Contoh lain dari kemungkaran-kemungkaran itu
adalah sebagaimana yang banyak dinyatakan oleh beberapa hadits bahwa para
malaikat rahmat tidak akan memasuki rumah yang ada anjing dan gambar makhluk
hidup di dalamnya. Abu Wail ra. meriwayatkan, "Aku menyertai Perang Syria
bersama Umar ra.. Kami pernah tinggal di suatu tempat, dimana seorang bangsawan
daerah itu datang mencari Umar ra.. Setelah berjumpa dengan Umar ra., ia
bersujud di hadapannya. Umar bertanya, "Mengapa engkau berbuat demikian?" Dia
menjawab, "Demikianlah adat kami bila menghadap Raja." Umar ra. menjawab, "Sujud
hanya diperuntukkan kepada Allah Maha Perkasa yang menciptakanmu." Kemudian
bangsawan itu merayu, "Telah kusediakan makanan untuk tuan. Aku sangat berharap
tuan datang ke rumahku dan makan bersamaku." Umar ra. bertanya kepadanya,
"Apakah di rumahmu terdapat gambar-gambar?" Ketika orang itu menjawab ada, Umar
ra. menolak pergi ke rumahnya dan berpesan agar ia dikirimi satu jenis makanan
saja. Bangsawan itu pun mengirim makanan yang dipesan Umar ra. dan beliau
memakannya." ( Hadits Riwayat Hakim ).
Sekarang lihatlah rumah-rumah para tokoh
terpelajar dewasa ini, adakah hiasan-hiasan yang tidak bergambar makhluk hidup
di sana? Dan beranikah para ulama/ ustadz menegurnya? Katakanlah kepada saya,
bagaimana penderitaan kaum muslimin dapat dikurangi, jika kita sendiri yang
menutup pintu rahmat Allah dan mengikuti berbagai cara yang membuat Allah murka?
Oleh sebab itu, sangat wajar, jika dalam keadaan yang demikian, penderitaan dan
bencana atas kita semakin bertambah.
Orang-orang shaleh dahulu menolak memasuki
rumah orang-orang kafir dan rumah yang di dalamnya terdapat gambar-gambar.
Sedangkan kita yang mengikrarkan diri sebagai umat Islam, telah menghiasi
rumah-rumah kita dengan hal-hal yang diharamkan tersebut. Renungkanlah sejenak
sabda-sabda ini dan cobalah menilai diri sendiri dan keadaan dunia ini
berdasarkan sabda-sabda Rasulullah saw. Niscaya Anda akan bertambah kaget ketika
menyadari bagaimanakah keadaan diri kita yang sebenarnya, yang telah banyak
mengabaikan ajaran-ajaran Islam yang sempurna.
Perbuatan dosa selanjutnya yang menarik murka
Allah adalah sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi saw., "Jika matahari naik,
dua malaikat yang berhampiran dengannya menyeru, "Wahai manusia, ingatlah
terhadap Tuhanmu. Sedikit bekal yang mencukupi lebih baik daripada tumpukan
harta yang membawamu kepada kesenangan yang sia-sia. Dan jika matahari terbenam,
dua malaikat yang berdiri di sisinya berdoa, "Ya Allah! Berilah pahala ke atas
orang yang menginfakkan hartanya untuk kebaikan dan binasakanlah harta orang
yang menyimpan hartanya ( karena kikir )." ( Sumber: Kitab- At Targhib
).
Sekarang pikirkanlah betapa dahsyat bahaya
yang sedang menunggu mereka yang kikir dan menyimpan harta. Mereka telah
bersusah payah menahan berbagai kesusahan ketika mengumpulkannya, namun jika
mereka kikir, sehingga mereka tidak menginfakkan hartanya di jalan Allah,
sebenarnya mereka telah mengundang berbagai bencana yang akan membinasakan diri
mereka sendiri.
Kadangkala mereka jatuh sakit dan jutaan
bahkan ratusan juta uang hilang untuk membayar biaya pengobatan. Atau mereka
terkena kasus di pengadilan ( baik kasusnya benar atau salah ), yang akhirnya
menguras seluruh harta mereka. Walaupun seandainya ada sebagian harta mereka
yang tersisa disebabkan keberkahan amal shaleh mereka, maka ahli waris mereka
yang sesat akan menghabiskan hidup mereka dalam foya-foya dan kesia-sian,
sehingga dalam hitungan minggu atau bulan, harta itu pun habis. Padahal orang
tua mereka telah membanting tulang selama bertahun-tahun dan menghadapi berbagai
penderitaan demi mengumpulkan harta tersebut.
Pernyataan ini bukan cerita yang dibuat-buat,
tetapi suatu kenyataan yang terjadi di tengah kita. Kita dapat melihat bahwa
harta yang berlimpah ruah yang dikumpulkan oleh orang-orang tua dengan tetesan
keringat telah dihabiskan oleh anak-anak mereka dengan boros dan sia-sia dalam
jangka beberapa minggu saja setelah kematian mereka.
Benarlah apa yang dinyatakan oleh beberapa
hadits bahwa manusia berteriak, "Ini hartaku! Itu hartaku!" tetapi sesungguhnya
harta miliknya hanyalah; apa yang ia makan, apa yang ia pakai atau apa yang ia
simpan untuk Allah ( diinfakkan di jalan Allah ). Selain itu, adalah milik orang
lain." ( At-Targhib ).
Ali ra. berkata, "Apapun yang kamu simpan
melebihi keperluan hidupmu, adalah milik orang lain dan kamu adalah penjaganya."
( Kitab Al-Muhallat ).