- Dakwah Mereka Mendatangi Manusia Dengan Berjalan Kaki
- Modal Dakwah Mereka Adalah Harta dan Diri
- Dakwah Mereka Kepada Akar Bukan Ranting Yakni Kepada Iman Bukan Fiqh
- Dakwah Jemaah Tabligh Tak Ikut Suasana dan Keadaan
- Dakwah Jemaah Tabligh Dimulai Dari Keutamaan Amal
- Sasaran Dakwah Mereka Adalah Orang Bodoh, Orang Miskin, Orang Pendosa (Preman, Koruptor, dsb)
- Dakwah Jemaah Tabligh Tak Terkesan Dengan Kekuasaan
- Dakwah Jemaah Tabligh Tak Terkesan Dengan Harta
- Dakwah Mereka Tak Berpolitik
- Dakwah Mereka Tidak Minta Upah
1. Dakwah Mereka Mendatangi Manusia Dengan
Berjalan Kaki
Jemaah Tabligh mempunyai cara dakwah yang
konvensional yakni Dakwah Bil Aqdam dengan berjalan kaki jumpa manusia,
sedangkan kebanyakan harokah lain berdakwah didatangi manusia seperti
kajian-kajian mereka yang datang adalah orang yang akan dengar dakwah mereka.
Bahkan di saat harokah lain telah memakai sarana Radio, TV, dan majalah untuk
dakwah, di markaz dakwah mereka komputer saja tidak ada.
Juga banyak yang gunakan media massa Televisi,
Koran, majalah, dan bulletin. Bahkan mereka dengan gunakan propaganda
besar-besar pasang iklan untuk kumpulkan massa dalam kongres mereka. Sedangkan
jemaah tabligh dakwah dengan senyap-senyap namun dalam ijtima’ mereka di 5 wilayah Indonesia dihadiri
ratusan ribu orang padahal tak ada satu iklanpun tertempel di jalan bahkan di
markaz mereka sekalipun.
Ketika ada orang yang kritik mereka :
Bagaimana mungkin dakwah masih cara begitu datang ke rumah tidak efisien,
bukankah sekarang ada TV, Radio, cukup kita ngomong di studio dan didengar oleh
banyak orang di rumah-rumah. Mereka katakana : Dahulu shahabat Nabi dakwah
dengan cara datangi manusia maka satu negeri masuk Islam, satu kota masuk Islam,
satu kampung masuk Islam. Kini orang dakwah lewat majalah, TV, Radio adakah satu
keluarga saja masuk Islam?
Tetapi saksikanlah satu jamaah dihantar ke
pegunungan Tengger dengan berjalan kaki maka 124 Keluarga beragama Hindu telah
masuk Islam.
Ulama mereka katakan : Dakwah yang tidak ikut
cara Nabi dengan inovasi atau imitasi tak akan datangkan ketakwaan. Tetapi kita
dakwah harus duplikasi sehingga menjadi asbab hidayah.
2. Modal Dakwah Mereka Adalah Harta dan
Diri
Berbada dengan harokah lain jika ingin ada
kegiatan apapun apalagi yang bersifat pengiriman tenaga dainya pasti mencari
dana dari luar, di masjid-masjid selalu diumumkan soal dana.
Jemaah Tabligh beda, mereka tak bicara duit.
Setiap orang yang ingin keluar di jalan Allah maka membawa uangnya sendiri untuk
membiayai kebutuhannya sendiri.
Tak ada diumumkan jemaah tabligh butuh dana
untuk kirim jemaah ke Irian Jaya dsb, bahkan kotak infaq saja tak ada dimarkaz
mereka yang berjalan-jalan seperti di masjid lain.
3. Dakwah Mereka Kepada Akar Bukan Ranting
Yakni Kepada Iman Bukan Fiqh
Banyak harokah yang tak sabar jika lihat cara
kerja jemaah tabligh yang hanya bicara tentang Iman dan Amal Sholeh melulu.
Sementara mereka inginkan bukan hanya amar ma’ruf tetapi nahi mungkar, hancurkan
kemaksiatan, dll.
Orang tua di jemaah mereka katakan Rasulullah
tak pernah hancurkan berhala dengan tangannya agar sahabat tak sembah berhala,
tetapi Rasulullah hancurkan berhala yang ada di hati para sahabat, sehingga
ketika hati mereka sudah penuh dengan kebesaran Allah dan berhala talah
dinafikan maka dihancurkan sendiri dengan tangan mereka.
Mereka katakan : Dakwah Nabi kepada Iman
dahulu, betulkan yakin maka ketika yakin betul maka akan betulkan amal
manusia.
Syaikh Yusuf Rah A sebagai Amir Jemaah Tabligh
yang kedua ditanya orang : Kenapa orang tabligh tak nahi mungkar hanya amar
makruf saja. Maka Syaikh Yusuf Rah A katakan : Hadits tentang hal ini bunyinya
Jika kamu melihat kemungkaran maka rubahlah dengan tangan, bukan hancurkanlah
tetapi rubahlah!! Lihatlah oleh kamu orang-orang yang telah keluar di jalan
Allah telah merubah kehidupannya dalam ketaatan.
Menurut mereka difinisi berkembangnya agama
ditamsilkan sebagai berikut : Seperti BAYI dan MAYAT keduanya sama-sama dapat
berkembang. Bayi yang dirawat dengan baik, sabar, maka walaupun lambat bayi ini
akan berkembang, dan akan disayang oleh orang banyak. Setelah dewasa aka nada
manfaat. Tetapi mayat yang jatuh di kali juga berkembang menjadi besar dalam
hitungan jam, cepat. Tetapi baunya busuk dan tak disukai orang menjadi sumber
yang mengganggu. Begitulah agama yang berkembang dengan ushul yang benar
walaupun lambat akan menjadi manfaat bagi umat, tetapi yang tak ikut ushul cepat
maju tetapi mudhorot buat umat.
4. Dakwah Jemaah Tabligh Tak Ikut Suasana Dan
Keadaan
Dakwah yang dibuat Jemaah Tabligh tak terkesan
dengan keadaan baik dalam masa aman, maupun rawan. Panas dingin, senang susah,
mereka tetap keluar di jalan Allah ikut nishob yang mereka tentukan sendiri. Tak
seperti harokah lain baru kirim jemaah kalau ada kejadian tertentu. Misalnya ada
pemurtadan, ada gempa bumi, tsunami, orang Islam di perangi, barulah mereka buat
kerja galang dana, ajak jemaah mereka ke sana. Kalau jemaah tabligh mulai
program maka akan dibuatnya sampai mati.
Sampai-sampai ulama mereka Syaikh Ilyas Rah A
beri nasehat : Hendaklah kalian buat jaulah tak boleh berhenti walaupun waktunya
bertepatan dengan hari kematian ayah kamu, istri kamu, anak kamu. Karena jika
kalian tetap jaulah maka Allah akan ampuni dosa keluarga kalian.
5. Dakwah Jemaah Tabligh Dimulai Dari
Keutamaan Amal
Menurut mereka ILMU FADHOIL adalah TUJUAN
sedangkan ILMU MASAIL adalah KEPERLUAN untuk mewujudkannya. Sedangkan harokah
lain mereka mulai dari masail yakni ilmu cara beramal yang betul. Seperti
seorang anak diberitahu Fadhilah seorang dokter bahwa dokter itu akan dapat uang
banyak, dapat kemuliaan di masyarakat. Maka anak itu akan semangat belajar
sungguh-sungguh dan dalam masa belajar itulah ia belajar cari jadi dokter yang
baik (masail).
BUKU FADHILAH AMAL
Kebanyakan orang mengkritik buku tersebut
karena isinya berisi hadits dhoif. Terjadi sedikit kejanggalan bagi para
pengkritik dimana pengeritik sendiri mempunyai kaidah bahwa hadits dhoif boleh
dijadikan hujjah untuk fadhilah atau untuk memberi semangat muslimin mengamalkan
agama. Sementara ketika jemaah tabligh pakai hadits dhoif, banyak orang yang
dahulu memakai kaidah itu justru menyalahkan seolah terjadi sentiment kepada
mereka.
Menurut sebagian mereka : di dalam buku
fadhilah amal berisi Al Quran dan Hadits dan disebutkan derajat sanad haditsnya.
Sedangkan kisah dan tamsil serta hadits yang lain adalah untuk menjelaskan
hadits yang ada. Lihatlah hadits utama yang menjadi pokok bahasan diberi nomer
di setiap hadits sedangkan FAEDAH atau PENJELASAN sama dengan kitab-kitab hadits
atau tafsir yang dibuat oleh ulama salaf seperti IBNU KATSIR atau syarah
Riyadhus Shalihin dalam menjelaskan ayat terkadang menggunakan kisah ISRAILIYAT
dan HADITS DHOIF.
Tetapi orang tidak menjadikan kitab Ibnu
Katsir dhoif semua, dan tetap dijadikan acuan dalam ilmu tafsir.
Penulis Fadhilah Amal yang disebut oleh para
kritikus sebagai Tablighi Nisob (istilah ini justru tak terkenal di India dan
Pakistan, mereka menyebutnya Kitab Fazail) adalah ULAMA bESAR yang HAFIDZ dalam
HADITS yaikni RAISUL MUHADDITSUN MAULANA MUHAMMAD ZAKARIYA AL
KANDAHLAWI.
Dalam sejarah hidup beliau tertulis saat lepas
dari sapihan ibunya ia telah menghafal 5 ruku’ Al Quran dan beliau HAFIDZ Al QURAN
dalam usia 7 tahun. Amalan paman beliau, ayah, bibi, maupun saudaranya adalah
para HAFIDZ AL QURAN dan HADITS. Beliau menulis Kitab Fadhilah Amal sambil
keluar di jalan Allah dan setiap kali beliau hendak menuliskan hadits dalam
kitabnya beliau selalu sholat 2 rakaat terlebih dahulu, selain itu beliau adalah
pewaris dari thoreqat Chistiyyah yang disandarkan kepada Ali Bin Abi Tholib
berasal dari gurunya.
Jadi baik ilmu maupun amal ruhani tak
diragukan lagi. Tak mungkin beliau tak mengerti hadits dhoif dan shahih serta
maudhu’ atau palsu,
sedangkan seliau ada menulis satu kitab syarah bagi kitab sunan Abu Dawud dan Al
Muwatho’. Lihatlah keluasan
ilmu beliau yang telah mencantumkan 84 kitab yang menjadi acuan bagi buku
Fadhilah Amal, maka seharusnya para pengeritik langsung mengecek kepada
Maroji’.
Ilmu tentangMustholah hadits memiliki kaedah
yang berbeda tiap ulama dalam menentukan shahih dan dhoif. Sehingga kisah yang
masyhur hadits-hadits yang dhoif menurut syarat Bukhari dan beliau ragu
memuatnya dalam kitab beliau diambil oleh Imam Hakim dan disusun menjadi kitab
yang baru yang dinamakan Al Mustadrak.
Menurut mereka perdebatan tentang shahih dan
dhoif dalam ilmu hadits sebenarnya telah ditutup pintunya karena terbukti
ulama-ulama masih meletakkan hadits yang dhoif dalam kitab mereka seperti :
Sunan Abu Dawud dan beberapa kitab kutubussitah. Sebab kalau itu berbahaya bagi
agama tentu sudah dihapuskan dari kitab mereka karena mereka tak mau beresiko di
Yaumul Hisab.
Imam Nawawi Rah A dalam Al Adzkar telah memuat
hadits dhoif sebagai fadhilah. Begitu juga Imam Ibnu Taimiyyah dan Ibnul Qoyyim
Rah A huma.
Catatan : Kebanyakan kritik yang beredar baik
buku maupun internet terlihat asal saja dan hanya semata karena hasad belaka.
Terbukti ketika mereka menulis halaman yang dikritik seperti dalam Fadhail Dzikr
terbitan Kutub Khonat Faidzi dikatakan halaman tertulis masalah WIHDATUL WUJUD,
ternyata tak betul karena di halaman tersebut bukan bercerita hal itu melainkan
tentang daftar isi…. Capek deh !!
PEMBAGIAN ILMU MASAIL DAN FADHAIL
Di dalam kaedah jemaah tabligh menyebutkan
bahwa syarat amal diterima adalah tahu fadhilahnya janji Allah dalam Amal
tersebut. Sebagaimana Hadits : Barang siapa yang berpuasa karena Iman dan
Ihtisab (berharap pahala) Al Hadits. Maka Nabi pun menganjurkan beramal harus
mengharap pahala.
Seorang ustadz mereka di Masjid
Jami’ Kebon Jeruk dalam
ceramahnya mengatakan : Beramal karena mengharapkan janji-janji Allah adalah
suatu bentuk KEIKHLASHAN.
Ulama mereka katakan : Sebagaimana orang yang
hendak menikah dengan seorang gadis. Ketika selesai menikah sang gadis bertanya
untuk dapatkan apa kamu menikah ?, maka orang itu menjawab : untuk dapatkan
hadiah perkawinan. Maka pasti sang gadis akan marah! Karena seharusnya dia kawin
karena ingin dapatkan gadis itu sedangkan hadiah hanyalah efek dari
perkawinan.
Begitu pula dalam beramal tetaplah ikhlash
semata karena Allah SWT sedangkan janji-janji Allah pasti akan didapatkan. Orang
yang beramal tanpa yakin janji Allah maka seperti pesawat terbang tanpa
mesin.
Itulah sebabnya jemaah tabligh setiap hari
ta’lim ilmu fadhail 2 kali
di masjid bersama jemaah masjid dan di rumah bersama ahli keluarga
mereka.
Maulana Ilyas Rah A katakan : Ilmu Fadhail
memiliki derajat satu tingkat di atas Masail karena dengan fadhail orang
tergerak ingin beramal dan pada saat yang sama mereka akan belajar masail
tentang amalan tersebut.
Ilmu Masail ibarat ban depan mengemudikan arah
yang benar, sedangkan ilmu fadhail adalah ban belakang.
Mereka juaga mengatakan : Lihatlah karena
orang tabligh belajar Fadhail maka hasrat untuk amal ditujukan untuk dirinya
bukan untuk menilai amalan orang, sehingga ketika belajar masail tak akan
salahkan orang lain karena agama adalah untuk diri sendiri demi mencapai Ridho
Allah.
Sedangkan orang yang tak taklim Fadhail tetapi
langsung Masail maka langsung melihat kesalahan orang lain karena agama bukan
ditujukan untuk dirinya tetapi untuk orang lain, mulailah mereka menjadi Ahli
Fatwa, Membid’ahkan bahkan
meremehkan Madzhab yang di ijma’ oleh para ulama.
Mayaikh mereka katakan : Penolakan terhadap
madzhab dengan mentah-mentah akan lebih banyak membawa orang kepada
kesesatan.
Jemaah tabligh tidak ada taklim masail khusus
tabligh, tetapi mereka mengarahkan kepada ustadz-ustadz masing-masing walaupun
belum ikut dalam khuruj. Sehingga kalau kita saksikan di markaz-markaz mereka
tak ada penyeragaman dalam shalat seperti di harokah. Justru dalam perbedaan
mereka harmonis, tak ada yang salahkan satu sama lain. Prinsip dari jemaah
tabligh adalah menghargai persamaan bukan menghargai perbedaan sehingga
kebanyakan harokah lain berpecah dengan muslimin lainnya.
6. Sasaran Dakwah Mereka Adalah Orang Bodoh,
Orang Miskin, Orang Pendosa
Pernah seorang yang dituakan di antara mereka
ditanya kenapa Jemaah Tabligh tak ada SEMPALANNYA, di seluruh dunia tak ada
TABLIGH TANDINGAN, tidak pernah terjadi keributan dalam kepemimpinan, program,
dll.
Maka mereka katakan : Perbedaan antara jemaah
mereka dengan jemaah lain adalah komponen pendukungnya. Jemaah mereka dibangun
oleh orang bodoh yang hanya ikut saja tak ada inovasi, mereka taat kepada aturan
jemaah, jemaah mereka orang miskin yang tidak punya uang untuk bikin tandingan
karena biasanya orang kaya atau orang pandai jika usulan dalam jemaah ditolak
mereka akan bikin tandingan karena punya uang untuk kumpulkan massa
tandingan.
Jemaah mereka dibangun oleh orang-orang
berdosa sehingga mereka hanya ingin tobat agar dosanya diampuni sehingga dengan
cara apapun yang penting tobatnya diterima. Orang miskin tak punya cita-cita
yang muluk-muluk hidupnya hanya untuk hari ini saja sehingga siap korban kapan
saja.
Sedangkan harokah / organisasi lain senang
jika orang pandai, orang kaya, para pejabat, orang sholeh / ulama ikut dalam
jemaah mereka.
7. Dakwah Jemaah Tabligh Tak Terkesan Dengan
Kekuasaan
Masyaikh mereka di Pakistan yakni Syaikh Abdul
Wahhab ketika melihat pejabat-pejabat datang ke markaz mereka dengan formil dan
pengawalan maka langsung beliau memerintahkan pejabat itu balik, karena beliau
khawatir jamaah di markaz Raiwind yang hari-hari berjulah lebih dari 20.000
kehilangan tawajjuh kepada Allah dan hatinya bergeser kepada kekuasaan seolah
agama dibangun dengan kekuasaan, mereka meyakini agama akan wujud dengan
pengorbanan.
8. Dakwah Jemaah Tabligh Tak Terksan Dengan
Harta
Di Pakistan yang menjadi markaz terbesar di
seluruh dunia pernah di datangi oleh Perdana Menteri Pakistan Nawaz Syarif
membawa satu koper uang untuk operasional markaz. Syaikh Abdul Wahhab telah
TOLAK itu semua sehingga Nawaz Syarif katakan : Ya Syaikh, Anda tak akan temui
lagi orang yang bawa uang sebanyak ini untuk markaz selain saya. Maka Syaikh
Abdul Wahhab katakan : Dan anda tak akan temui orang yang tolak uang sebanyak
ini selain saya.
Seorang dokter yang ikut jemaah mereka telah
bercerita selama dia datang di markaz mereka tidak ada ratupun orang yang
menyodorkan proposal. List sumbangan, bahkan kotak amal yang berjalan pun tak
ada, tak ada pembicaraan tentang uang sumbangan. Tidak seperti di jemaah atau
pengajian lain yang isinya cerita dana melulu, proposal, infaq, dll intinya
ingin tarik uang umat untuk membiayai PERJUANGAN katanya.
9. Dakwah Mereka Tak Berpolitik
Seorang di antara jemaah senior mereka ditanya
: Kenapa kalian tak berpolitik bukankah Rasulullah berpolitik juga?? Orang itu
menjawab : Kalau kalian jeli mengamati pilihan untuk tidak berpolitik adalah
sebuah politik juga yakni POLITIK untuk tidak BERPOLITIK. Mereka katakan : Kalau
Rasulullah dahulu politiknya adalah merendahkan diri sendiri dan meninggikan
muslimin lain, tetapi kalian sekarang berpolitik merendahkan muslimin saling
caci, saling kritik, dan meninggikan diri sendiri seolah kalian yang
terbaik.
Dalam politik Islam yang ada sekarang umumnya
ingin turunkan orang lain dan menikkan diri sendiri berbeda dengan politik Nabi,
Nabi datang kepada raja-raja untuk tawarkan Iman kalau mereka mau tak perlu
diturunkan seperti Najasy. Kalau mereka menolak maka wajib bagi mereka bayar
jizyah, kalau tidak mau juga baru diperangi. Adakah hari ini politik seperti
politik Rasulullah ???
Mereka bukan tak berpolitik justru terlihat
mereka sedang membuka jalan agar wujud politik Rasulullah yang sebenarnya di
mana dimulai dari DAKWAH.
Mereka datang kepada pejabat-pejabat bahkan
raja-raja agar mau ambil kerja Dakwah sebagai maksud hidup. Mereka sedang ambil
aset Amerika secara perlahan-lahan. Mereka hantar jemaah-jemaah Dakwah ke
Amerika dan mereka buat usaha sehingga turun hidayah di Amerika. Jika Amerika
telah masuk Islam bukankah aset mereka menjadi aset Islam.
Syaikh Abdul Wahhab -Amir Dakwah Pakistan-
katakan : Dahulu kami sebelum buat kerja dakwah, bangsa kami datang ke Amerika
cari duit untuk bangun Pakistan. Tetapi setelah dakwah, kami cari uang di negeri
sendiri setelah dapat kami belanjakan pergi ke Amerika supaya orang Amerika
dapat hidayah.
Ketika utusan Usamah bin Laden datang ke
Reiwind maka syaikh Abdul Wahhab kasih nasehat : kenapa kalian ajak orang Islam
seluruh dunia perangi Amerika. Kita dakwahkan mereka dahulu dan doakan agar
mereka dapat hidayah. Bahkan menurut pengakuan mereka beberapa pemimpin dunia
telah keluar di jalan Allah bersama mereka seperti Putera Mahkota Kerajaan
Qatar.
Mereka datang ke orang pemerintahan bukan
ambil kekuasaan mereka tetapi agar para pemerintah mengamalkan agama di dalam
pemerintahannya, begitu juga orang kaya bukan untuk ambil hartanya tetapi agar
orang kaya dapat mentaati Allah SWT dengan hartanya.
Sehingga tak mengherankan jika para pejabat,
orang kaya, dan alim ulama memiliki ketaatan yang tinggi kepada para ulama
mereka di India dan Pakistan sehingga mereka mudah diarahkan.
10. Dakwah Mereka Tidak Minta Upah
Mereka hanya minta bayaran dari Allah saja,
tak ada maksud untuk ambil uang dari mad’u (orang yang di dakwah). Ini lah yang menyebabkan mereka banyak
ditentang oleh orang yang menjadikan dakwah sebagai mata pencaharian, mereka
terusik dengan kehadiran jemaah sehingga mereka halangi jemaah dalam kampungnya,
mereka katakan : Ini garapan saya, jangan dakwah di sini!!
Tetapi kebanyakan ustadz, penceramah yang ikut
jemaah tabligh baru tahu bahwa selama ini mereka bukan DA’I tetapi MAD’U karena mereka dakwah kalau ada
panggilan. Bahkan mereka berkelakar : Dulu kami setelah ceramah pulang ke rumah
maka istri tanya ENTOK PIRO (dapat berapa) tetapi setelah ikut dakwah dengan
jemaah maka istri tanya ENTE’ PIRO (habis berapa) duitnya.