Hari hari kita pikirkan dan bicarakan tentang kepentingan dunia, mari kita luangkan sedikit waktu untuk pikirkan dan bicarakan tentang perkara agama, tentang kebesaran Alloh, satu satunya bekal kita nanti pulang ke "Kampung Akhirat" dan untuk apa sebenarnya kita sebagai manusia Alloh SWT ciptakan di dunia ini...

Friday, November 4, 2011

Bayan / Penjelasan Agama Pak Tantowi

Allah SWT ciptakan dunia, langit, bumi yang luas, hutan-hutan, lautan yang luas, gunung-gunung, sawah dan lading adalah untuk manusia, tapi manusia diciptakan untuk taat kepada Allah dan RasulNya. Manusia saat ini tidak taat kepada Allah karena lemah Iman. Rasul sabdakan bahwa iman ini bisa naik dan turun bahkan keluar masuk, (naudzubillah) apabila ketika iman kita keluar kita mati.

Kenapa hari ini seperti ini karena kita belum paham nilai-nilai usaha nubuwwah, seperti anak kecil yang diberikan antara coklat dan cek 1 trilin maka akan memilih coklat. Diri kita ini seperti itu juga, yang masih suka dengan bungkus coklat dari pada cek 1 triliun. Oleh karena itu kita saat ini susah mengambil takazah.

Karena kita salah meletakkan iman. Zainal Abidin dari Pakistan katakan misal kita punya senjata dan 50 peluru, kemudian ada kucing lewat, lalu kita lemparkan 5 peluru kea rah kucing maka kucing itu pun tidak akan mati, tapi apabila 1 peluru kita masukkan senjata lalu ditembakkan jangankan kucing gajah pun akan mati. Begitu pula kalo kita salah meletakkan iman, kita tidak akan dapat menaati Allah SWT.”

Iman letaknya tidak di mata, tidak di lidah, ataupun di otak. Tapi di hati, walaupun iman diseminarkan atau diiklankan tetapi belum diletakkan di dalam hati maka belum dapat membuat taat kepada Allah.

Abu Darda r.hu diberitahu di kampunya ada kebakaran, maka Abu Darda r.hu katakan rumahku tidak akan kebakaran, maka datang lagi orang mengingatkannya bahwa sebentar lagi api ke rumahnya tapi beliau katakan sama bahwa rumahnya tidak akan terbakar, begitu sampai ada 3 x yang memberitahunya tapi jawab beliau sama juga bahwa rumahku tidak akan kebakaran. Lalu ada orang yang kabarkan bahwa api padam ketika akan mendekati rumah Abu Darda r.hu. Abu Darda r.hu katakan kalian hanya melihat dzahirnya saja sedangkan aku melihat bahwa Rasul telah ajarkan doa yang apabila saya amalkan pagi petang maka semua harta benda akan dijaga oleh Allah SWT.

Manusia dapat mencapai derajat lebih tinggi dari malaikat dan dapat rendah daripada binatang contoh kawin sesama jenis, membunuh anak sendiri.

Penyelesaiannya hanya dengan dawah Rasulullah SAW.

Masyaikh katakan keadaan umat di jaman Nabi yaitu di Makkah :
  1. Kelompok muslim : pakaian muslim , pikir akhirat
  2. Kelompok kafir : pakaian kafir , pikir dunia
Ketika di Madinah tambah 1 kelompok
  1. Kelompok Munafik : pakaian muslim, pikir dunia.
Cara dawah kita harus sesuai dengan cara dawah Rasulullah SAW yaitu dengan cara yang sama kepada siapa saja, hanya membawa kalimat Laa ilaahaillallaah Muhammadurrasulullah seperti turunnya hujan yang airnya warnanya sama, kadarnya sama dan bermanfaat untuk semua tumbuhan, tidak untuk jagung nanti airnya warna kuning, untuk pisang airnya warnanya hijau, begitu juga dawah kita hanya membawa Laa ilaahaillallaah Muhammadurrasulullah dan manfaatnya untuk semua jenis manusia, kepada tukang becak, petani, pedagang, pejabat, direktur maupun presiden semuanya sama.

Maksud hidup kita bagaimana
  1. Iman sempurna
  2. Ibadah sempurna
  3. Muamalah sempurna
  4. Muasyarah sempurna
  5. Akhlak sempurna
Apabila 5 ini ada dalam diri kita maka akan masuk surga dengan tersenyum.
(Pesan Maulana Yusuf dalam sebuah surat yang akan dikirim kepada sebuah jamaah yang akan keluar di Jalan Allah, namun ketika itu beliau terlanjur wafat dan surat itu tersimpan dalam waktu lama, maka Maulana saad yang menemukan surat itu kemudian menyampaikannya :

“Dalam keluar di jalan Allah hendaknya ada 7 sifat yang harus dibawa yang akan menjadi asbab hidayah untuk seluruh umat :
  1. Kit a keluar di jalan Allah dengan iman dan yakin
  2. Kit a keluar di jalan Allah dengan perasaan takut kepada Allah
  3. Kita keluar di jalan Allah dengan penuh tawajjuh kepada Allah
  4. Kita keluar di jalan Allah dengan perasaan cinta kepada Allah (melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya)
  5. Kita keluar di jalan Allah dengan perasaan risau ( bagaimana nanti setelah mati, bisa nggak jawab pertanyaan kubur, bagaimana keadaan di alam mahsyar, jembatan shirot dll)
  6. Kita keluar di jalan Allah dengan ikut sunnah Rasulullah SAW 24 jam full
  7. Kita keluar di jalan Allah semata-mata hanya mengharap ridho Allah SWT. “)
Dawah kita jangan hanya dengan karkun saja, tetapi kepada setiap umat.

Usaha Dawah ini telah dicontohkan oleh Masyaikh bagaimana pernah Prof. Dr Abdurrahman yang ketika itu keluar di daerah kami (mubayin) di Jakarta. Maka ketika itu pukul 21.30, Prof. Dr Abdurrahman meminta kami(mubayin dan salah seorang temannya) untuk menemani beliau berkeliling di sekitar masjid. Maka tak lama kemudian kami menjumpai sekumpulan anak-anak sedang begadang dan bermain gitar dan ternyata mereka adalah pelajar SMP. Maka di datangi oleh kami bertiga, dan mengucapkan salam kepada mereka. Setelah berkenalan maka Prof pun berbicara sesuai dengan keadaan mereka yang pelajar, bagaimana belajar yang baik, memberikan beberapa ilmu tentang fisika, dll, sehingga mereka pun mendengarkan dengan senang. Maka Prof bertanya kepada mereka, “ Apakah kalian tidak ingin menyenangkan hati orang tua kalian ?” jawab mereka,” iya, kami ingin menyenangkan hati orang tua kami.”, lanjut beliau ,” kalau begitu ikut kami ke masjid untuk makan.”, jawab mereka , “ benar kami boleh makan sama-sama.” Jawab beliau lagi ,” iya semuanya boleh ikut.” Maka mereka semua ikut ke Masjid, sesampai di Masjid, Prof sendiri yang menyiapkan makanan dan mengambilkan minuman. Maka setelah selesai makan, Prof kembali berkata, “ kalian sekarang udah menyenangkan orang tua, bagaimana mau menyenangkan orang tua lagi nggak ?” jawab mereka, “ iya tentu saja”, lalu Prof bertanya ,” kalian sudah sholat Isya ?”, jawab mereka belum , lalu Prof katakan ,” sekarang senangkan hati orang tua kalian dengan mendirikan sholat isya berjamaah.” Dan mereka pun mau mendirikan sholat , Ketika itu mereka ada yang berpakaian celana pendek dan Prof pun mengeluarkan sarungnya sendiri untuk diberikan kepada anak yang bercelana pendek. Ditanyakan kepada mereka siapa yang bacaan Alqurannya bagus, lalu mereka menunjuk salah satu anak yang akhirnya dijadikan imam dan mulai melakukan sholat berjamaah.

Kita juga kerja atas orang-orang lama atau yang pernah lama dalam usaha dawah ini kemudian tidak bergerak lagi, ibaratnya seperti roti yang belum matang masih bantat, dibuang sayang, dimakan tidak enak, dan kalau dia kita biarkan maka dapat lebih rusak sebelum ikut dalam usaha ini.
Kerja atas ulama yang perlu dikerjakan :
  1. Jangan dalil di depan ulama
  2. Jangan targhib
  3. Jangan tasykil untuk keluar
Yang dianjurkan
  1. Bawa hadiah
  2. Minta nasehat
  3. Minta doa
Bagaimana dengan yang menentang?
Maulana Saad ketika di Makkah duduk dalam sebuah pengajian manasik Haji, dan beliau tepat di depan di hadapan ulama yang berceramah, setelah selesai menyampaikan pengajian tentang haji, ulama itu mulai menjelek-jelekkan Maulana Ilyas dan usaha dawah ini, namun Maulana Saad tetap memperhatikan dengan penuh perhatian tanpa berubah raut wajahnya. Selesai majelis Maulana Saad yang ketika itu dengan 2 temannya pun ingin pulang, namun ada khodim (pelayan) ustadz penceramah melihat mereka, dan menduga sepertinya bukan orang Arab, lalu Maulana Saad dan temannya didatangi. Ketika itu Maulana Saad berada di depan dan 2 temannya berada di belakang. Khodim itu bertanya kalian darimana, jawab temannya Maulana Saad, “ kami dari India.”, maka terkejut khodim tersebut lalu bertanya, “kalian kenal dengan Maulana Ilyas.” Lalu dijawab oleh temannya, “ iya dan beliau adalah cucu Maulana Ilyas(dengan menunjuk Maulana Saad).”, khodim itu pun terkejut lagi dan mendatangi Maulana Saad, lalu bertanya, “ Tuan, tuan tadi dengar apa yang dibicarakan ustadz.” Jawab Maulana Saad,” Iya, mulai dari awal hingga akhir aku dengar semua, Masya Allah belum pernah saya dengar pengajian tentang manasik Haji selengkap itu.” (Maulana Saad tidak menyinggung satu hal tentang Maulana Ilyas dan usaha Dawah), maka khodim itu pun bercerita kepada Ustadz tersebut tentang hal ini. Keesokan harinya ada pengajian ustadz tersebut lagi namun kali ini Maulana Saad agak terlambat sehingga duduknya di beberapa shof (5 shof), ketika Maulana Saad datang maka Ustadz tadi langsung mendatangi Maulana Saad dan menjabat tangannya dan meminta maaf, setelah itu ustadz tadi kembali ke tempatnya untuk menyampaikan pengajiannya dan selesai pengajian tidak lagi menjelekkan Maulana Ilyas dan usaha dawah ini.

Maka inilah pentingnya kelembutan kita bawa dalam usaha dawah ini.