Alhamdulillah, Puji dan Syukur kita panjatkan
kehadirat Allah SWT, shalawat serta salam kita panjatkankan kepada Nabi Muhammad
saw beserta keluarganya yang mulia dan para sahabat yang agung, juga kepada
pengikutnya yang setia hingga akhir zaman, bahwasanya kita semuanya masih
diberikan kesehatan dan kesempatan pada hari ini untuk sama-sama melaksanakan
perintah-Nya dan beribadah kepada Allah SWT.
Enam Sifat Sahabat Memudahkan Ummat
mengamalkan Agama secara Sempurna :
Ketika seseorang pergi di jalan Allah untuk
berdakwah dan pulang kerumahnya untuk mengamalkan Amal Maqomi maka targetnya
adalah agar dirinya sendiri. Yaitu bagaimana dalam dirinya ini dapat wujud sifat
sahabat atau kualitas sahabat. Inilah target dari perbaikan diri yang harus
dilakukan secara terus menerus sampai kita mampu mewujudkan agama secara
sempurna sebelum kita mati. Setiap perbaikan harus ada usahanya seperti jika
kita mau memperbaiki kualitas makan maka kita harus ada usaha atas peningkatan
kualitas makan. Begitu juga dengan perbaikan atas jabatan, harta, status sosial,
dan lain-lain, semuanya memerlukan usaha, tidak bisa datang sendiri. Sedangkan
sebaik-baiknya usaha perbaikan adalah usaha atas perbaikan diri. Bagaimana diri
kita ini mempunyai Sifat sebagaimana Sifatnya para Sahabat RA. Seperti garam ini
sifatnya asin walaupun diletakkan di air, di tanah, dan dalam keadaan apapun
akan tetap asin. Walaupun ada benda lain bentuknya seperti garam tetapi tidak
asin ini bukan garam namanya. Kalaupun itu garam berarti garam yang kualitasnya
jelek karena tidak asin. Begitu juga dengan sifat gula, api, air, listrik, cuka,
dan lain-lain, semuanya memiliki sifat. Jadi yang perlu kita usahakan adalah
bagaimana sifat sahabat ini menjadi sifat kita sebagaimana sifat asin pada garam
dan sifat manis pada gula. Untuk ini perlu usaha, tidak hanya dengan 3 hari, 40
hari, 4 bulan, itu hanya latihan. Tetapi dengan usaha yang terus menerus secara
istiqomah sampai kita mati. Jika hanya mengandalkan Keluar di Jalan Allah atau
latihan saja, maka ketika pulang kecenderungan sifat ini akan memudar atau
menghilang.
Usaha yang paling tinggi adalah usaha untuk
memperbaiki diri manusia itu sendiri. Bukan perbaikan dzohiriah seperti status
sosial, tingkat ekonomi, jabatan, teknologi, tetapi perbaikan Hati. Dalam Mahfum
Hadits dikatakan, “sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk kamu tetapi yang
Allah lihat adalah hati kamu.” Hati ini adalah tempat keluarnya sifat-sifat
mulia. Sedangkan para nabi diutus untuk memperbaiki hati-hati manusia. Asbab
inilah Nabi SAW diutus yaitu untuk memperbaiki dan menyempurnakan sifat atau
akhlaq manusia. Jadi yang perlu kita perbaiki ini adalah hati manusia. Dalam
mahfum hadits dikatakan, “Didalam tubuh ini ada segumpal daging (Hati), jika
baik hati ini maka akan baik seluruh tubuh dan perbuatannya. Jika buruk hati ini
maka akan buruk seluruh tubuh ini dan perbuatannya.” Jadi perlu kita usahakan
bagaimana hati ini menjadi hati yang baik, yaitu hati yang ada 6 sifat Sahabat
RA.
I. Sifat Yakin Sahabat pada Allah dan Rasulnya
:
Sahabat ini yakinnya adalah bahwa manfaat dan
mudharat itu datangnya hanya daripada Allah ta’ala. Mahluk tidak dapat memberikan
manfaat dan mudharat tanpa seizin Allah Ta’ala. Seperti ketika perang, sahabat
mampu membawa rasa takut kepada Allah dan bukan takut kepada musuh. Mereka yakin
bahwa mati dan hidup ini adalah keputusan Allah dan bukan datang dari mahluk.
Sahabat kalau melihat Bom dan Kue ini sama saja tidak ada bedanya, tidak ada
rasa takut, karena manfaat dan mudharat suatu benda ini datang dari Allah. Bom
bisa mematikan dan bisa tidak mematikan. Bom untuk bisa mematikan berhajat pada
Allah, karena sifat mematikan yang ada pada Bom ini Allah yang beri. Allah tidak
berhajat pada Bom untuk mematikan orang. Allah mampu membuat bom mematikan bagi
manusia dan Allah mampu mematikan manusia tanpa bom. Bahkan tidak perlu senjata
yang mematikan untuk membunuh manusia, cukup dengan benda yang lemah seperti
kue, manusia bisa Allah matikan. Manusia mati karena kue bisa karena
cholesterol, bisa karena kesedak, bisa karena beracun, dan lain-lain
penyebabnya. Jadi antara Bom dan Kue ini bagi sahabat ini sama saja, tidak bisa
mendatangkan manfaat dan mudharat tanpa seizin Allah. Sahabat Khalid bin Walid
RA ditantang meminum racun yang ditawarkan orang yahudi karena keyakinannya
terhadap takdir Allah. Jika benar bahwa manfaat dan mudharat itu di tangan
Allah, maka logikanya khalid tidak perlu takut terhadap racun tersebut. Lalu
Khalid RA meminum racun itu seperti meminum air putih saja tidak mendatangkan
mudharat apa-apa, bahkan asbab racun itu penyakitnya jadi sembuh. Inilah
keyakinan para Sahabat RA. Maka kita perlu belajar melatih diri kita untuk
mendapatkan keyakinan seperti mereka.
Tahap awal untuk mendapat ini, maka kita
perlu :
- Mengubah pembicaraan kita dari membicarakan tentang mahluk, nilai benda, dunia menjadi pembicaraan tentang kebesaran Allah, nilai amal, dan kampung Akherat.
- Lalu kita belajar menafikan yang nampak dan membenarkan yang ghaib dengan cara berkorban mendahulukan perintah Allah diatas yang lain. Ini adalah cara untuk mendzohirkan, menampakkan, Qudratullah dan Nusrotullah.
- Lalu kita banyak berdo’a agar Allah berikan kita keyakinan yang sempurna sebagaimana keyakinan Nabi SAW dan para sahabat RA.
Yakin sahabat kepada seluruh perbuatan Nabi
SAW dapat dilihat dari persamaan kehidupan dan perbuatan Nabi SAW dengan
kehidupan sahabat sehari-hari. Rasullullah SAW itu adalah Al Qur’an berjalan, begitu juga para Sahabat
RA. Ini dikarenakan kehidupan mereka yang serupa. Tidak ada dari perbuatan dan
kehidupan Nabi SAW yang tidak di ikuti oleh sahabat RA. Apa yang Nabi SAW cintai
itu yang mereka cintai walaupun tadinya mereka membencinya. Dan apa yang dibenci
oleh Nabi SAW itupun yang mereka benci walaupun awalnya mereka menyukainya.
Sahabat Anas RA ketika mendengar kabar bahwa Nabi SAW telah dibunuh di perang
Uhud, langsung merasa hidupnya sudah tidak ada gunanya lagi sehingga dia
bertempur mati-matian sampai mendapatkan syahid. Seorang Sahabiah tidak sedih
mendengar kabar bahwa suami, ayah, dan anaknya telah syahid, tetapi sahabiah ini
sangat khawatir ketika mendengar keadaan yang mengancam jiwa Nabi SAW di medan
Uhud. Inilah kecintaan sahabat kepada Nabi SAW yang melebihi kecintaan mereka
kepada keluarga mereka sendiri bahkan melebihi diri mereka sendiri. Sahabat
ketika itu fikirnya adalah bagaimana melindungi Nabi SAW dalam keadaan apapun
dari musuh manapun di dalam peperangan separah apapun. Mereka semua merelakan
nyawanya asal Nabi SAW selamat. Tetapi hari ini Nabi SAW sudah tidak ada lagi,
lalu apa yang kita lindungi dan kita pertahankan saat ini ? Dahulu yang
dipertahankan mereka adalah Nabi SAW karena Nabi SAW ini adalah sumber agama dan
tempat turunnya wahyu. Walaupun Nabi SAW sudah tidak ada lagi, namun
Sunnah-sunnahnya masih ada sampai saat ini sebagai peninggalan dan warisan
Beliau SAW. Jadi yang perlu kita lindungi dan kita pertahankan saat ini adalah
sunnah daripada Nabi SAW itu sendiri. Ini yang harus kita lindungi dan kita jaga
mati-matian sebagaimana sahabat menjaga dan melindungi Nabi SAW mati-matian.
Mahfum hadits dikatakan ,”Barangsiapa mengamalkan sunnahku di jaman Fahsyad dan
Mungkar maka Allah akan memberinya pahala 100 orang mati syahid.” Untuk dapat
melakukan ini perlu kita jadikan fikir Sahabat RA menjadi fikir kita. Hanya
dengan fikir dan kecintaan seperti sahabat RA kepada Nabi SAW, kita dapat
menjaga dan memelihara sunnah Nabi SAW. Untuk bisa mendapatkan fikir Nabi SAW
dan kecintaan kepada sunnah-sunnah Nabi maka kita perlu latihan :
- Fikir dan Risau atas Agama ketika pergi 3 hari, 40 hari, dan 4 bulan di jalan Allah
- Hidupkan seluruh sunnah Nabi SAW secara sempurna dalam segala keadaan
- Do’a kepada Allah agar diberikan kecintaan terhadap Sunnah Nabi SAW
II. Sifat Sholat Sahabat yang Khusyu dan
Khudu
Sahabat ini sholat mereka dapat mendatangkan
pertolongan Allah saat itu juga. Bahkan jika sahabat ini sudah melaksanakan
sholat, ini seperti tongkat yang tertancap ke tanah. Sangking khusyunya sholat
sahabat ini mereka tidak menyadari keadaan disekitarnya bahkan sakit yang
dideritanya. Ali RA pernah meminta sahabatnya untuk mencabut panah dari kakinya
ketika dalam keadaan sholat, lalu setelah salam Ali RA tidak menyadari bahwa
panah tersebut sudah tercabut. Ada seorang sahabat sholat namun tidak mengetahui
bahwa anaknya sedang terancam oleh ular tetapi tidak membatalkan sholatnya.
Sahabat ketika sholat, seakan-akan diri mereka langsung terputus dengan dunia di
sekelilingnya dan hanya terhubung dengan Allah ta’ala saja. Sahabat dengan sholat dapat
menyelesaikan masalah dan merubah keadaan alam seperti menurunkan hujan,
membelah gunung, berjalan diatas air, menghidupkan yang mati, dan lain-lain.
Seorang sahabat ketika ronda malam di panah oleh musuh sampai tiga kali hingga
menembus punggungnya, namun sahabat tersebut tidak membatalkan sholatnya. Namun
ketika panah yang ke-3 menembusnya, yang dilakukan sahabat ketika itu adalah
mempercepat sholatnya bukan membatalkannya. Sahabat tersebut yang sudah terluka
parah berkata kepada temannya, “Sebenarnya ketika aku sholat aku ingin
menamatkan surat Al Kahfi, namun tiba-tiba aku teringat Nabi SAW. Sehingga aku
terpaksa mempercepat sholatku hingga selesai, karena aku khawatir atas
keselamatan Nabi SAW.” Inilah Kualitas Sholat Sahabat dalam keadaan dipanahpun
masih bisa sholat dengan khusyu. Untuk itu penting kita perbaiki sholat kita
sampai kepada kualitas para sahabat. Maka kita perlu belajar :
1. Tertib / Dzohir Sholat :
- Adab dan Fiqih dari Istinja, Wudhu, dan Sholat
- mengetahui tertib cara, waktu, dan tempat untuk sholat wajib dan sunnat
2. Melatih Kekhusyuan dengan menghadirkan
keagungan Allah dalam sholat:
- Sebelum Sholat perbanyak dzikir, baca Qur’an, sholat sunnah, dan do’a
- Ketika Sholat Gerakan Mulut dan Hati sama
- Ketika Sholat bawa sifat Ihsan, tawajjuh, dan Muqarrobah.
- Jaga pandangan sebelum sholat dari hal-hal yang mengesankan hati
- Jaga hati dari kegelisahan dan prasangka agar tidak teringat-ingat
- Jaga diri dari makanan dan penghasilan yang diharamkan
3. Melatih Sholat :
Selesaikan masalah dengan Sholat sampai Sholat
kita menyelesaikan masalah
III. Sifat Ilmu dan Dzikir Sahabat
Sahabat ini mempunyai kelebihan berupa
kehausan akan ilmu dan amal. Sahabat karena hausnya akan ilmu jika bertanya
kepada Nabi SAW pasti mengenai Amal apa yang paling Allah sukai atau Amal mana
yang paling terbaik, atau amal mana yang paling tinggi derajatnya disisi Allah.
Bukan seperti kita hari ini nanya amal yang tidak merugikan keduniaan kita dan
cocok dengan nafsu. Minta Amal tetapi yang terendah derajatnya dan selalu
mencari kemudahan dalam beramal. Akhirnya kita kini beramal yang ringan-ringan
saja tidak ada keinginan untuk memberikan yang terbaik seperti sahabat RA.
Sahabat selalu menanti yang namanya turunnya wahyu atau ilmu untuk siap
diamalkan, bahkan mereka merindukannya jika lama tidak turun wahyu. Ketika Nabi
SAW meninggal ada seorang sahabiah yang menangisi wafatnya Nabi SAW, sementara
sahabat-sahabat yang lain sudah selesai dari berduka cita. Ketika sahabiah R.ha
itu ditanya kenapa dia larut dalam kesedihan yang demikian lamanya, dia
menjawab, “Kalian hanya menangisi wafatnya Nabi SAW oleh karena itu kalian
berhenti berduka cita, sedangkan aku menangisi wafatnya Nabi SAW dan terhentinya
wahyu dari Allah untuk kita.” Sahabiah ini sangat mencintai Ilmu dan haus akan
berita dari Allah. Inilah yang menyebabkan dia sedih berkepanjangan atas
wafatnya Nabi SAW. Ada seorang sahabat RA pergi demi mengetahui satu hadits
saja, dia harus menempuh perjalanan melewati padang pasir diluar kota
berhari-hari. Sampai disana dia menunggu orang yang meriwayatkan hadits bangun
dari tidurnya, semalaman terjaga tidak mengganggu calon gurunya, demi satu
hadits saja. Hari ini kita di dalam taklim saja tertidur, beda dengan sahabat
yang mujahaddah demi ilmu walaupun itu hanya satu hadits saja. Mengapa berbeda
pengamalan antara kita dan sahabat ? jawabnya dari Ketaqwaannya. Orang yang
mempunyai ketaqwaan tinggi pada Allah pasti akan memberikan amal yang terbaik
untuk Allah dalam keadaan apapaun. Hari ini masalahnya adalah Taqwa kita kepada
Allah tidak sama dengan tingkat ketaqwaan para sahabat RA sehingga kita jauh
dari kehidupan mereka yang sempurna secara Ilmu dan Amal Agama.
Hari ini orang banyak yang tau nilai
benda-benda, tetapi mereka tidak mengetahui nilai amal. Nilai dari benda ini
bukan ilmu tetapi pengetahuan saja, karena sifatnya berlaku ketika di dunia
saja. Dan yang namanya pengetahuan ini di dapatnya dari pengalaman dan dari
logika. Sedangkan ilmu ini datangnya dari Allah dan manfaatnya sampai mati. Ilmu
ini berupa pengertian yaitu ketika diamalkan orang akan faham dan masuk kedalam
hati menjadi keyakinan. Dalam suatu riwayat ada sebuah kisah tentang seorang tua
yang akan dibawa oleh para malaikat ke neraka tetapi dia tidak mau. Si orang tua
ini menolak untuk disiksa karena dia mendengar ada dalam suatu hadits bahwa
Allah Ta’ala malu menyiksa
orang yang sudah tua. Asbab mengetahui hadits ini si orang tua tersebut tidak
jadi di adzab oleh Allah ta’ala.
Ilmu ini dibagi 2 :
- Ilmu tentang Allah ( Makrifatullah ) Tauhid, Sifat, dan Nama Allah
- Ilmu tentang Perintah-perintah Allah :
- Ilmu Masa’il (Hukum) Tertib atau Fiqih
- Ilmu Fadhoil (Nilai) Janji Allah dan Derajat Amal
Untuk bisa mendapatkan Ilmu ini maka kita
harus :
- Banyak-banyak bertemu dengan Ulama
- Bergaul dengan orang sholeh
- Mengamalkan setiap ilmu yang diketahui
- Membaca kitab-kitab agama
- Do’a kepada Allah untuk diberi kefahaman
Sedangkan bagaimana kemampuan sahabat ini
dalam mengingat Allah setiap waktu, tempat, dan keadaan, ini yang perlu kita
tiru. Abu Ubadah bin Jarrah RA ketika perang berkata kepada komandannya untuk
minta dikirim seorang diri menghadapi pasukan musuh. Komandannya bertanya,
“Mengapa demikian ?” Abu Ubaidah RA menjawab, “Saya mendengar Rasullullah SAW
bersabda bahwa barang siapa yang berdzikir dia hidup disisi Allah dan barang
siapa yang tidak berdzikir dia mati disisi Allah. Mengapa saya harus takut pada
orang yang mati.” Ada seorang sahabat walaupun pedang sudah di depan mata akan
menebas kepalanya tetapi tetap masih bisa memikirkan kehendak Allah atas dirinya
pada saat itu. Inilah kemampuan sahabat dalam mengingat Allah. Hati ini
mempunyai watak pelupa, sementara hati yang tenang adalah hati yang senantiasa
berdzikir kepada Allah. Orang yang lalai dari mengingat Allah maka Allah akan
membuat dia lalai dari dirinya sendiri seperti dibuat lalai memikirkan kubur dan
kampung akheratnya yang abadi. Ciri-ciri orang beriman ini adalah yang ketika
disebut nama Allah atau dibacakan ayat-ayat Allah maka akan bergetar hatinya.
Untuk ini kita perlu buat usaha atas dzikir ibadah yaitu dengan :
- Mengamalkan Adab dan Do’a Masnun
- Membaca Qur’an minimal 10 ayat tiap malam dan 1 juz tiap hari
- Istiqomahkan Dzikir pagi-petang
- Sholat wajib tepat waktu berjamaah
- Jaga sholat-sholat sunnat pada waktu-waktunya
IV. Sifat Iqromul Muslimin Sahabat
Dunia ini tidak ada kemuliaannya disisi Allah,
sedangkan sahabat Allah muliakan karena kesiapan mereka mengorbankan keduniaan
yang mereka mililki demi perintah Allah. Jika seluruh benda mati dibanding
dengan hidupnya satu binatang maka hidupnya satu binatang ini lebih bernilai
disisi Allah dibanding seluruh benda mati. Jika seluruh binatang ini
dibandingkan dengan satu orang kafir maka satu orang kafir ini lebih bernilai
disisi Allah dibanding seluruh binatang yang ada. Sedangkan jika seluruh orang
kafir dibandingkan dengan satu orang beriman maka seluruh orang kafir ini tidak
ada nilainya disisi Allah jika dibandingkan dengan satu orang beriman disisi
Allah. Dalam suatu riwayat Allah pernah perintahkan Jibril AS untuk menahan
geraknya matahari dan rukunya Nabi SAW agar Ali RA tidak tertinggal sholat
berjamaah disebabkan Iqromnya, hormatnya, Ali RA berjalan dibelakang untuk tidak
mendahului seorang nenek-nenek yahudi yang bukan islam. Bagaimana Akhlaq sahabat
ketika mereka menawan musuh mereka setelah selesai perang. Tangan yang sama
membunuh mereka di pertempuran, kini tangan yang sama menyuapkan mereka makanan
di tahanan. Tidak ada sejarahnya para sahabat RA diminta nabi untuk
menghancurkan rumah-rumah peribadatan, merusak rumah penduduk, atau menyakiti
orang tua, anak-anak dan wanita. Semua sahabat mampu menjaga akhlaq mereka
walaupun dalam keadaan ketika mereka mampu membalas kepada orang-orang yang
telah mendzolimi mereka. Ini baru kepada orang-orang yang tidak beriman,
bagaimana akhlaq atau Iqrom kita kepada orang yang beriman harus lebih tinggi
lagi.
Suatu ketika Umar RA sedang melakukan inspeksi
berkeliling kampung bersama Abu Ubaidah RA. Lalu diperjalanan Umar mencium bau
Khamr, maka pergilah Umar RA mencari asal bau tersebut. Setelah menemukannya
Umar RA langsung masuk dari pintu belakang memergoki orang tua yang punya rumah.
Melihat Amirul Mukminin, Umar RA, si orang tua itu terkejut karena ternyata si
orang tua ini sedang mendengarkan musik dari seorang wanita dan terdapat khamr
diantaranya. Melihat hal itu Umar RA marah kepadanya dan berkata, “Kamu sudah
tua seperti ini masih juga bermaksiat, apakah kamu tidak takut pada Allah ?”
Lalu apa jawab orang tua itu, “Wahai Amirul Mukminin, walaupun saya melakukan
kesalahan tetapi itu hanya 1 kesalahan yaitu bermaksiat. Sedangkan anda sebagai
Amirul Mukminin telah melakukan 3 kesalahan.” Lalu Umar RA bertanya dengan nada
marah, “Apa itu kesalahan saya !” Si orang tua tadi menjawab, “Kesalahan anda
wahai Amirul Mukminin adalah : Anda masuk ke halaman rumah saya tanpa izin, Anda
masuk tidak mengucapkan Salam, dan Anda keluar malam hanya untuk mencari-cari
aib / keburukan orang lain.” Mendengar hal itu akhirnya Umar RA terkejut, karena
menyadari kebenaran dari yang di ucapkan oleh orang tua tersebut. Lalu Umar RA
setelah mendengar teguran itu dia langsung pergi dari rumah orang tua itu. Ini
adalah kerelaan Umar RA sebagai kepala negara yang siap disalahkan bila ada
kebenarannya, dan tidak sungkan-sungkan untuk dimarahi. Padahal dia adalah
seorang Amirul Mukminin, kalau dia mau dia bisa memerintahkan orang untuk
menghukum kakek tua itu dan bisa menggunakan kekuasaannya untuk menghukum.
Tetapi Umar RA lebih memilih mengakui kesalahannya dan pergi tanpa diketahui
orang lain. Setelah beberapa lama berlalu si orang tua tadi menghadiri majelis
taklim yang dihadiri oleh Umar RA. Setelah selesai si orang tua tadi mendatangi
Umar RA dan berbisik kepadanya, “Wahai Amirul Mukminin semenjak pertemuan kita
pada saat itu, saya bertobat dan tidak pernah melakukannya lagi.” Lalu Umar RA
berkata, “Pada malam itu tidak ada satupun orang yang tahu tentang apa yang kamu
perbuat dan selama itu aku tidak pernah bercerita kepada siapapun.” Inilah
Akhlaq seorang Umar RA yang keras dengan Agama tetapi tidak pernah membuka aib
saudaranya kepada yang lain. Asbab Umar RA menutupi aib saudaranya, maka si
orang tua tadi bertobat dan tidak pernah melakukannya lagi. Jadi penting kita
ikuti jejak sahabat yaitu dengan membuat usaha atas Iqromul Muslimin. Caranya
:
1. Kita Tunaikan Hak saudara kita :
- Jika sakit, kita jenguk
- Jika meninggal, kita hantar
- Jika perlu bantuan, kita tolong
- Jika diundang, kita datang
- Jika ada aib, kita sembunyikan
- Jika minta nasehat, kita berikan
2. Kita Muliakan dengan cara :
- Menyayangi yang muda
- Menghargai sesama
- Menghormati yang tua
3. Bertemu, bergaul, dan bersabar dengan
orang-orang dari berbagai macam watak.
4. Menyebarkan Salam kepada semua orang baik
yang dikenal maupun yang tidak dikenal.
V. Sifat Ikhlas Sahabat ( Tashihun Niat /
Meluruskan Niat )
Sahabat ini di didik oleh Nabi SAW agar bisa
mencapai tingkat keikhlasan yang tertinggi. Sehingga apa yang mereka lakukan ini
semata-mata karena hanya mengharapkan daripada RidhoNya Allah Ta’ala. Tolak ukur ini Keikhlasan ini dapat
dilihat dari Kesabaran seseorang. Jika kesabaran ini masih ada batasnya berarti
belum Ikhlas. Hasan Basri RahA berkata, “Tidak ada kemuliaan yang lebih mulia
dari Allah yang diberikan kepada seseorang melebihi sifat sabar”. Bagaimana para
sahabat ini diminta untuk bersabar ketika :
- Ketika mereka dan keluarga mereka dibunuh dan disiksa di depan mata mereka
- Ketika mereka harus berhijrah meninggalkan harta dan orang-orang yang mereka cintai
- Ketika mereka di uji dengan kemiskinan
- Ketika mereka di uji dengan kekalahan di Hunain dan di Uhud
- Ketika mereka di uji harga dirinya waktu perjanjian Hudaibiyah
- Ketika mereka mampu untuk membalas seperti di Futuh Mekkah
- Ketika masa senang yaitu saat penaklukan telah dimulai dan Harta berdatangan
- Ketika Nabi SAW orang yang mereka paling cintai wafat
Saat itu para sahabat di uji keikhlasan dan
kesabarannya sampai mereka berkeyakinan bahwa tidak ada lagi yang bisa
diandalkan selain Allah Ta’ala. Nabi SAW mendidik sahabat ini agar mereka menjadi manusia yang
super Ikhlas hingga hilang dari mereka sifat memiliki. Demi agama saya Ikhlaskan
Harta, Keluarga, dan Diri saya, inilah keikhlasan sahabat. Pernah suatu ketika
Abu Bakar RA sudah tidak memiliki apa-apa lagi, bahkan pakaian yang menutupi
aurat sekalipun, asbab telah di sedekahkan dijalan Allah. Saat itu Nabi SAW pun
risau atas kondisi Abu Bakar RA, lalu Nabi SAW mencari sahabat lainnya agar
dapat memberikan baju kepada Abu Bakar RA. Ternyata sahabat RA yang lainnyapun
juga dalam keadaan kondisi yang sama miskinnya seperti Abu Bakar, hanya
mempunyai satu baju. Akhirnya Nabi SAW mendapatkan pakaian untuk abu bakar yang
terbuat dari karung dari Fatimah R.ha lalu dijahitnya dengan kancing yang
terbuat dari duri. Asbab ini Malaikat Jibril datang menghadap Nabi SAW untuk
menyampaikan salam Allah Ta’ala kepada Abu Bakar RA. Lalu Nabi SAW bertanya kepada Jibril
mengapa Jibril AS datang dengan berpakaian dari karung seperti pakaian yang
dikenakan Abu Bakar RA. Jibril AS menjawab bahwa pada saat ini Allah telah
perintahkan kepada seluruh penduduk langit untuk berpakaian seperti Abu Bakar
RA.
Sahabat sudah mampu menghilangkan rasa
memiliki bahkan terhadap nyawanya sendiri sekalipun, bahwa semuanya ini milik
Allah, tidak bisa dimiliki atau disimpan buat diri mereka. Tidak pernah ingin
ataupun berharap untuk dibalas bahkan ucapan terima kasih sekalipun. Sehingga
mereka sahabat RA siap memberikan segalanya demi agama. Untuk bisa mendapatkan
keikhlasan ini penting kita check amal kita sebelum, ketika, dan sesudah
beramal. Jika ada ketidak ikhlasan ketika beramal maka ucapkan “La Haula wala
Quwwata Illabillah : Tidak ada kekuatan atau pertolongan (untuk beramal) selain
kekuatan atau pertolongan dari Allah.” Ciri-ciri orang yang ikhlas ini adalah
Istiqomah dalam beramal. Jangan sampai kita takut tidak ikhlas dalam beramal
karena :
- Takut beramal karena mahluk Syirik
- Beramal karena ingin dilihat Riya
VI. Sifat Pengorbanan Sahabat untuk Pergi di
Jalan Allah ( Khuruj Fissabillillah )
Sudah menjadi kelebihan sahabat bahwa mereka
mempunyai kekuatan untuk berkorban diluar batas kemampuan manusia biasa. Ini
dikarenakan sahabat sudah menjadi manusia super dalam hal keimanan,
ketawakkalan, dan pengorbanan. Bagaimana sahabat semua dididik agar bisa
menghilangkan semua gantungan yang ada dan hanya bergantung pada Allah. sahabat
diperintahkan untuk berhijrah agar mereka bisa merasakan keadaan dimana tidak
ada tempat lagi untuk bergantung selain Allah Ta’ala saja. Yaitu dengan meninggalkan
semua yang mereka cintai ketika hijrah. Allah telah buat keadaan untuk mereka
agar berkorban habis-habisan sampai tidak ada lagi yang mereka bisa korbankan di
jalan Allah. Sehingga pengorbanan mereka ini sampai pada level kesiapan
menyerahkan segala yang mereka punya untuk membela agama Allah. Bagaimana Abu
Bakar RA ketika berlomba dengan Umar RA dalam memberikan harta untuk di infakkan
di jalan Allah, Abu Bakar RA telah berikan semua hartanya sampai tidak ada lagi
yang tersisa dirumahnya bahkan untuk keluarganya sekalipun. Ada seorang sahabat
karena ia tidak punya uang untuk di infakkan di jalan Allah akhirnya dia bekerja
dan menerima upah 3 kurma : 1 kurma untuk keluarga, 1 kurma untuk dia, 1 kurma
lagi diletakkan diatas hasil infak yang terkumpul untuk orang yang pergi di
jalan Allah demi ikut serta dalam pengorbanan untuk agama. Ada seorang sahabat
karena miskin tidak ada yang bisa dikorbankan di jalan Allah akhirnya dia
berdo’a pada Allah dengan
menyedekahkan harga dirinya untuk agama Allah. Asbab do’anya ini maka Nabi SAW memanggil sahabat
ini bahwa do’anya telah
diterima oleh Allah Ta’ala.
Inilah semangat sahabat dalam berkorban di jalan Allah. Dari 114.000 sahabat
hanya sekitar ±14.000 sahabat yang meninggal di antara mekkah dan madinah,
selebihnya meninggal di luar negeri di jalan Allah.
Abu Ayub Al Anshori adalah orang yang menerima
Nabi SAW untuk tinggal di rumahnya ketika Beliau SAW hijrah ke madinah. Suatu
ketika beliau hendak memenuhi takaza fissabillillah ke Turki, namun keadaan
beliau ketika itu tidak memungkinkan. Ini dikarenakan beliau sudah berumur 92
tahun dan memiliki udzur untuk tidak pergi di jalan Allah. Anaknya ketika itu
menginginkan agar ayahnya, Abu Ayub Al Anshari RA, untuk tidak ikut dan agar
istirahat saja di rumah. Tapi apa kata Abu Ayub Al Anshori, “Mau saya juga
begitu, tetapi kemauan Allah atas diri kita lain. Allah ingin kita keluar
Fissabillillah di waktu senang dan susah, di waktu tua dan muda, kapan saja di
butuhkan.” Lalu di tengah perjalanan ke turki dia menderita sakit keras. Dia
berwasiat kepada anaknya agar menguburkan mayatnya di benteng turkey. Ketika
ditanya kenapa, Beliau RA menjawab, “Saya ingin berjuang di jalan Allah baik
dalam keadaan hidup maupun mati. Saya ingin tempat saya dikuburkan menjadi saksi
saya di hadapan Allah bahwa saya mati dalam Fissabillillah.” Ketika beliau di
kuburkan di Turki, terlihat ada selendang bercahaya keluar dari dalam kuburnya
memancar hingga ke langit. Orang-orang kafir di turkey yang melihat hal itu
terkesan hingga mereka masuk ke dalam Islam. Inilah sahabat cita-citanya adalah
untuk mati di jalan Allah, bagaimana dengan kita ? Sehingga kematiannya pun
masih bermanfaat bagi orang lain yaitu Allah jadikan dia sebagai asbab hidayah
bagi manusia. Jangan mau ikut yang lain, ikut saja Nabi dan para sahabat yang
jelas-jelas jaminan kesuksesannya dari Allah. Kita niatkan dalam diri kita bahwa
kita ingin di bangkitkan bersama mereka.