Demi buah Tin dan buah Zaitun, dan demi bukit
Sinai dan demi kota Mekah ini yang aman. Di dalam ayat ini Allah bersumpah :
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”
Allah SWT telah bersumpah dengan empat hal
bahwa manusia itu sebaik-baik makhluk
1. Demi buah Tin
2. Demi buah Zaitun
3. Demi bukit Sinai
4. Demi kota Mekah yang aman
Diantara 18.000 makhluk yang ada dipermukaan
bumi ini. Manusia lah makhluk yang paling mulia.
Manusia makhluk ciptaan-Nya yang paling baik
cantik parasnya dan sempurna bentuknya. Kepada manusia diberikan-Nya akal dan
dipersiapkan untuk menerima bermacam-macam ilmu pengetahuan dan kepandaian dan
sanggup menguasai alam dan binatang.
Tetapi manusia kadang-kadang lupa akan dasar
perbedaannya dan mengira bahwa dia tidak berbeda dengan binatang lainnya. Lalu
ia melakukan hal-hal yang bertentangan dengan akal yang sehat dan tidak sesuai
dengan fitrahnya. Dikumpulkannya perhiasan dunia dan apa saja yang sanggup
dicapainya untuk memenuhi hawa nafsunya. Dilupakan semua yang bermanfaat baginya
untuk kebahagiaan hidup di hari kemudian dan tidak dihiraukannya apa yang
dianjurkan oleh Allah SWT yang akan menyampaikannya kepada kebahagiaan yang
kekal abadi.
Dari Abu Hurairah r.a katanya, Rasulullah SAW
bersabda : "Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kamu juga tidak
memandang kepada harta kamu, akan tetapi Allah melihat kepada hati dan amalan
kamu" (HR. Muslim)
Manusia makhluk yang paling mulia tapi
kemuliaan manusia tidak terletak pada wajahnya yang tampan, wajahnya yang cantik
atau hartanya yang banyak tapi manusia akan menjadi makhluk yang paling mulia
kalau hati dan amalannya baik.
“Ketahuilah bahwa di dalam tubuh ini terdapat
segumpal darah. Apabila segumpal darah itu baik, maka baik pula seluruh anggota
tubuhnya. Dan apabila segumpal darah itu buruk, maka buruk pula seluruh anggota
tubuhnya. Segumpal darah yang aku maksudkan adalah hati.” (HR.
Bukhari)
Sebuah botol akan berharga mahal tergantung
isinya. Kalau isinya air putih maka harganya murah. Kalau isinya Sirup harganya
akan lebih mahal lagi tapi kalau isinya minyak wangi akan semakin mahal lagi.
Begitulah hati manusia, tergantung isi hati manusia kalau isinya kecintaan
kepada dunia tentulah nilainya tidak berharga sama sekali. Kecintaan kepada
Allah SWT yang mempunya nilai tinggi dan mahal harganya.
“Sekecil-kecilnya iman akan diberi pahala
surga yang luasnya sepuluh kali dunia”
Apa yang kita isi kedalam botol maka itulah
yang akan masuk. Kalau di isi air maka air lah yang masuk kalau di isi minyak
wangi maka minyak wangi lah yang masuk.
Apa yang kita bicarakan dan kita usahakan
setiap hari maka itulah yang masuk kedalam hati.
Kalau setiap hari berbicara masalah dunia maka
dunia lah yang masuk kedalam hatinya
Kalau setiap hari berbicara masalah wanita
maka wanita lah yang masuk kedalam hatinya
Kalau setiap hari berbicara masalah jabatan
maka jabatan lah yang masuk kedalam hatinya
Kalau setiap hari berbicara masalah harta maka
harta lah yang masuk kedalam hatinya
Kalau setiap hari berbicara masalah agama maka
agama lah yang masuk kedalam hatinya
Kalau setiap hari berbicara masalah iman maka
iman lah yang masuk kedalam hatinya
Tidak akan mungkin minyak wangi akan masuk
kedalam botol kalau tidak pernah dimasukkan. Tidak akan mungkin iman masuk
kedalam hati manusia kalau tidak pernah dimasukkan.
Bagaimana caranya memasukkan iman kedalam hati
manusia?
Perbanyaklah berbicara iman
Perbanyaklah usaha atas iman
Untuk terbiasa berbicara masalah iman perlu
usaha atas iman.
Apa itu usaha atas iman?
Usaha atas mentaati perintah-perintah Allah
SWT.
Usaha atas iman ini sudah ada dimana-mana
diseluruh penjuru dunia.
Untuk mengusahakan iman dalam kehidupan kita
perlu meluangkan waktu 3 hari saja.
Untuk mendapatkan uang manusia perlu usaha.
Untuk mendapatkan ilmu juga perlu usaha.
Untuk mendapatkan iman juga perlu meluangkan
waktu 3 hari belajar iman.
Mari kita perhatikan antara ayam liar yang
kemudian dikurung tiga hari dengan ayam liar yang dibiarkan saja (tidak diberi
kandang). Ayam yang dikurung setelah tiga hari, maka apabila tuannya
memanggilnya untuk diberi makan, ia akan dengan sigap mendatanginya. Dan bila
ayam itu dilepaskan ke mana saja, maka ia akan balik lagi ke kandangnya seolah
ia sudah mengerti bahwa ia kini mempunyai rumah. Berbeda dengan ayam yang
dibiarkan tidak dikurung terlebih dahulu, maka ketika ayam yang baru dibeli dan
pasar kita lepas maka mungkin ia akan kabur dan tak akan pernah kembali
lagi.
Itulah pentingnya program istilah diri
(perbaikan diri) yang pada prinsipnya untuk mengenalkan ummat pada kandangnya,
yaitu masjid supaya jika suatu saat ia berada di mana saja ia akan senantiasa
terpaut dan dekat dengan masjid. Karena hari ini ummat tidak “dikurung” di
masjid dengan program “islah diri” selama paling sedikitnya tiga hari, maka
masjid-masjid menjadi kosong karena ummat tidak kerasan tinggal di masjid
walaupun hanya sekadar 5-10 menit untuk mengerjakan shalat atau sekadar
beri’tikaf. Program “Istilah
Diri” selama paling sedikit tiga hari dapat menjadi solusi praktis di tengah
penyakit ummat Islam yang tidak mengetahui kandangnya (masjid) untuk secara
bertahap menggiring ummat agar mencintai masjid dan betah memakmurkan
masjid.