Hari hari kita pikirkan dan bicarakan tentang kepentingan dunia, mari kita luangkan sedikit waktu untuk pikirkan dan bicarakan tentang perkara agama, tentang kebesaran Alloh, satu satunya bekal kita nanti pulang ke "Kampung Akhirat" dan untuk apa sebenarnya kita sebagai manusia Alloh SWT ciptakan di dunia ini...

Saturday, November 5, 2011

Sebab - sebab Kemunduran dan Kehancuran Islam 1

Maulana Zakariyya menyampaikan suatu ulasan yang cukup tentang ayat-ayat dan hadits mengenai bencana-bencana dan penderitaan-penderitaan yang dialami ummat Islam yang diakibatkan oleh ketidaktaatan kepada Allah. Penyebab ini memiliki pengaruh yang sangat kuat, sehingga mereka yang tidak berdosa pun, tidak akan terlepas dari akibatnya.

Sebuah hadits menyatakan, Rasulullah saw. bersabda, "Pada akhir umur umat ini, akan terdapat Khusuf ( nyawa manusia dan rumah-rumah mereka terkubur di dalam bumi ), akan terdapat Maskh ( perubahan rupa/ wajah dari manusia ke anjing dan kera ) dan akan terdapat Qadhf ( hujan batu dari langit )." Seseorang bertanya, "Ya Rasulullah! Akankah kami dibinasakan, sedangkan masih ada orang-orang shaleh di tengah-tengah kami?" Rasulullah saw. menjawab, "Ya, apabila maksiat telah mengalahkan kebaikan." ( Hadits Riwayat Tirmidzi Kitab Ishabah ).

Ternyata bencana akan turun walaupun ada orang-orang shaleh, sedangkan maksiat di sekitarnya merajalela. Juga telah ditegaskan di dalam banyak hadits dengan berbagai cara, agar setiap individu muslim menyuruh dan mengajak setiap orang untuk beramal baik dan mencegah dari perbuatan mungkar. Jika tidak, Allah yang Maha Perkasa akan menurunkan berbagai bencana ke atas umat Islam secara menyeluruh.

Di dalam beberapa hadits juga dinyatakan bahwa doa-doa dan permintaan-permintaan kita pada masa itu tidak akan dipedulikan oleh Allah. Hadits lain menyebutkan, "Apabila perbuatan-perbuatan haram merajalela di dalam masyarakat, padahal masyarakat mampu mencegahnya, tetapi mereka tidak melakukannya, maka Allah akan menurunkan bala bencana ke atas mereka sebelum mereka dilenyapkan ( dari muka dunia ini )."

Menyimak sebuah hadits lagi, bahwa Allah telah memerintahkan Jibril as. menghancurkan suatu kawasan. Malaikat itu berdoa seraya mengatakan, bahwa di tempat itu terdapat seorang shaleh yang mentaati-Nya. Allah menjawab, "Benar, tetapi ia tidak memperlihatkan kerutan di dahinya demi-Ku ( yaitu ia tidak sedikit pun bersedih atau marah atas ketidaktaatan manusia kepada Allah ). Inilah sekurang-kurangnya yang diharapkan ada pada seseorang terhadap kemaksiatan." ( Sumber: Kitab Misykat ).

Terdapat berbagai hadits yang menegaskan hal ini, namun sulit mengemukakan semuanya di sini. Hadits-hadits tersebut menyatakan bahwa, apabila tidak mampu mencegah suatu kemungkaran, maka sekurang-kurangnya yang patut ada pada diri seseorang muslim adalah merasa sedih ketika melihat kemungkaran itu. Jika ia tidak memilikinya, maka adzab Allah akan menimpanya.

Sekarang, marilah kita menilai keadaan kita dengan garis-garis peringatan yang telah tertera di atas. Kita melakukan dosa setiap saat. Sedangkan menurut ayat-ayat dan hadits yang diterangkan di atas, kita patut mendapat adzab yang lebih besar. Kita sepatutriya disiksa dengan penderitaan dan kesusahan yang lebih besar lagi karena kesalahan-kesalahan kita tersebut. Kita telah banyak berbuat dosa dan kita tidak bersedih atau khawatir atas sikap bebas manusia untuk tidak mentaati Allah. Dosa-dosa itu dilakukan terus-menerus di hadapan mata kita dan kita tidak bersedih atas wabah ini.

Dalam suasana demikian, harapan bagaimanakah yang ada dalam diri kita? Bagaimana doa-doa kita dan permohonan kita akan dikabulkan? Dan bagaimana caranya agar kesusahan dan penderitaan-penderitaan kita dapat berakhir? Jika bukan karena rahmat Allah dan doa Rasulullah saw. serta kita bernasib baik menjadi umatnya, tentu kita semua sudah dibinasakan. Walaupun hubungan kita dengan Rasulullah saw. sangat lemah, hal itu dapat menyelamatkan kita dari kehancuran ini. Hari ini kita malah berbangga dengan perbuatan maksiat yang merajalela, bahkan menganggap bentuk-bentuk kemaksiatan itu sebagai jalan yang benar menuju kesuksesan. ( Astaghfirullah! ).

Hari ini, hampir setiap orang bebas berbicara tentang masalah agama, sedangkan ia sama sekali tidak memiliki kapasitas dan kompetensi yang memadai. Bahkan seandainya perkataannya itu menghujat aturan-aturan dalam agama, mengacaukan pemahaman agama, mencela ulama-ulama, maka dia akan disanjung-sanjung, dianggap intelek, inovatif, kreatif, berwawan luas, penyambung lidah Islam dan Barat dan sebagainya. Siapa yang berbicara dengan nara sumber yang membawa ke arah kemurtadan dianggap maju, ilmiah dan modern. Jika ada orang yang berani mengingatkan, menasehatinya, maka ia akan dianggap orang yang layak disudutkan/ dijatuhkan. Dia akan dicap sebagai orang yang tidak mengetahui kemajuan dunia, tidak memahami trend modern, musuh kemajuan, penghalang pembangunan dan sebagainya.

Uraian di atas adalah pandangan umum yang berlaku, yang seharusnya perintah-perintah Allah-lah yang menjadi pegangan kita. Untuk lebih memperjelas, rnari kita perhatikan beberapa contoh; Perintah yang paling utama dalam Islam setelah iman adalah shalat lima kali sehari. Berbagai hadits menyatakan bahwa meninggalkan shalat menyebabkan iman tertolak. Pembeda antara Islam dengan kafir adalah shalat. Betapa rugi seseorang di akherat dan di dunia ini, karena meninggalkan shalat.

Maulana Zakariyya telah menerangkan secara ringkas mengenai hal ini dalam kitab 'Fadhilah Sholat'. Namun, berapa banyakkah kaum muslimin yang benar-benar mengutamakan tugas penting ini? Yang lebih menyedihkan lagi, ternyata sangat sedikit orang yang menyampaikan kepentingan shalat ini kepada mereka yang belum shalat. Jika orang miskin yang melalaikan shalat, kita berani memperingatkannya, tetapi tiada seorang pun yang berani mengingatkan orang kaya. Orang kaya atau penguasa atau selebrutus, atau siapa saja yang berkedudukan, tidak akan dicela jika meninggalkan shalat. Tiada seorang pun yang berani menemui orang yang berpengaruh untuk mengingatkan kewajiban ini.

Keadaan seperti ini sangatlah parah. Penyakit ini telah menjalar ke akar-akarnya dan jika ada orang yang mengumumkan secara terbuka bahwa shalat bukanlah suatu penyembahan kepada Allah, maka orang seperti itu tidak dicela, tetapi dipuji dan digelari sebagai ulama yang bijak. Dia akan dimuliakan karena kata-katanya dianggap memahami kehendak zaman. Dia akan dipromosikan sebagai pembawa harapan baik bagi kaum muslimin dan dianggap orang yang berkapasitas memberikan solusi atas permasalahan yang ada. Dan siapa yang menentangnya akan dianggap bodoh dan tidak memahami kemajuan zaman serta keperluan kaum muslimin.

Mereka lupa, bahwa shalat adalah penyejuk mata Rasulullah saw.! Alangkah tragisnya, seseorang yang menyatakan dirinya sebagai pengikut Rasulullah saw., tetapi ia mampu berkata bahwa shalat adalah perbuatan yang tidak berfaedah. Orang seperti itu bahkan diberi gelar sebagai orang yang berwawasan maju dan memiliki pemahaman yang dalam?!
Dengan keadaan yang sangat menyedihkan ini, mengapa pula kaum muslimin masih mengeluhkan penderitaan yang menimpanya?