NAMA Kepala Satuan Brimobda Lampung AKBP Drs
Waris Agono Msi mungkin agak terkesan unik…
Jarang orang bernama Waris, kebanyak adalah
Aris. Demikian dengan Agono, kebanyakan Wagono. Namun, rupanya dalam nama ini
terkandung arti tersendiri. “Kata orangtua saya artinya anak sederhana,” ungkap
lelaki kelahiran Boyolali 28 April 1968 ini.
Selain nama yang unik, Kasat Brimob Lampung
ini termasuk sedikit dari pejabat di kalangan Polri yang fasih berbicara masalah
agama. Bahkan bila kita berbincang dengannya terasa ada nuansa agamis yang
membuka cakrawala kita bahwa urusan manusia bukanlah masalah dunia, pangkat dan
jabatan belaka.
Dan, nuansa agamis pula yang dikembangkannya
dalam membina kesatuan, terutama anggota Brimob. “Tak kalah pentingnya adalah
kita memberikan makanan ruhani kepada anggota, karena kalau makanan jasmani saja
maka akan timbul ketidakstabilan,” ujar Waris.
Disadari akar dari tindakan penyimpangan
negatif manusia adalah timbul karena per-soalan moral dan ethika. Makanya,
pendidikan moral dan ethika menjadi sangat urgen sekarang ini.
Waris menjadi polisi sudah meru-pakan
keinginan sejak masih duduk dibangku SD. Terpikat melihat penampilan pamannya
yang gagah dengan uniform Akabri, tertanam dalam diri Waris ingin pula menjadi
polisi. Makanya ketika orangtuanya menyuruh dirinya masuk SPG atau SMEA, dirinya
bersikukuh masuk SMA. “Lulusan SPG dan SMEA kan nggak bisa masuk Akpol,”
bathinnya.
Setamat SMA dia masuk Akpol dan langsung
lulus. “Saya memang telah menyiapkan diri.Pagi-pagi disuruh lari sama bapak kos
saya itu. Dibangunkan diajak lari-lari, saya pun ikut lari terus kemudian
diajari kalau tes jasmani, seperti ini, pisikologi begini-begini diajari sama
beliau. Terus kemudian saya mengikuti tes pada saat tes itu saya yakin
sajalah.”
Dan Waris benar-benar lulus tanpa didampingi
sama sekali. Dia mengaku orangtuanya orang kampung, waktu disodori surat
pernyataan kesanggupan mengembalikan biaya apabila meninggalkan pendidikan,
ayahnya tak mau tanda tangan. Karena takut dari mana harus mencarikan uangnya
nanti. Akhirnya waris mengadu ke ibunya dan akhrinya ibunya yang tanda tangan
setelah diubah di formulir.
Sejak lulus Akpol 1990 sampai sekarang Waris
melulu tugas di kesatuan Brimob. Mula-mula Danton di Satbrimob Pus sampai
menjadi Komandan Kompi di sana, walau sempat diselang-selingi pendidikan PTIK
dan KIK UI. Setamat KIK UI, Waris menjadi Dan Yon Sat Brimobda Polda Jawa timur
berkedudukan di Malang. Tahun 2005 mengikuti Sespim, setamat Sespim menjadi
Kaden A Brimob Polri dan sejak 2007 menjadi Kasat Brimobda Lampung. Sebagaimana
galhibnya Brimob, Waris pun kerap mengikuti penugasan operasi. Mula-mula Tahun
1994 Dalam Operasi Pulau Galang pemulangan pengungsi Vietnam di Riau, Tahun1998
Komandan Kontingen ABRI Masuk Desa antar Pulau di Aceh Barat, Tahun 1999 Operasi
PPRM di Aceh, 1009 juga Operasi Sadar Renjong Aceh, 2003 Operasi Tegak Rencong,
Tahun 2003 Operasi Darmil, 2006 Operasi Mutiara di Maluku, lalu Operasi
Perdamaian Poso. Berikut wawancara dengan Waris. Petikannya:
Ada pengalaman yang menarik sewaktu mengikuti
operasi?
Banyak. Setiap penugasan punya kesan
sendiri-sendiri. Namun yang berkesan sekali sewaktu Operasi Mutiara tahun 2006
di Maluku. Di situ saya bertemu dengan ustad-ustad, kepada saya disampaikan
bahwa setiap manusia mempunyai kewajiban untuk berdakwah. Karena itu dulu para
nabi diutus berdakwah untuk mengagungkan asma Allah namun karena nabi sudah
tidak ada lagi siapa yang akan meneruskan usaha dakwah,yah umat manusia akhir
jaman ini.Dakwah dapat dilakukan dengan bermacam-macam.Ustad menawarkan untuk
ikut dalam usaha dakwah tersebut.
Apabila usaha dakwah berjalan maka tugas
polisi enak, karena tugas ini diemban oleh setiap orang. Bukan ulama saja. Jika
setiap orang tidak akan lagi mengenal agama, azab terjadi dimana-mana, bila ada
kerusakan maka ini bukan salah siapa-siapa karena manusia tidak punya iman
lagi.
Karena ini ada hubungan dengan tugas
kepolisian lalu saya bertanya bagaimana tehnik dakwahnya, dijelaskan sama
seperti Rasul SAW. Rasul berdakwah tidak minta bayaran tapi mendatangi umat,
seperti polisi. Polisi yang mendatangi masyarakat bukan masyarakat didatangi
polisi.
Mulaiilah saya tertarik. Apalagi di dakwah ada
batasan-batasan yang sama dengan batasan di kepolisian, misalnya tidak bicara
politik, tidak bicara aib masyarkat, tidak boleh bicara khilafiyah, lalu
mendekati ulama, ahli tasauf dsb.
Berapa lama proses sampai Anda mengikutinya
?
Dua bulan. Sebenarnya saat di Kelapa Dua (Mako
Pus Brimob, red) saya melihat jamaah selesai salat membaca hadis tentang
keutamaan salat, dakwah baca Al Quran. Menurut saya itu bagus, kemudian di
Ternate mulailah saya berjaulah dengan ustad. Saya ikut berpakaian sunnah
(gamis, red), orang tidak tahu bahwa saya adalah Kaden Satbrimob. Ternyata
bermanfaat untuk tugas kepolisian. Dari sini saya tahu bagaimana citra polisi di
lapangan. Informasi yang saya dapat ini saya sampaikan ke bapak
Kapolda
Adakah perubahan prilaku dan kebijakan dalam
diri Anda kemudian?
Ya. Kita kan belajar, bahwa dalam hadis
disebutkan bahwa orang yang kuat adalah orang mampu mengendalikan amarahnya.
Saya sempat terkejut dengan bunyi hadis ini. Sebab selama ini kalau lihat
anggota yang bersalah langsung saya hantam saja. Nah dengan dakwah ini saya
dapat memberikan peringatan dengan lemah lembut. Kalau dulu saya keras kini saya
sering ajak anggota salat berjamaah. Yang tidak salat saya tanya masak kita
dipanggil komandan cepat, apalagi Allah yang memanggil. Nah dengan cara ini
ternyata anggota mendidiknya lebih mudah.
Dan keuntungan lain?
Ada perubahan yang besar dalam diri saya
menyangkut keimanan. Saat operasi di Aceh kalau tidak ada keyakinan kepada Allah
yang menolong mungkin saya sudah meninggal, karena kita disana sering
disanggong, dan saya tidak pakai pakaian anti peluru.
Apakah dakwah ini sejalan dengan tugas
?
Justru ini saya sangat tertarik dengan dakwah
ini. Saat saya di Malang mendirikan Polmas kami sendiri yang mendatangi warga
dari rumah ke rumah untuk melatih anjing milik warga dengan anjing pelacak
herder. Nah tehnik mendatangi warga dari rumah ke rumah adalah tehnik dakwah
yang saya ikuti artinya sejalan.
Memimpin Brimobda Lampung ini, apa saja yang
Anda lakukan?
Sebenarnya saat saya ditugaskan Mabes di sini,
saya bertanya dengan diri saya apakah saya mampu untuk melaksanakannya. Saya
salat dan percaya bahwa Allah menolong saya. Saya lalu melakukan audit kesehatan
organisasi, terutama kondisi seputar manusianya bagaimana, kemampuannya,
disiplinnya, kondisi fisik terutama rohaninya. Saya melihat dalam masalah
pembinaan rohani telah berjalan namun hanya membaca yasin kemudian mendengarkan
ceramah. Ini lalu kita tingkatkan setiap Jumat anggota kita sebarkan untuk salat
berjamaah dengan masyarakat, sehingga tidak ada lagi kesan ekslusif.
Jika satuan itu eksklusif atau tidak mengenal
masyarakat ia akan cenderung arogan, merasa paling hebat. Tapi dengan mengenal
masyarakat polisi mempunyai akan menjalankan sifat pelindung dan pengayoman.
Ternyata tanggapan masyarakat terhadap program ini positif. Dan sebelum di
Lampung, program ini sudah dijalankan di Ternate dan juga di Kelapa Dua
tanggapan masyarakat pun baik. Jadi yang kita jalankan di sini meneruskannya
saja.
Ada umpan balik setelah mereka berbaur dengan
masyarakat, misalnya laporan atau sebagainya?
Sebenarnya mereka diberi satu kewajiban untuk
mengenal satu orang saat mereka berbaur dengan masyarakat. Dan untuk diingat
kegiatan pendekatan diri ke masyarakat juga berlaku juga bagi non muslim,
sebagai contoh umat Kristen setelah saat mereka ke Gereja pun harus kenal dengan
satu orang itu. Nah, kalau satu tahun berapa banyak dia kenal orang. Sudah
mengenal 365 teman. Itu satu detasmen. Jadi tiada hari tanpa kawan baru, itu
untuk bidang rohani.
Untuk peningkatan fisik?
Untuk pembinaan fisik dengan bela diri. Saya
buktikan di Malang dan Kelapa Dua. Sebab bila setiap anggota memiliki kemampuan
bela diri rata-rata sama maka dia mampu untuk ditugaskan kemana saja. Kalau di
sini kita memilih olah raga bela diri Tarung Derajat karena ternyata sebelumnya
di sini sudah ada, namun belum maksimal pembinaannya. Hanya beberapa personal
saja. Maka kita masalkan. Seluruh anggota Brimob ikut. Dan olah raga Tarung
Derajat ternyata filosofinya sangat tinggi. Misalnya di sana ditanamkan
menghormati orang, walau kita mempunyai kemampuan tapi kita harus bersikap
ramah. Aku ramah bukan berarti takut, aku tunduk bukan berarti
takhluk.
Bagaimana dengan hasil program selama ini, apa
bisa dilihat dari penurunan angka pelanggaran disiplin misalnya?
Saya lihat tingkat kedisiplinan meningkatlah.
Fisik juga demikian, dulu waktu saya pertama kali datang bertugas di daerah ini
mereka diajak lari, lima belas menit mereka sudah teriak-teriak. Sekarang nggak
lagi. Tapi pelanggaran tergantung kita melihatnya. Begini tahun 2006 lalu,
banyak yang melanggar namun hukuman belum diberikan sehingga tahun ini kita
berikan sanksi, jadi pelanggaran tahun ini terkesan banyak padahal pelanggaran
tahun lalu. Kalau ini tidak kita berikan hukuman maka kasihan dengan anggota
yang lain. Kita juga memberikan penindakan untuk memperbaiki anggota itu sendiri
hukuman ini bukanlah balas dendam, tapi demi kebaikan anggota itu
sendiri.
Pelaksanaan Polmas di Brimob
bagaimana?
Polmasnya sama sebagaimana kami terapkan di
Ternate dulu, Polmas untuk Brimob sudah ada pedoman pelaksanaan Polmas sudah
diterbitkan Kakor Brimob dan itu memang berbeda dengan Polmas dengan satuan
kepolisian wilayah. Brimob Polmasnya Brimob ikatan regu atau kelompok, Polmasnya
wilayah kan sendirian. Makanya dengan digabungnya dengan kegiatan agama itu dia
ada posko ditempat-tempat ibadah itu. Kalau poskonya di warga masyarakat kita
nggak bisa ngontrol. Dengan kegiatan agama maka dia belajar silaturahmi dari ke
rumah-rumah, mengenalkan diri nama. Misalnya nama saya Haris saya dari Masjid
Mujahidin Brimob Rawa Laut, saya menawarkan bapak ke mesjid untuk salat
berjamaah. Lalau setelah salat diajak ngobrol. Ngobrolnya agama memang awalnya
cerita tentang dunia kamtibmas dan bicara agama
Anda sekarang masih menjalani kegiatan dakwah
ini ?
Insyaallah masih.
Banyak nggak anggota yang tertarik?
Banyak. Tiap akhir minggu, sebanyak 14 sampai
dengan 20 orang kita keluarkan jemaah untuk ikut kegiatan agama bersama santri,
anggota masyarakat luar. Jadi tidak untuk anggota kita saja. Dengan demikian
masyarakat kenal dengan warga. Kalau kita tanya setelah mereka iktikaf tiga hari
itu anggota sudah bisa mengaji salat, pulang lebih santun dan jaringan lebih
luas. Nah, bicara jaringan, empat bulan saya di sini jaringan saya sudah banyak,
sebab jaringan ini diperoleh dari pendakwah-pendakwah itu, jadi informasi kita
lebih banyak Dan untuk diketahui ikut dakwah ini bukan untuk ketenaran dunia.
Saya ikut untuk memperbaiki diri saya dan bersilaturahmi dengan warga. Karena
janji Allah bagi orang yang bersilaturahmi maka akan dipanjangkan umurnya,
diampuni dosa-dosanya, diluaskan rezekinya. Bagaimana tidak panjang umurnya
kalau saya saja bertemu dengan Anda bawaannya guyon-guyon, tertawa melulu, nah
dengan demikian lupa dengan berbagai masalah-masalah,sebab kita berbicara iman
dan amal saleh, tidak bicara kejelekan orang, bicara iman maka iman kita
meningkat. Diluaskan rezekinya mana tahu kalau saya bersilaturahmi ke rumah
bapak, bapak ada jeruk, apel. Kita tidak berharap demikian namun kita hanya
berharap kepada Allah. Lalu diampuni dosa-dosanya, dan ini adalah janji
Allah.
Lalu dari visi, misi ini Brimob
mendukung?
Ya. Sebab menurut saya pembinaan rohani
penting. Bukan hanya pembinaan fisik, administrasi, operasional, jasmani. Rohani
paling penting karena kalau orang hanya mementingkan jasmani saja dan tidak
memikirkan rohani maka orang tersebut akan bersipat hedonisme lalu
materialistis. Tapi kalau kebutuhan rohani telah diberi makan maka tersebut akan
pandai bersyukur, Alhamdulillah ada rezeki. Hidupnya akan lebih makmur dan
bahagia. Karena bahagia bukan karena jabatan dan harta, kebahagian itu bila
seseorang menjalankan agama dengan cara sempurna. Kalau Allah letakkan
kebahagian hidup dalam harta maka hanya orang berharta saja yang bahagia. Kalau
Allah meletakkan kebahagian dalam pangkat maka hanya orang memiliki pangkat saja
yang bahagia yang tidak mempunyai pangkat maka tidak akan bahagia. Kalau rohani
polisi tidak kuat maka dia akan mencari tambahan dengan cara melenceng, tapi
bila rohaninya kuat maka dia akan cari tambahan dengan cara yang halal. Apalagi
polisi ini banyak yang jadi ‘kontraktor’, rumah mengontrak lalu kredit motor.
Brimob ditata rohaninya agar menjadi baik. Karena Brimob juga banyak yang
‘kontraktor’,rumah kontrak kredit motor. Hanya 20 persen yang memiliki rumah
sementara 80 persen kontrak. Yang menjadi persoalannya, biasanya godaan, karena
ada imej masak polisi miskin? Itulah dengan ilmu agama tadi anggota dapat
menjelaskan kepada warga bahwa tidak setiap polisi miskin, ada yang kaya mungkin
pintar berbisnis, polisi banyak temannya mungkin juga dia dapat warisan dari
orang tuanya, atau disokong oleh keluarganya.Kalau ada imej bahwa polisi itu
kaya dengan cara yang kurang baik maka itu harus dibuktikan dan kita suuzon
lagi.
Dalam beberapa bulan ini, setelah Anda
bertugas di sini apakah ada anggota yang berubah prilaku?
Insyaallah ada. Kemarin saya mengajak anggota
ikut kegiatan pesantren kilat tiga hari, ada yang berubah prilakunya.Yang
merubah sifat ini bukan kita tapi Allah, kita hanya berdoa ya Allah rubahlah
sifat si A ini.
Ada yang menolak kegiatan?
Ada. Kita telah memperintahkan tapi dia
nolak-nolak begitu. Alasannya istri sakit, padahal istrinya tidak sakit. Tapi
begitu dia keluar rumah katanya kepada isterinya dia ikut program agama. Nggak
tahunya dia bergaul diluar, timbul masalah, dia dugem.Uang habis nggak mau bayar
akhirnya ribut. Diajak ibadah nggak mau tapi maksiat mau akhirnya ketangkap
juga. Itulah hukuman yang ditunjukkan Allah, dia mendapat tarbiyah (pendidikan)
sendiri.
Anda sendiri mempunyai motto dalam
hidup?
Banyak. Saya menerapkan prinsip, tiada hari
tanpa kawan baru. Lalu, jiwa ragaku demi kemanusiaan. Dan dalam berbuat saya
punya motto, orang lain baru berfikir kami sudah berbuat. Dan, kami juga
berprinsip, “Kami bukan yang terbaik, tapi kami akan lakukan yang
terbaik.”(*)