Maulana Zakariyya menyampaikan suatu ulasan
yang cukup tentang ayat-ayat dan hadits mengenai bencana-bencana dan
penderitaan-penderitaan yang dialami ummat Islam yang diakibatkan oleh
ketidaktaatan kepada Allah. Penyebab ini memiliki pengaruh yang sangat kuat,
sehingga mereka yang tidak berdosa pun, tidak akan terlepas dari
akibatnya.
Sebuah hadits menyatakan, Rasulullah saw.
bersabda, "Pada akhir umur umat ini, akan terdapat Khusuf ( nyawa manusia dan
rumah-rumah mereka terkubur di dalam bumi ), akan terdapat Maskh ( perubahan
rupa/ wajah dari manusia ke anjing dan kera ) dan akan terdapat Qadhf ( hujan
batu dari langit )." Seseorang bertanya, "Ya Rasulullah! Akankah kami
dibinasakan, sedangkan masih ada orang-orang shaleh di tengah-tengah kami?"
Rasulullah saw. menjawab, "Ya, apabila maksiat telah mengalahkan kebaikan." (
Hadits Riwayat Tirmidzi –
Kitab Ishabah ).
Ternyata bencana akan turun walaupun ada
orang-orang shaleh, sedangkan maksiat di sekitarnya merajalela. Juga telah
ditegaskan di dalam banyak hadits dengan berbagai cara, agar setiap individu
muslim menyuruh dan mengajak setiap orang untuk beramal baik dan mencegah dari
perbuatan mungkar. Jika tidak, Allah yang Maha Perkasa akan menurunkan berbagai
bencana ke atas umat Islam secara menyeluruh.
Di dalam beberapa hadits juga dinyatakan bahwa
doa-doa dan permintaan-permintaan kita pada masa itu tidak akan dipedulikan oleh
Allah. Hadits lain menyebutkan, "Apabila perbuatan-perbuatan haram merajalela di
dalam masyarakat, padahal masyarakat mampu mencegahnya, tetapi mereka tidak
melakukannya, maka Allah akan menurunkan bala bencana ke atas mereka sebelum
mereka dilenyapkan ( dari muka dunia ini )."
Menyimak sebuah hadits lagi, bahwa Allah telah
memerintahkan Jibril as. menghancurkan suatu kawasan. Malaikat itu berdoa seraya
mengatakan, bahwa di tempat itu terdapat seorang shaleh yang mentaati-Nya. Allah
menjawab, "Benar, tetapi ia tidak memperlihatkan kerutan di dahinya demi-Ku (
yaitu ia tidak sedikit pun bersedih atau marah atas ketidaktaatan manusia kepada
Allah ). Inilah sekurang-kurangnya yang diharapkan ada pada seseorang terhadap
kemaksiatan." ( Sumber: Kitab Misykat ).
Terdapat berbagai hadits yang menegaskan hal
ini, namun sulit mengemukakan semuanya di sini. Hadits-hadits tersebut
menyatakan bahwa, apabila tidak mampu mencegah suatu kemungkaran, maka
sekurang-kurangnya yang patut ada pada diri seseorang muslim adalah merasa sedih
ketika melihat kemungkaran itu. Jika ia tidak memilikinya, maka adzab Allah akan
menimpanya.
Sekarang, marilah kita menilai keadaan kita
dengan garis-garis peringatan yang telah tertera di atas. Kita melakukan dosa
setiap saat. Sedangkan menurut ayat-ayat dan hadits yang diterangkan di atas,
kita patut mendapat adzab yang lebih besar. Kita sepatutriya disiksa dengan
penderitaan dan kesusahan yang lebih besar lagi karena kesalahan-kesalahan kita
tersebut. Kita telah banyak berbuat dosa dan kita tidak bersedih atau khawatir
atas sikap bebas manusia untuk tidak mentaati Allah. Dosa-dosa itu dilakukan
terus-menerus di hadapan mata kita dan kita tidak bersedih atas wabah
ini.
Dalam suasana demikian, harapan bagaimanakah
yang ada dalam diri kita? Bagaimana doa-doa kita dan permohonan kita akan
dikabulkan? Dan bagaimana caranya agar kesusahan dan penderitaan-penderitaan
kita dapat berakhir? Jika bukan karena rahmat Allah dan doa Rasulullah saw.
serta kita bernasib baik menjadi umatnya, tentu kita semua sudah dibinasakan.
Walaupun hubungan kita dengan Rasulullah saw. sangat lemah, hal itu dapat
menyelamatkan kita dari kehancuran ini. Hari ini kita malah berbangga dengan
perbuatan maksiat yang merajalela, bahkan menganggap bentuk-bentuk kemaksiatan
itu sebagai jalan yang benar menuju kesuksesan. ( Astaghfirullah! ).
Hari ini, hampir setiap orang bebas berbicara
tentang masalah agama, sedangkan ia sama sekali tidak memiliki kapasitas dan
kompetensi yang memadai. Bahkan seandainya perkataannya itu menghujat
aturan-aturan dalam agama, mengacaukan pemahaman agama, mencela ulama-ulama,
maka dia akan disanjung-sanjung, dianggap intelek, inovatif, kreatif, berwawan
luas, penyambung lidah Islam dan Barat dan sebagainya. Siapa yang berbicara
dengan nara sumber yang membawa ke arah kemurtadan dianggap maju, ilmiah dan
modern. Jika ada orang yang berani mengingatkan, menasehatinya, maka ia akan
dianggap orang yang layak disudutkan/ dijatuhkan. Dia akan dicap sebagai orang
yang tidak mengetahui kemajuan dunia, tidak memahami trend modern, musuh
kemajuan, penghalang pembangunan dan sebagainya.
Uraian di atas adalah pandangan umum yang
berlaku, yang seharusnya perintah-perintah Allah-lah yang menjadi pegangan kita.
Untuk lebih memperjelas, rnari kita perhatikan beberapa contoh; Perintah yang
paling utama dalam Islam setelah iman adalah shalat lima kali sehari. Berbagai
hadits menyatakan bahwa meninggalkan shalat menyebabkan iman tertolak. Pembeda
antara Islam dengan kafir adalah shalat. Betapa rugi seseorang di akherat dan di
dunia ini, karena meninggalkan shalat.
Maulana Zakariyya telah menerangkan secara
ringkas mengenai hal ini dalam kitab 'Fadhilah Sholat'. Namun, berapa banyakkah
kaum muslimin yang benar-benar mengutamakan tugas penting ini? Yang lebih
menyedihkan lagi, ternyata sangat sedikit orang yang menyampaikan kepentingan
shalat ini kepada mereka yang belum shalat. Jika orang miskin yang melalaikan
shalat, kita berani memperingatkannya, tetapi tiada seorang pun yang berani
mengingatkan orang kaya. Orang kaya atau penguasa atau selebrutus, atau siapa
saja yang berkedudukan, tidak akan dicela jika meninggalkan shalat. Tiada
seorang pun yang berani menemui orang yang berpengaruh untuk mengingatkan
kewajiban ini.
Keadaan seperti ini sangatlah parah. Penyakit
ini telah menjalar ke akar-akarnya dan jika ada orang yang mengumumkan secara
terbuka bahwa shalat bukanlah suatu penyembahan kepada Allah, maka orang seperti
itu tidak dicela, tetapi dipuji dan digelari sebagai ulama yang bijak. Dia akan
dimuliakan karena kata-katanya dianggap memahami kehendak zaman. Dia akan
dipromosikan sebagai pembawa harapan baik bagi kaum muslimin dan dianggap orang
yang berkapasitas memberikan solusi atas permasalahan yang ada. Dan siapa yang
menentangnya akan dianggap bodoh dan tidak memahami kemajuan zaman serta
keperluan kaum muslimin.
Mereka lupa, bahwa shalat adalah penyejuk mata
Rasulullah saw.! Alangkah tragisnya, seseorang yang menyatakan dirinya sebagai
pengikut Rasulullah saw., tetapi ia mampu berkata bahwa shalat adalah perbuatan
yang tidak berfaedah. Orang seperti itu bahkan diberi gelar sebagai orang yang
berwawasan maju dan memiliki pemahaman yang dalam?!
Dengan keadaan yang sangat menyedihkan ini,
mengapa pula kaum muslimin masih mengeluhkan penderitaan yang
menimpanya?