Nizamuddin merupakan Basti atau kampung di
kota New Delhi. Sebagaimana Nabi-Nabi diutus seluruhnya di Ummul
Qurro’ atau ibu kota, begitu
pulalah Jemaah Tabligh membuat kerja dan mengendalikan gerakan diseluruh dunia
dari Ibu Kota Negara India yang mayoritas beragama Hindu.
Bahkan mereka dihadirkan di tengah-tengah
gencarnya kebencian kaum Hindu dan Sikh di India. Tak jarang kekerasan fisik
dilakukan oleh orang Hindu terhadap umat Islam lebih-lebih tatkala perpecahan
India dan Pakistan. Jutaan umat Islam mati dibunuh di India. Tetapi terlihat
banyak pertolongan Allah kepada Jemaah yang mubarok ini.
Mereka tetap eksis, di tengah gejolak negeri
India dan hingar bingar kota New Delhi. Pada saat terjadi peperangan antara
Pakistan dan India, Syaikh M Ilyas Rah A. tetap perintah jemaahnya tetap
hidupkan amalan masjid, tak terkesan dengan peperangan tetapi kesan kepada
amalan agama.
Markaz mereka terdiri dari 5 lantai,
bangunannya tak besar. Di dalam bangunan masjid terlihat garis hijau terang pada
plafon untuk menunjukkan bahwa bangunan asli Nizamuddin di zaman Syaikh Ilyas
sangat kecil, lainnya merupakan perluasan masjid mengingat tak muat lagi
menampung jemaah yang datang dari seluruh dunia.
Karena pelebaran itulah maka makam Syaikh
Ilyas yang berada di belakang masjid akhirnya menempel dengan tembok masjid yang
merupakan pembatas antara kuburan dengan masjid. Jika kita tidak bertanya dimana
makam itu, maka kita tak akan tahu karena makam itu tak dapat dilihat langsung
dari lantai dasar Karena tebalnya dinding pembatas dan tak adanya jendela antara
kubur dengan masjid. Kita baru bisa lihat kalau kita naik ke atas
lantai.
Di depan masjid ada lokasi kuburan orang
tempatan, antara mihrab dengan lokasi kuburan dibatasi oleh jalan setapak
sehingga tanah kuburan dengan masjid tidak bersatu. Karena padatnya kota New
Delhi di depan pintu markaz ada pasar tradisional yang umumnya berdagang adalah
orang India yang belum ambil kerja dakwah, terlihat dari kumis-kumis mereka yang
tebal dan banyak yang cukur jenggot mereka.
Ruang bawah adalah dapur, tempat makan jemaah
tempatan yang berasal dari India dan tempat wudhu dan sebagian tempat sholat
bagi tempatan. Lantai dua merupakan ruang sholat dimana imam sholat berada di
sana. Sholat lima waktu di Imami oleh Maulana Saad Al Kandahlawi, seorang yang
faqih dalam ilmu agama. Lantai dua juga merupakan tempat makan foreign jemaat
yang dari berbagai Negara, di sana mereka makan bersama para masayikh mereka di
antaranya Maulana Zubair, Maulana Mustaqim, Maulana Daud, dan Maulana
Yaqub.
Para tamu dari luar negeri beristirahat di
lantai 3 terkadang jika penuh di lantai yang lebih atas lagi. Lantai 5 digunakan
untuk menjemur pakaian. Tak ada tulisan apapun di dalam masjid kecuali penuntun
arah seperti Istiqbal (tempat menerima tamu). Tulisan Tasykil untuk menunjukkan
tempat mencatat nama ketika hendak keluar di jalan Allah. Tulisan Foreign untuk
menunjukkan tamu, dsb yang semua petunjuk itu sebagai penunjuk arah bagi tamu
yang baru pertama kali datang ke sana.
Tidak ada tulisan seperti yang dituduhkan oleh
para PENDUSTA bahwa di markaz Nizamuddin ada tulisan sandi di pintu mereka
berlambang surat Al Falaq, An Naas dan berbagai angka sandi. Masjid mereka
bersih dari tulisan kaligrafi apapun. Di depan tembok masjid tertulis Banglawali
Masjid yakni nama masjid yang menjadi markaz.
Jika kita bertanya tentang Masjid Nizamuddin
maka orang akan mengantar kita ke masjid Nizamuddin yang merupakan makam
Nuzamuddin Aulia seorang wali tanah Hindustan dimana orang di sekitar sana
memuja-muja kuburan wali-wali dan beribadat kepada mereka. Letak masjid itu
hanya beberapa ratus meter dari Markaz Tabligh yakni Banglawali
Masjid.
Disinilah letak kekeliruan para pengeritik di
mana mereka melihat Nizamuddin Masjid tempat pemujaan kubur. Penulis sendiri
ketika berkunjung ke sana dan di bandara ditawarkan oleh pengemudi Reksa (bajaj)
dengan teriakan Nizamuddin….Nizamuddin…Nizamuddin, maka ketika naik penulis
dibawa ke Masjid Nizamuddin Aulia tempat pemuja kubur. Pakaian mereka dan
jenggot serta atribut sama dengan jemaah tabligh. Sehingga banyak orang
menyangka bahwa jemaah tabligh penyembah kubur, sehingga ucapan ini perlu
TABAYYUN datang ke sana membuktikan langsung. Itulah sebabnya setiap jemaah
diseru untuk pergi ke sana untuk menjawab sendiri tuduhan FITNAH yang
menyebar.
Makanya tak ada jemaah tabligh yang goyang
keyakinannya setelah ke sana walaupun di internet, buku-buku, majalah-majalah,
yang mengkritik mereka habis-habisan tetapi keyakinan para tablighi tak goyah
karena mereka telah melihat langsung KEBOHONGAN para PENDUSTA yang mengkritik
mereka.
MARKAZ REIWIND
Reiwind ada di wilayah Lahore. Dari kota
Lahore dengan bis kita akan sampai dalam waktu setengah jam ke sana. Markaz
mampu menampung 20.000 jemaah setiap hari. Tampak setiap orang di dalamnya sibuk
dengan amal. Tak ada perkara dunia yang dibicarakan.
Musyawarah agama dilakukan tiap hari sekitar 2
jam pada jam 8 atau jam 9 pagi. Sepuluh ribu orang dihantar keluar di jalan
Allah setiap harinya baik dalam maupun ke luar negeri. Dalam pada itu juga
10.000 orang setiap hari masuk selesai bergerak keluar di jalan Allah. Suasana
seperti shahabat Nabi dalam mempersiapkan Jihad akan tampak di sana.
Setiap subuh Masyaikh mereka yakni Syaikh
Abdul Wahhab memberi ceramah pentingnya Usaha Atas Agama. Jam 10 diberikan bayan
Nasihat bagi yang mau keluar di jalan Allah yang dinamakan Bayan Hidayah. Ada
sepuluh halaqoh di dalam markaz setiap hari dan program markaz baru berakhir
setelah jam 12 malam di musim panas dengan pembacaan kitab
Hayatusshahabah.
Ada 6 amalan ijtimaiyyat dalam markaz, yakni
:
- Musyawarah Harian
- Bayan Hidayah
- Taklim Ba’da Dzuhur
- Bayan Ba’da Ashar
- Kargozary (laporan perjalanan) selama keluar di jalan Allah
- Taklim Akhir
Para ulama di sana menekankan selalu hadir
dalam majlis ijtimaiyyat amal, bahkan Syaikh Ihsan dalam ceramahnya selalu
mengatakan : “Siapa yang tidak hadir dalam 6 amalan ijtimaiyyat markaz maka
sebenarnya pada hakekatnya tak pernah datang ke Reiwind.
Jika memperhatikan markaz mereka di Reiwind
kita akan tercengang dibuatnya, bagaimana tidak? Para tamu yang berjumlah lebih
dari sepuluh ribu orang setiap hari dijamu makan gratis dengan lauk pauk daging
setiap hari 3 kali ditambah minum susu / cae (teh susu) atau yogurt setiap pagi
dan sore. Belum lagi listrik mereka begitu banyak penggunaannya, untuk air
mandi, cuci, dan minum. Air kran di sana terasa hangat di musim dingin dan
terasa dingin di musim panas.
Ahli dunia akan berfikir bagaimana cara
manajemennya? Padahal Reiwind bukanlah pabrik yang punya produksi yang bisa
dijual untuk membiayai operasional. Di sana hanya kita temui orang yang sibuk
fikirkan agama, suara dakwah antar mereka terdengar seperti lebah, orang bicara
kebesaran Allah, saling senyum, salam, dan ikrom terlihat di sana.
Mungkin tak ada satu Negara yang sanggup buat
seperti mereka dalam melayani tamu.
MARKAZ KEBON JERUK INDONESIA
Di Jalan Hayam Wuruk 83 di kelilingi oleh
kesibukan kantor, toko, bahkan ada yang buka 24 jam. Maka di Masjid Kebon Jeruk
hidup amalan masjid 24 jam. Kalau kita datang jam berapa saja maka istiqbal siap
layani kita.
Masjid ini merupakan masjid tua yang dibangun
oleh seorang Muslim Cina yang makamnya berada di samping kiri masjid jika kita
masuk dari pintu belakang dan sebelah kanan masjid jika masuk dari pintu
depan.
Makam ini tadinya ada di luar masjid tetapi
karena kebutuhan jemaah yang sudah tidak ketampung lagi maka dilebarkan ke
belakang. Sekarang makam itu dibatasi dinding antara masjid jadi seolah berada
di luar masjid. Jika orang baru datang ke sana maka tak akan tahu kalau itu
adalah makam.
Tak ada orang yang khusus ke sana untuk
menziarahi makam itu, bahkan dilarang, karena makam dan masjid merupakan cagar
budaya yang jadi asset pemerintah ibu kota. Bahkan banyak orang tabligh yang
berasal dari daerah tak tahu kalau itu kuburan.