Hari hari kita pikirkan dan bicarakan tentang kepentingan dunia, mari kita luangkan sedikit waktu untuk pikirkan dan bicarakan tentang perkara agama, tentang kebesaran Alloh, satu satunya bekal kita nanti pulang ke "Kampung Akhirat" dan untuk apa sebenarnya kita sebagai manusia Alloh SWT ciptakan di dunia ini...

Saturday, November 5, 2011

Sebab - sebab Kemunduran dan Kehancuran Islam 2

Sebenarnya, dalam keadaan yang sudah parah seperti ini, ketika demikian banyak kemungkaran dilakukan oleh kita, sudah sepatutnya kita menerima adzab yang lebih hebat daripada apa yang kita terima sekarang ini. Namun demikianlah belas kasih Allah swt., sehingga dengan rahmat-Nya kita masih ada di dunia ini.

Dan apa yang disampaikan sebelumnya, baru salah satu rukun Islam yang biasa kita sepelekan. Belum lagi jika kita melihat bagaimana penunaian rukun Islam secara menyeluruh, seperti puasa Ramadhan, zakat dan haji. Tentu akan lebih nyata lagi sikap kita terhadap rukun-rukun tersebut. Berapa banyakkah di antara kita yang menunaikannya dengan tertib dan gairah yang tinggi? Sebaliknya, kita malah berkiprah tanpa malu dalam kemaksiatan terhadap-Nya! Seperti minuman keras dan berjudi yang sudah menjadi kebiasaan sebagian kaum muslimin.

Dapat kita saksikan, orang-orang mengaku dirinya sebagai muslim, bahkan berujar ia siap mati kapanpun demi Islam, justru ia melindungi peredaran minuman keras hanya karena kepentingan dunia yang secebis ini, bahkan mereka pun ikut meminumnya secara terbuka dan tanpa malu. Padahal Al Quran telah berkali-kali memperingatkan tentang arak beserta seluruh urusan yang berhubungan dengannya, dan mengharamkannya dengan kalimat-kalimat yang jelas. Rasulullah saw. mengutuk mereka yang meminumnya, yang membuatnya, yang menyajikannya, yang membeli, yang menjualnya, yang mengangkutnya, yang menerima upah dari pengangkutannya, dan semua jenis penghasilan yang berhubungan dengan arak. Sebuah hadits lain menyatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Jibril datang kepadaku dan berkata, "Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah telah mengutuk arak. Dia telah mengutuk orang yang menyediakannya, menguruskan penyediaannya, yang meminumnya, yang membawanya, yang menerima upah dari pembawanya, penjual, penghidang dan yang menyuguhkannya." Hakim rah.a. telah membuktikan bahwa kedua hadits itu shahih.

Sekaranglah saatnya berpikir bahwa hanya dengan satu perbuatan, yaitu minuman keras, berapa banyak orang yang terkena siksa dan kutukan Allah dan Rasul-Nya? ( semoga Allah menyalamatkan kita semua ). Apa yang akan terjadi ke atas mereka yang dikutuk oleh Allah dan Rasul-Nya? Padahal Rasulullah saw. sangat mencintai umatnya dan selalu memikirkan kebaikan dan kesuksesan umatnya. Dan bagaimanakah nasib mereka yang tidak mencela dan mencegah peminum khamr, padahal mereka sanggup mencegahnya?

Inilah yang hendaknya kita pikirkan. Sayangnya, jika ada orang yang berani mencela atau mencegah kemungkaran ini, maka ia akan dianggap berpikiran sempit atau disebut ulama kemarin sore. Padahal jelas-jelas Rasulullah saw. bersabda, "Jauhilah khamr karena ia adalah puncak segala dosa."

Lalu, jika kita sendiri yang membuka pintu penderitaan dan bencana itu, mengapa kita mengeluh ketika bencana-bencana ini melanda kita? Dimanakah akal sehat kita? Bukankah telah diperingatkan oleh Nabi saw. -bahwa kesusahan dan bencana adalah hasil perbuatan maksiat kita-, namun mengapa kita masih terus melakukannya?

Demikian pula yang terjadi dengan riba, Pertama, renungkanlah perintah-perintah Allah dan sabda Rasul-Nya saw., dan pikirkanlah bagaimana ketegasan Allah dalam mengharamkan riba di dalam kitab suci-Nya, dan bagaimana Rasul-Nya telah mengumumkan perang ke atas orang yang tidak berhenti dari riba. Allah swt. berfirman;

"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (  yang belum dipungut ) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan ( meninggalkan sisa riba ) maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu." (Al-Baqarah: 278-279).

Pada masa jahiliyah dan kegelapan, perniagaan dengan sistem riba begitu meluas. Ketika ayat di atas diwahyukan, pemberi pinjaman haram menerima uang bunga, sehingga semua bentuk perniagaan pada masa itu sudah tidak menggunakan sistem riba.

Terdapat berbagai peringatan hadits yang melarang segala bentuk perniagaan yang mengandung riba. Beberapa hadits merumuskan bahwa kehebatan dosa akibat riba dibagi menjadi 73 tingkatan dan tingkatan yang terendah adalah sama dengan dosa menzinahi ibunya sendiri dan yang terburuk adalah seperti dosa merendahkan seorang muslim. Sebuah hadits menyatakan, "Selamatkanlah dirimu dari dosa-dosa yang tidak diampuni dan ( mengambil ) riba adalah salah satu darinya. Barangsiapa berbuat riba, niscaya akan dibangkitkan sebagai orang gila pada hari Kiamat."

Pada suatu ketika, Rasulullah saw. bersabda, "Orang yang hidup dengan pendapatan dari riba tidak akan dapat masuk surga." (Misykat).