Sebenarnya, dalam keadaan yang sudah parah
seperti ini, ketika demikian banyak kemungkaran dilakukan oleh kita, sudah
sepatutnya kita menerima adzab yang lebih hebat daripada apa yang kita terima
sekarang ini. Namun demikianlah belas kasih Allah swt., sehingga dengan
rahmat-Nya kita masih ada di dunia ini.
Dan apa yang disampaikan sebelumnya, baru
salah satu rukun Islam yang biasa kita sepelekan. Belum lagi jika kita melihat
bagaimana penunaian rukun Islam secara menyeluruh, seperti puasa Ramadhan, zakat
dan haji. Tentu akan lebih nyata lagi sikap kita terhadap rukun-rukun tersebut.
Berapa banyakkah di antara kita yang menunaikannya dengan tertib dan gairah yang
tinggi? Sebaliknya, kita malah berkiprah tanpa malu dalam kemaksiatan
terhadap-Nya! Seperti minuman keras dan berjudi yang sudah menjadi kebiasaan
sebagian kaum muslimin.
Dapat kita saksikan, orang-orang mengaku
dirinya sebagai muslim, bahkan berujar ia siap mati kapanpun demi Islam, justru
ia melindungi peredaran minuman keras hanya karena kepentingan dunia yang
secebis ini, bahkan mereka pun ikut meminumnya secara terbuka dan tanpa malu.
Padahal Al Qur’an telah
berkali-kali memperingatkan tentang arak beserta seluruh urusan yang berhubungan
dengannya, dan mengharamkannya dengan kalimat-kalimat yang jelas. Rasulullah
saw. mengutuk mereka yang meminumnya, yang membuatnya, yang menyajikannya, yang
membeli, yang menjualnya, yang mengangkutnya, yang menerima upah dari
pengangkutannya, dan semua jenis penghasilan yang berhubungan dengan arak.
Sebuah hadits lain menyatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Jibril datang
kepadaku dan berkata, "Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah telah mengutuk arak.
Dia telah mengutuk orang yang menyediakannya, menguruskan penyediaannya, yang
meminumnya, yang membawanya, yang menerima upah dari pembawanya, penjual,
penghidang dan yang menyuguhkannya." Hakim rah.a. telah membuktikan bahwa kedua
hadits itu shahih.
Sekaranglah saatnya berpikir bahwa hanya
dengan satu perbuatan, yaitu minuman keras, berapa banyak orang yang terkena
siksa dan kutukan Allah dan Rasul-Nya? ( semoga Allah menyalamatkan kita semua
). Apa yang akan terjadi ke atas mereka yang dikutuk oleh Allah dan Rasul-Nya?
Padahal Rasulullah saw. sangat mencintai umatnya dan selalu memikirkan kebaikan
dan kesuksesan umatnya. Dan bagaimanakah nasib mereka yang tidak mencela dan
mencegah peminum khamr, padahal mereka sanggup mencegahnya?
Inilah yang hendaknya kita pikirkan.
Sayangnya, jika ada orang yang berani mencela atau mencegah kemungkaran ini,
maka ia akan dianggap berpikiran sempit atau disebut ulama kemarin sore. Padahal
jelas-jelas Rasulullah saw. bersabda, "Jauhilah khamr karena ia adalah puncak
segala dosa."
Lalu, jika kita sendiri yang membuka pintu
penderitaan dan bencana itu, mengapa kita mengeluh ketika bencana-bencana ini
melanda kita? Dimanakah akal sehat kita? Bukankah telah diperingatkan oleh Nabi
saw. -bahwa kesusahan dan bencana adalah hasil perbuatan maksiat kita-, namun
mengapa kita masih terus melakukannya?
Demikian pula yang terjadi dengan riba,
Pertama, renungkanlah perintah-perintah Allah dan sabda Rasul-Nya saw., dan
pikirkanlah bagaimana ketegasan Allah dalam mengharamkan riba di dalam kitab
suci-Nya, dan bagaimana Rasul-Nya telah mengumumkan perang ke atas orang yang
tidak berhenti dari riba. Allah swt. berfirman;
"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan tinggalkan sisa riba ( yang belum dipungut ) jika kamu
orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan ( meninggalkan sisa
riba ) maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu."
(Al-Baqarah: 278-279).
Pada masa jahiliyah dan kegelapan, perniagaan
dengan sistem riba begitu meluas. Ketika ayat di atas diwahyukan, pemberi
pinjaman haram menerima uang bunga, sehingga semua bentuk perniagaan pada masa
itu sudah tidak menggunakan sistem riba.
Terdapat berbagai peringatan hadits yang
melarang segala bentuk perniagaan yang mengandung riba. Beberapa hadits
merumuskan bahwa kehebatan dosa akibat riba dibagi menjadi 73 tingkatan dan
tingkatan yang terendah adalah sama dengan dosa menzinahi ibunya sendiri dan
yang terburuk adalah seperti dosa merendahkan seorang muslim. Sebuah hadits
menyatakan, "Selamatkanlah dirimu dari dosa-dosa yang tidak diampuni dan (
mengambil ) riba adalah salah satu darinya. Barangsiapa berbuat riba, niscaya
akan dibangkitkan sebagai orang gila pada hari Kiamat."
Pada suatu ketika, Rasulullah saw. bersabda,
"Orang yang hidup dengan pendapatan dari riba tidak akan dapat masuk surga."
(Misykat).