan markaz daerah
seperti Sukabumi di malam minggu, Bogor di malam minggu, tangerang di malam
sabtu, dsb.
Di markaz Indonesia Masjid Kebon Jeruk setiap
malam jumat hadir sekitar 5000 orang. Mereka ada yang berpakaian tentara,
polisi, pegawai kantor, umumnya bergamis dan berwarna putih. Tidak ada komando
khusus untuk berpakaian tetapi umumnya mereka menggunakan model jubah atau gamis
Pakistan.
Di luar negeri sendiri malam markaz sama di
malam jumat. Bahkan di markaz Sri Petaling yang megah sering disholati oleh
sultan Malaysia.
Di Karachi hadir dalam malam markaz sekitar
23.000 orang. Di Peshawar sampai 2 kali malam markaz, yakni Sabtu dan Jumat
karena membludaknya orang yang hadir padahal betapa besarnya markaz di sana. Di
Faisalabad sampai dirikan markaz baru karena tak muat lagi tampung
jemaah.
Bayangkan kekuatan amal ijtimaiyyat yang
mereka buat setiap malam jumat bersambungan antar Negara dalam satu amal yang
sama, apakah hal ini tak menarik pertolongan Allah SWT ? Bukankah Tangan Allah
bersama Al Jamaah. Jemaah adalah kumpulan orang beriman yang satu fikir, satu
hati, dan satu kerja.
TANTANGAN JEMAAH TABLIGH
Menurut ulama mereka, yakni Syaikh Yusuf Al
Kandahlawi bahwa tantangan kerja Tabligh bukanlah para peminum khamar atau ahli
maksiat tetapi tantangannya adalah orang dakwah juga tetapi hanya menyeru orang
kepada ibadat saja.
Ngajak orang hanya sholat, dzikir, dsb. Tetapi
tidak menyuruh orang untuk berdakwah kembali. Dia sholat dan ajak orang lain
untuk sholat juga.
KRITERIA PARA PENENTANG JEMAAH
TABLIGH
Tak semua penentang jemaah tabligh adalah
penentang hakiki, tetapi kebanyakan mereka setelah begitu keras menentang jemaah
yang datang ke tempat mereka lama kelamaan hati mereka menjadi lembut setelah
melihat akhlak jemaah. Bahkan tak jarang mereka akhirnya bergabung dengan para
tablighi buat kerja keluar di jalan Allah untuk sebarkan agama.
Adapun umumnya kriteria para penentang jemaah
tabligh sbb :
1. Orang Yang Cinta Kepada Agama
Yakni para ustadz dan orang yang memiliki ilmu
agama, dimana dia dipercaya di suatu kampong sebagai penghulu kampong atau ulama
di tempat tersebut. Mereka menghalangi jemaah karena khawatir tersebarnya ajaran
sesat di tempat mereka. Karena ketidaktahuan mereka terhadap jemaah tabligh dan
kehati-hatian di dalam mengemban amanat agama agar umat tidak
tersesat.
Biasanya type seperti ini karena keikhlasan
mereka dan mereka tabayyun dengan jemaah akhirnya Allah lembutkan hati mereka,
dan membiarkan jemaah membuat program di tempat mereka sambil diawasi. Ketika
tidak terlihat perbedaan dalam ajaran barulah mereka terima jemaah. Hal ini
banyak terjadi di daerah Jawa Timur dan Madura.
2. Orang Yang Cinta Kepada
Bangsanya
Umumnya mereka para perangkat RT sampai
kecamatan, dimana mereka khawatir aliran sesat masuk ke tempat mereka. Sehingga
terkadang mereka wajibkan surat jalan, KTP, dsb. Setelah surat terpenuhi baru
mereka menerima, tak jarang ketika melihat perubahan yang terjadi di tempat
mereka barulah mereka simpati kepada jemaah bahkan sebagian mereka ada yang ikut
ambil bagian dalam jemaah. Hal ini banyak terjadi di daerah Sulawesi Selatan,
Sumatera Barat, dll.
3. Harokah Islam Yang Mempunyai Gerakan
Politik
Dikarenakan jemaah tabligh tidak berpolitik
dan bergerak terus menyebarkan ajarannya kepada umat Islam secara terbuka, maka
hal ini potensi mengurangi suara mereka dalam PEMILU. Jemaah Tabligh tak bisa
diperlakukan seperti oraganisasi lainnya dimana bisa dijadikan kantong suara
dengan cara Bargaining Politik akan memberikan jabatan kepada Pemimpin
Organisasinya. Sehingga Sang Pemimpin akan anjurkan anggotanya memilih salah
satu Partai Politik dalam PEMILU. Tak ada satu ucapan yang mengomentari tentang
PEMILU / Politik di antara mereka, tak ada anjuran untuk pilih partai
tertentu.
Bahkan di saat PEMILU pun mereka tetap sibuk
hantar jemaah tak terkesan dengan suasana PEMILU, karena menurut mereka pemimpin
yang adil, jujur, amanat, saying rakyat akan Allah hadirkan mengikut amalan
orang-orang Islam. Jika umat Islam mentaati Allah SWT, tidak maksiat maka
sebagai rahmat yang turun balasannya adalah diberikan pemimpin yang saying
kepada mereka. Jika orang Islam maksiat, tak mentaati perintah Allah SWT, maka
biarpun pemimpin yang diangkatnya adil, jujur, sholeh, maka lambat laun pemimpin
itu akan rusak juga. Mereka meyakini ketaatan datang bukan dengan bensa dan
kekuasaan tetapi datang dengan USAHA DAKWAH.
4. Harokah Kajian Yang Mengatasnamakan Al
Quran dan Al Hadits
Mereka mengatakan bahwa Jemaah Tabligh ahli
BIDAH tidak betul dalam Uluhiyyah dan tanpa ILMU dalam ibadat.
Hal ini wajar jika dilihat dari ta’rif Ilmu seperti mereka. Ibarat orang
sekolah maka dinamakan PELAJAR adalah orang yang sekolah saja, sedangkan orang
yang tak sekolah walaupun bisa baca tulis, bisa servis mobil, elektronik, dsb,
tetaplah dinamakan BUKAN PELAJAR.
Orang-orang yang terlibat dalam satu kajian
menganggap orang berILMU adalah orang-orang yang IKUT dalam kajian mereka saja,
sedangkan orang yang tidak ikut kajian mereka biarpun mengerti fiqh, qiroaat,
hafidz, muhaddits, dst, TETAP bukanlah orang BERILMU di mata mereka. INTInya
harus NGAJI sama mereka.
Kekerdilan dalam berfikir terlihat di antara
para pengkritik dan seolah ingin matikan SUNNAH yang diamalkan oleh jemaah
tabligh seolah tidak SAH karena tidak belajar dari mereka. Bahkan ada golongan
yang berani berfatwa bahwa Jamaah Tabligh bukanlah Ahli Sunnah Wal
Jamaah.
Memang jemaah tabligh tak pernah mengekspose
kata Ahli Sunnah wal Jamaah tetapi dari mata kita dapat melihat bahwa mereka
amalkan SUNNAH Nabi dengan istiqomah dan mereka hidup di dalam Jemaah
orang-orang Islam tanpa dibatasi territorial apapun.
Mereka tidak menyadari bahwa air yang mereka
minum berbeda. Mereka minum dari sumber ulama, syaikh-syaikh yang ingin
memerangi BIDAH dalam arti MADZHAB YANG EMPAT, hanya mau kembali kepada AL Quran
dan As Sunnah.
Sedangkan orang tabligh di Khurasan (India,
Pakistan, Banglades, Iran, Afghanistan) adalah orang yang minum dari sumber
Hanafi. Mereka tak pernah tinggalkan Madzhab bukan karena tidak pakai Al Quran
dan Al Hadits.
Jujur saja jika orang Islam dalam memahami Al
Quran dan Al Hadits tanpa melihat Ulama maka itu adalah hasil pemahaman
sendiri.
Di antara ulama Khurasan memberi tamsil : Jika
orang ingin mencari BAKUL yang terbuat dari BAMBU apakah bisa dia dapatkan di
kebun bambu? Walaupun BAKUL dari bambu tetapi untuk mencarinya bukan di kebun
bambu melainkan di PENGRAJIN BAKUL.
Begitu pula amalan agama walaupun dari Al
Quran dan Al Hadits tetapi tidak bisa kita beribadah dengan langsung menggunakan
Al Quran dan Al Hadits tetapi harus melihat Ulama beramal karena mereka adalah
Warotsatul Ambiyaa’.
Para ahli anti BIDAH sering mengatas namakan
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan Ibnu Qoyyim, padahal orang tabligh pun
memakainya dalam kitab Fadhilah A’maal, lihatlah dalam Fadhilah Dzikir dengan seksama.
5. Orang Ahli Fitnah Dengan Prinsip Yang
Penting Bukan JT
Yakni orang yang tak tabayyun terlebih dahulu,
hanya membaca dari selebaran, atau ikut-ikutan orang lain. Karena kebanyakan
kecaman terhadapa Jemaah Tabligh dibuat secara terbuka di Koran, majalah Islam,
atau internet. Orang yang berhati kotor, ada kebencian, hasad, maka langsung
menelannya dan sebarkan fitnah. Seperti beberapa khotib menyuarakannya dalam
mimbar-mimbar jumat.
Umumnya kecaman dengan gaya yang sama, dan itu
itu saja yang dibicarakan, seperti : Orang tabligh menyembah kubur, meninggalkan
anak isteri Dzolim, mengotori masjid, dunianya / perdagangannya bangkrut
gara-gara keluar, hajinya ke Pakistan bukan ke Makkah, dll.
Dan semua ini kalau diusut berasal dari satu
kitab yang ditulis oleh orang yang tak dikenal keilmuannya yakni TUWARIJI yang
beredar di seluruh dunia, yakni kitab HUJJATUL BALIGHOH. Yang sangat
mengherankan terkadang orang yang memfitnah berani mengakui pernah ikut dalam
Jamaah Tabligh, tetapi umumnya setelah ditanya tentang istilah-istilah yang
merupakan bahasa hari-hari jamaah mereka tak mengetahuinya, misalnya ditanya :
halaqohnya dimana? Istilah Tasykil, Tafaqud, Targhib, Zihn, Zumidar,
dll.
Mereka seperti anak kecil yang punya mainan
yang tak boleh dipinjam oleh siapapun, sehingga mereka hanya ingin agama jaya
lewat tangan mereka, yang lain gak boleh.
Terkadang cacian kepada Jemaah Tabligh tidak
menguntungkan mereka sedikitpun bahkan merugikan mereka secara waktu, harta
dengan selebaran, dsb. Dan terkadang mereka paham dari orang tabligh yang baca
hasutan mereka hanya sedikit saja yang terpengaruh, gak banyak. Itu pun hanya
orang yang tak ikut tertib tabligh dengan betul, dan orang yang cari keuntungan
dunia atau salah niat dalam tabligh.
Namun mereka sudah disemangati oleh prinsip :
“YANG PENTING BUKAN TABLIGH”. Mereka kompak untuk akhirnya dalam kekecewaan
dunia dan akhirat.
Syaikh Saad Al Kandahlawi dalam ceramahnya
katakana :
“Orang yang menentang kerja dakwah seperti
membenturkan kepala ke karang yang besar, pasti akan hancur.”
Tertib di dalam Al Quran : Jika Dakwah datang
maka orang yang menerimanay akan dimuliakan, sedangkan orang yang menolaknya
bahkan menghinanya akan dihancurkan ALLAH SWT.