Segala sesuatu ada awalnya dan ada akhirnya,
tetapi Allah adalah yang pertama yang tidak punya awal (The First that have no
beginning) dan yang terakhir tetapi tidak punya pengakhiran (The last that have
no end). Setiap ciptaan punya kehidupan dan kematian, tetapi Allah adalah yang
hidup dan yang tidak pernah mati. Bahkan Allah yang menghidupkan, memberi
kehidupan, dan yang mematikan, lalu membangkitkannya ciptaanNya.
Segala sesuatu yang mempunyai awal dan akhir
telah dicatat di lauh mahfudz. Seseorang tidak dapat menghindari atau lari dari
Rizki sebagaimana mereka tidak dapat lari dari kematian. Perkara ini telah Allah
tetapkan di dalam Lauh Mahfudz 50.000 tahun sebelum Allah ciptakan segala
sesuatu. Mati akan datang kepada kita walaupun kita dilindungi oleh benteng yang
paling kuat. Dan Rizki akan datang kepada kita walaupun kita bersembunyi
ditempat yang tidak diketahui manusia. Rizki dan Mati ini perkara yang tidak
bisa dipisahkan. Tidak mungkin seseorang mati sebelum rizkinya habis. Mati ini
akan datang setelah rizki kita habis. Tidak ada satu mahlukpun yang mati
kekurangan rizki, mati dan rizki ini telah ditentukan. Mati ini ketentuan Allah,
dan Rizkipun ketentuan Allah, namun Allah berikan kita asbab-asbab kematian dan
rizki untuk menguji keyakinan kita.
Allah Maha mengetahui segala kejadian, dan
segala kejadian ini adalah hasil kerjanya Allah Ta’ala. Seluruh Alam ini bergerak atas
Qudrat dan IradahNya, Kekuasaan dan KehendakNya. Tidak ada sesuatu yang dapat
terjadi diluar izin Allah Ta’ala, semuanya harus ada izin Allah. Semua yang bergerak atas dasar
ketaatan akan membawa Ridho Allah, dan semua yang bergerak atas kemaksiatan
kepada Allah akan membawa murkanya. Semua yang terjadi dimasa lalu dan dimasa
akan datang adalah perkara lama bagi Allah, bukan hal baru, semuanya telah Allah
ketahui.
Pengorbanan disisi Allah tidak ada yang
sia-sia, Allah akan berikan setiap pengorbanan, balasan yang baik dunia dan
akherat. Allah akan gandakan setiap kebaikan yang kita buat sebanyak yang Allah
mau nanti di akherat. Di dunia setiap kebendaan, harga diri, jabatan, harta yang
kita korbankan untuk agama akan Allah gantikan dengan sesuatu yang lebih baik.
Di dunia, Allah akan masukkan kedalam mereka Ketaqwaan dan Qonaah ketika hidup
di dunia. Di dalam kehidupan mereka akan Allah hadirkan suasana sakinah penghuni
surga. Di akherat mereka akan Allah berikan kenikmatan yang tidak pernah
terbesit oleh hati, terlihat oleh mata, bahkan terpikirkan oleh akal. Allah akan
beri kita satu amal saja dengan balasan di akherat yang luasnya 10 kali lipat
melebihi luas langit dan bumi.
Di akherat nanti semua orang akan terkejut
melihat semuanya yaitu kedahsyatan huru-hara di akherat. Semua mata waktu itu
akan terbuka selebar-lebarnya. Ketika inilah penglihatan sebenarnya akan
dibukakan Allah, segala sesuatu yang ghaib akan terlihat. Semua yang tadinya
hanya terdengar sebagai cerita telah menjadi kenyataan. Ketika itu semua orang
akan sepakat dan satu kata : “Ya Allah, kini kami bersaksi akan kebenaran ini,
dan kami menyesal. Kembalikanlah kami kedunia, maka kami akan beramal.” Namun
ketika ini segala penyesalan sudah tidak ada gunanya lagi. Semua orang akan
menyematkan dirinya masing-masing. Bahkan seorang ibu yang rela mati didunia
buat anaknya, tidak akan bisa atau mau menolong anaknya di akherat
nanti.
Manusia ini sebenarnya buta, mereka tidak bisa
melihat yang sebenarnya yaitu : kubur, mahsyar, shirot, surga, dan neraka.
Padahal itu semua bukan cerita dongeng. Celakanya seorang yang buta bukan karena
dia tidak bisa melihat, tetapi karena dia tidak mau mendengar orang yang bisa
melihat. Sebagaimana para nabi yang telah melihat perkara yang ghaib
memperingatkan kita yang buta tentang kehidupan sesudah mati. Para nabi AS ini
adalah orang-orang yang telah Allah perlihatkan kehidupan sesudah mati. Bagi
mereka dari kubur hingga surga dan neraka bukan lagi sebagai cerita, tetapi
kenyataan yang menunggu umat manusia. Para Nabi dapat melihat hal yang
sebenarnya, sedangkan kita tidak. Celakanya kita sebagai orang tidak dapat
melihat adalah tidak mau mendengar kata Nabi sebagai orang yang bisa dan telah
melihat.
Segala sesuatu yang kita miliki di dunia ini
ada batasnya, seperti penglihatan, pendengaran, kesehatan, umur, bahkan
kesenangan dan kesedihan sekalipun. Tetapi setelah masuk kubur sesuatu yang
terbatas menjadi tidak terbatas seperti penglihatan, pendengaran, umur, rasa
sakit dan rasa senang. Semua batas akan Allah angkat, sehingga segala yang ghaib
menjadi nyata setelah kita mati.
Allah menguji kita :
1. ketika kaya dan ketika
miskin
2. ketika sehat dan ketika sakit
3. Ketika senang dan ketika susah
4. Ketika disakiti dan ketika mampu menyakiti
5. Ketika kita melihat kesenangan orang dan ketika kita melihat kesusahan orang.
2. ketika sehat dan ketika sakit
3. Ketika senang dan ketika susah
4. Ketika disakiti dan ketika mampu menyakiti
5. Ketika kita melihat kesenangan orang dan ketika kita melihat kesusahan orang.
Semua ini adalah ujian dari Allah, dan Allah
catat semua perbuatan kita ini untuk
dipertanggung jawabkan di pengadilan Allah.
Allah telah uji Bani Israil ketika mereka dalam keadan susah, menjadi budak dan
takut kepada Firaun. Lalu Allah keluarkan mereka dari budak firaun menjadi budak
Allah, dari rasa takut terhadap firaun menjadi takut kepada Allah. Kehidupan
Bani Israil setelah itu membaik, tidak ada lagi rasa takut, yang ada rasa aman
dan sejahtera. Namun celakanya Bani Israil ini adalah ketika mereka dalam
keadaan senang ini mereka lalai dan kufur dari Nikmat Allah. Mereka durhaka
kepada Allah, sehingga Allah hancurkan mereka sebagaimana Allah telah hancurkan
Firaun. Allah hinakan mereka seperti Allah hinakan Firaun. Allah binasakan dan
hinakan mereka yang durhaka dan kufur kepada Allah seperti Iblis, Qorun, Firaun,
dan lain-lain.
Tragedi terbesar dalam kehidupan manusia
adalah bukan ketika ekonomi dunia hancur, atau ketika manusia gagal pergi ke
mars, atau rusaknya odzon, tetapi ketika dunia ini telah kehilangan Nabi SAW.
Kehadiran Nabi SAW ini di dunia ini adalah sebagai Rahmatan Lil Alamain, Rahmat
bagi seluruh Alam. Satu-satunya nama yang bersanding dengan nama Allah di
arasyNya. Keberkahan beliau tidak hanya untuk manusia saja, tetapi untuk
binatang, tumbuh-tumbuhan, juga para jin sekalipun. Awan selalu menaunginya dari
panas matahari, batu-batuan memberi salam kepadanya, pohon-pohon membungkuk
kepadanya, binatang mengadu kepadanya, asbabnya Jinpun masuk kedalam Islam.
Inilah kemuliaan Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat Allah untuk seluruh alam.
Karena beliau derajat umat ini naik disisi Allah melebihi derajat umat-umat
sebelumnya.
Seseorang ini akan dinilai oleh Allah, sejauh
mana ia mampu menyempurnakan hidupnya seperti hidup Nabi SAW. Hidupnya Nabi SAW
adalah kesempurnaan hidup yang telah Allah buat untuk manusia mengikutinya.
Kesempurnaan Hidup yang dicontohkan oleh Nabi ini adalah Cara Hidup Islam. Islam
ini adalah cara hidup rasullullah SAW selama 24 jam. Setiap perbuatan dan
perkataan Nabi SAW adalah amal. Semua kehidupan selain kehidupan Nabi SAW tidak
mendatangkan nilai apapun disisi Allah Ta’ala.
Ketika Nabi SAW mengutus sahabat untuk
mengantar surat kepada seorang Raja untuk menawarkan Agama. Nabi SAW menulis :
Lihatlah sahabatku dan segala prilakunya jika engkau ingin mempelajari Islam.
Pendidikan keimanan yang Nabi SAW ajarkan kepada para sahabat hasilnya membuat
kehidupan Sahabat sulit dibedakan dengan kehidupan Nabi SAW. Inilah kesempurnaan
Iman para sahabat sehingga Keberkahan Hidup yang Allah berikan kepada Nabi SAW
juga Allah berikan kepada sahabat RA. Sahabat mengetahui tingginya nilai Iman
dan Amal, sehingga segala sesuatu yang Nabi SAW lakukan, pasti mereka lakukan.
Apapun yang dilakukan Nabi SAW menjadi agama dan mendatangkan nilai disisi
Allah.
Nabi SAW bersabda, mahfum :
“ Berimanlah kamu seperti sahabat-sahabatku
beriman.”
(Al Hadits)
(Al Hadits)
Sahabat mencintai Nabi SAW melebihi cinta
mereka kepada anaknya, ayahnya, istrinya, hartanya, bahkan jiwa mereka
sekalipun. Mereka siap tidak mengakui anak mereka, orang tua mereka, harta
mereka, kerabat mereka, jika itu semua dapat menjauhkan mereka dari nabi SAW.
Seorang sahabat, Zaid RA, hendak dijemput oleh ayahnya yang telah terpisah
bertahun-tahun. Tetapi Zaid RA menolaknya karena ia ingin selalu dekat dengan
Nabi SAW. Abu Bakar RA pernah berkata kepada anaknya bahwa dia rela membunuh
anaknya yang belum masuk islam di perang badr karena dia lebih mencintai Allah
dan RasulNya. Sahabat tidak masalah hidup tidak berjumpa anak, istri, harta, dan
orang tua mereka ketika hijrah ke madinah, namun sahabat RA tidurpun tidak bisa
sebelum berjumpa dengan Nabi SAW.
Nabi SAW bersabda mahfum :
“Tidak Sempurna Iman kalian sebelum kalian
mencintaiku melebihi hal-hal yang kalian cintai.”
Seseorang datang kepada Nabi SAW dan berkata,
“Saya ini benar-benar Mukmin (beriman).” Lalu Nabi SAW berkata, “Katakanlah saya
ini muslim (Islam), bukan mengatakan saya ini mukmin (beriman).” Islam ini
adalah cara hidup, sedangkan Iman adalah keyakinan yang sempurna dan mutlak
kepada Allah. Jika kita sudah hidup dengan keyakinan yang sempurna maka hidup
kita akan menjadi kehidupan yang penuh dengan karomah seperti kehidupan sahabat
:
1. Suatu ketika Khalid bin Walid RA diminta
untuk meminum Racun jika dia benar-benar yakin kepada Allah. Lalu Khalid RA
meminum racun itu seperti dia meminum air putih. Bukannya mati setelah meminum
racun, tatapi asbab meminum racun itu penyakit yang dideritanya malah
hilang.
2. Sahabat Saad RA melintasi sungai dengan
tentaranya tanpa air menyentuh telapak kaki kuda.
3. Sahabat hanya dengan sholat 2 rakaat dapat
menyebabkan orang yang mati menjadi hidup kembali.
Ini semua dapat terjadi karena keimanan
sahabat yang sempurna kepada Allah Ta’ala. Ketika seseorang menginjak semut apakah dia akan takut lalu
menjerit ? tentu tidak karena semut itu kecil dimatanya. Inilah yang dilihat
sahabat ketika menghadapi masalah seperti gempa, lahar gunung, tentara musuh,
singa, racun, dan lain-lain. Mereka melihat masalah ini seperti mereka melihat
semut kecil tadi. Semua masalah adalah mahluk Allah, mahluk tidak perlu
ditakuti. Mahluk tidak dapat menyakiti tanpa seizin Allah.
Kelemahan dalam kehidupan manusia terjadi
karena manusia tidak percaya dan tidak yakin pada Allah. Ini hanya menimbulkan
kerugian dalam kehidupan mereka sendiri dan kehidupan setelah mati. Segala
sesuatu dalam kehidupan manusia menjadi tidak beres bahkan mendatangkan mudharat
kepada yang lain asbab manusia tidak yakin pada Allah. Jika semua manusia taat
dan yakin pada Allah, maka tidak akan terjadi kerusakan dan kesedihan di dunia
ini. Kerusakan dan penderitaan yang dihadapi manusia terjadi hanya karena mereka
tidak mau taat dengan apa yang Allah bilang.
Agama akan datang dalam kehidupan kita jika
kita ada fikir dan risau terhadap agama. Sebagaimana Agama datang kepada Ibrahim
AS setelah beliau ada fikir atas agama, fikir atas penciptaan dan penciptanya.
Agama turun di mekah setelah Nabi SAW ada fikir dan risau atas agama dan umat.
Jika kita mempunyai fikir dan risau seperti Nabi SAW, maka kehidupan kita akan
terbentuk seperti kehidupan Nabi SAW. Namun untuk dapat mendapatkan fikir dan
risau ini diperlukan latihan yang terus menerus.
Kita harus bisa merubah keyakinan kita
terhadap kebendaan menjadi yakin pada Allah dan Amal. Kebendaan yang kita miliki
ini tidak akan pernah dapat memberikan kebahagiaan atau manfaat kepada kita,
selain dari yang Allah telah tetapkan. Seluruh kebahagiaan ini merupakan
pemberian dari Allah dan karena IradahNya, keinginanNya. Jika kita mau bahagia,
berdo’a, minta saja pada
Allah. Setelah berdo’a baru
kita tunaikan hak dari berdo’a yaitu dengan melengkapi asbab-asbabnya.
Sahabat dahulu orang yang jahil, namun karena
mereka berkorban banyak untuk agama, sehingga Allah ridho pada mereka dan Allah
ampuni dosa-dosa mereka. Penting kita tingkatkan perngorbanan kita sehingga
sampai kepada level pengorbanan para sahabat seperti Bilal RA, Kabab RA, Umair
RA, dan lain-lain. Sahabat sampai disiksa karena mereka mempertahankan
keyakinannya, sedangkan hari ini kita tidak ada yang menyiksa malah meninggalkan
keyakinan kita. Inilah perbedaan keadaan kita sekarang dengan keadaan sahabat
dulu. Allah akan sudi mengampuni kita dan mengangkat derajat kita di akherat,
jika kita mau berkorban demi memperjuangkan agama Allah. Asbab pengorbanan dan
ketabahan sahabat menghadapi penderitaan sehingga agama dapat wujud dalam diri
mereka, keluarga mereka, dan umat di seluruh alam. Perlu kita tanamkan semangat
dalam diri kita untuk melakukan pengorbanan yang sama dengan sahabat dalam
mempertahankan agama Allah. Kemuliaan dan Kesuksesan yang di berikan Allah
kepada sahabat RA akan di berikan kepada umat ini jika umat ini mau melakukan
pengorbanan seperti yang dilakukan oleh para Sahabat RA.
Sahabat dahulu tidak pernah mencari alasan
untuk meninggalkan ketaatan kepada Allah. Bahkan dalam keadaan beralasan
sekalipun, seperti ada udzur sakit sekalipun, sahabat tidak pernah meninggalkan
ketaatan kepada Allah. Hari ini umat diajak untuk taat malah mencari alasan
untuk meninggalkan ketaatan. Suatu hari ada jemaah yang pergi ke daerah orang
miskin. Lalu ada seorang miskin yang tidak pernah ke mesjid, di datangi oleh
jemaah. Si miskin minta di do’akan agar ia dapat kerja, sehingga ia bisa ke mesjid. Sebab
kemiskinannya telah menyebabkan dia sibuk mencari kerja dan menjaga anak. Ia
berkata, “Saya tidak ada waktu ke mesjid sedangkan keluarga saya hidup kelaparan
!” Lalu seminggu kemudian, ada pabrik buka di daerah si miskin tadi. Akhirnya si
miskin tadi bisa mendapat pekerjaan. Selang berapa lama, akhirnya ada rombongan
berikutnya masuk ke daerah si miskin tadi. Namun kali ini setelah di ajak untuk
ke mesjid, dia berkata, ”Saya tidak ada waktu untuk ke mesjid karena saya sibuk
kerja di pabrik dan mengurus keluarga.” Lalu jemaah berkata, “Kalau begitu saya
do’akan tuan agar bisa punya
waktu untuk ke mesjid.” Namun orang itu malah berkata, “Jangan pabrik itu baru
buka, kalau kamu do’akan
biar saya punya waktu luang berarti pabrik itu harus tutup. Kalau pabrik tutup
saya dan keluarga saya mau makan pakai apa?” Hari ini umat di waktu yang luang
dan waktu yang sempit tetap tidak bisa taat kepada Allah. Mau kehidupannya
senang ataupun susah, tetap tidak dapat memberikan waktunya untuk Allah. Inilah
umat saat ini, bisanya hanya mencari alasan untuk tidak taat kepada Allah.
Sungguh beda kehidupan kita dengan sahabat RA.
Allah telah berikan agama kepada manusia untuk
membedakan mereka dengan hewan. Jika kita lihat kehidupan hewan ini adalah
kawin, melahirkan, makan, minum, kerja, cari makan, lalu mati. Tanpa agama, maka
kehidupan kita tidak ada bedanya dengan kehidupan hewan yang hina dan rendah.
Begitulah Allah memandang manusia yang tidak mau taat pada Allah, seperti
manusia melihat binatang. Kehidupan yang tidak ada agama di mata Allah adalah
seperti kehidupan hewan yang hina di mata manusia. Kini kehidupan manusia sudah
seperti kehidupan binatang karena jauhnya kehidupan mereka dari agama. Bahkan
kini manusia asbab mereka jauh dari agama, hal-hal yang binatang tidak mau
lakukan malah dilakukan oleh manusia. Seperti : orang tua membunuh anaknya
dengan aborsi atau anak membunuh orang tua demi warisan. Padahal hewan pun masih
bisa menjaga kasih sayang di antara keluarganya. Tanpa Agama kehidupan manusia
bisa jadi lebih rendah dibanding kehidupan binatang.
Agama itu adalah cara hidup manusia yang telah
Allah siapkan untuk di ikuti. Allah akan berikan kepada orang yang taat terhadap
aturanNya, kebaikan-kebaikan dunia dan akherat. Di balik perintah Allah ini ada
janji-janji Allah dan ada pertolongan dari Allah. Janji Allah dalam setiap
perintahNya ini lebih pasti dibandingkan dengan janjinya seorang manusia. Allah
sudah tetapkan cara hidup nabi SAW ini sebagai satu-satunya cara yang dapat
mendatangkan kebahagiaan dan ketenangan hidup di dunia dan di akherat. Segala
prilaku nabi, pekerjaan nabi, pola hidup nabi SAW telah Allah jadikan sebagai
tolak ukur amal kebaikan yang mendatangkan pertolongan Allah. Sudah menjadi
ketetapan Allah, selain dari kehidupan Nabi SAW hanya akan mendatangkan
kesusahan dan penderitaan yang tidak terbatas. Semua cara hidup selain dari cara
hidup Nabi SAW akan mengantarkan manusia kepada kebinasaan. Satu-satunya jalan
hidup yang mendatangkan nilai disisi Allah hanya jalan hidup nabi SAW. Inilah
yang di ikuti oleh para sahabat, dan inilah yang harus kita ikuti. Jika kita mau
mengikuti kehidupan Nabi dan para Sahabat maka nanti Allah akan bangkitkan kita
bersama mereka, bukannya bersama Firaun, Qorun, atau Hamman.
Dalam hadits mahfum :
“Barang siapa yang mengikuti kehidupan suatu
kaum maka Allah akan bangkitkan dia bersama kaum yang di ikuti tersebut” ( Al
Hadits )
Akherat adalah kehidupan yang terbentuk dari
amal yang kita lakukan di dunia. Apakah orang itu ketika hidup di dunia memilih
hidup cara kekasih Allah atau cara Musuh Allah. Jalan kehidupan Nabi SAW adalah
satu-satunya jalan hidup yang dapat menghantarkan kita kepada SurgaNya Allah
Ta’ala. Inilah yang namanya
jalan keselamatan atau Darrussalam. Para Nabi dan sahabat mengajak manusia
kepada jalan keselamatan, sedangkan musuh-musuh nabi mengajak manusia kepada
jalan kebinasaan. Allah beri kita kebebasan untuk memilih jalan hidup, jalan
mana yang mau kita ambil. Salah ambil keputusan akibatnya adalah kesengsaraan
yang tidak ada batasnya. Seseorang menjelang sakratul maut, maka Allah akan
tampakkan kepadanya Surga dan Neraka sebagai tempat dia kembali. Kehidupan yang
wujud amal-amal agama akan mengantarkan seseorang ke surgaNya Allah. Kehidupan
yang tidak wujud amal-amal agama akan mengantarkan orang tersebut ke Neraka
JahannamNya Allah.
Iman ini mempunyai rasa, sama seperti rasa
buah-buahan, ada yang manis, ada yang hambar, dan ada yang asam. Namun Iman ini
hanya bisa dirasakan oleh kita sendiri bukan orang lain. Ketika seseorang suka
terhadap suatu makanan, tanpa disuruhpun orang tersebut akan memakannya lagi dan
lagi. Begitu juga orang yang merasakan manisnya usaha Iman. Iman ini akan terasa
manis sejauh mana kita mengenal Allah. Di mulai dari Allah adalah Rabb kita,
yaitu pemelihara tunggal. Jika kita telah mengenal dan meyakini bahwa Allah
adalah Rabb kita, maka kita akan menyibukkan diri kita hanya dengan ketaatan
kepada Allah. Namun hari ini asbab manusia tidak yakin Allah sebagai pemelihara
mereka, yang rizkinya adalah Allah yang menanggung, sehingga hari ini banyak
manusia yang lari mencari pertolongan dari selain Allah. Rizki manusia ini
seluruhnya datangnya dari Allah, berapa jumlahnya dan kapan habisnya ini hanya
Allah yang tau. Rizki ini tidak harus berupa makanan dan kebendaan, tetapi bisa
juga berupa ketaatan. Nanti akan datang suatu masa dimana sengan dzikir saja
Allah akan berikan orang itu kekenyangan.
Jika Iman lemah maka ibadah-ibadah lain akan
lemah, dan do’apun akan
melemah. Do’a kita akan
mempunyai kekuatan jika Iman kita kuat. Iman yang kuat akan membuat
do’a menjadi efektif. Saat
ini yang paling penting buat kita adalah bagaimana selama 24 jam ini kita
pelihara dan tingkatkan Iman kita. Jadikan usaha atas Iman ini seperti kita
menghirup udara, tidak mungkin kita stop menghirup udara. Jika kita keluar 4
bulan setiap tahun, itu baru 1/3 dari udara yang kita perlukan. Mengapa hari ini
kita tidak bisa menikmati yang namanya Iman, ini karena kita tidak ada usaha
atas Iman. Rasa dari suatu usaha akan timbul dari pengorbanan kita atas usaha
tersebut.
Iman akan terasa manis ketika kita mengetahui
dan mengenal Allah sebagai Rabb kita. Ketika ini kita akan lupakan pekerjaan
kita, kita akan lupakan, perdagangan kita, kita akan lupakan pertanian kita,
yang kita mau lakukan hanya menyenangkan Allah. Kita harus mempunyai keyakinan
bahwa Allah adalah Rabb kita satu-satunya, pemelihara tunggal. Dari yakin yang
kuat akan menghasilkan amal yang kuat. Amal yang berkeyakinan inilah yang Allah
mau. Sejauh mana kita menyenangkan tuan kita, sejauh itu tuan kita akan
memelihara kita dengan baik, seperti inilah antara Allah dengan hambanya. Jika
Allah tunjukkan dirinya pada kita, maka segalanya akan berubah bagi kita di
dunia ini. Kita akan melupakan dunia dan hanya mengabdi pada Allah. Mudah saja
bagi Allah membuat manusia ini beriman, tetapi yang Allah mau adalah melihat
manusia ini berkorban untuk perkara Iman. Allah sudah punya malaikat sebagai
ahli ibadah yang dapat mengetahui langsung Allah sebagai Rabb seluruh alam.
Inilah yang menyebabkan iman manusia lebih afdhol dibanding iman para
malaikat.
Manusia mempunyai tradisi, namun jika agama
sudah siap kita ambil sebagai pedoman hidup, maka yang namanya tradisi ini harus
ditinggalkan. Dan Agama juga bukan tradisi atau sekedar ibadah-ibadah
formalitas. Kita membuat agama menjadi tradisi dan formalitas karena kita tidak
mengenal agama kita sendiri. Agama ini adalah solusi bagi seluruh masalah kita
jika kita yakini dan kita jalani dengan benar. Masalahnya hari ini karena
kelemahan Iman kita, sehingga kita jalani agama ini sebatas rutinitas ibadah dan
formalitas. Untuk dapat menghilangkan tradisi adat istiadat dan ibadah
formalitas, kita harus yakin dulu pada perintah Allah dan apa yang diucapkan
oleh Nabi SAW. Jika kita tidak mau meninggalkan tradisi demi perintah Allah dan
sunnah Nabi SAW maka adzab Allah akan turun. Masalah akan datang jika kita
tinggalkan perintah Allah dan Sunnah Nabi SAW. Sedangkan adzab Allah ini terjadi
di dunia dan di akherat, di duniapun Allah akan adzab kita jika kita tidak mau
taat.
Segala sesuatu yang kita lakukan ini di dunia
telah tercatat oleh malaikat “Kiroman Katibin”, Malaikat pencatat. Ini adalah
suatu kenyataan yang tidak bisa di pungkiri oleh orang yang mempunyai Iman.
Semua alat tubuh kita dari tangan, kaki, mata, telinga, perut, hati, dan
fikiran adalah alat untuk mendapatkan Iman. Jika ini tidak kita gunakan untuk
Allah, maka kita akn gunakan untuk selain Allah, dan ini akan Allah hisab.
Semuanya akan menjadi saksi atas amal baik dan amal buruk yang kita kerjakan.
Peralatan tubuh ini dapat menjadi alat untuk mendapatkan Iman atau merusak Iman,
semuanya tergantung pada kita. Kita akan di hisab oleh Allah untuk setiap waktu
yang di gunakan, nikmat yang telah di berikan,amal yang telah di kerjakan, dan
keburukan yang telah kita lakukan. Segala hasil yang kita terima di kehidupan
Akherat akan dinilai dari kebaikan dan keburukan yang kita lakukan di
dunia.
Perbedaan antara orang kafir dan orang beriman
terletak pada keyakinan terhadap kehidupan sesudah mati. Hari ini kenapa
kehidupan kita tidak jauh seperti orang kafir. Ini karena keyakinan kita
terhadap kehidupan sesudah mati sama seperti mereka. Kalau kita mempunyai
keyakinan terhadap kehidupan sesudah mati, maka seluruh nikmat dunia kita akan
terasa hambar dan kita hanya akan memikirkan kehidupan akherat kita saja.
Ketika kita berikrar :
1. Rodhi tubillah hi Rabba :
Mengakui Allah sebagai Rabb kita
Mengakui Allah sebagai Rabb kita
2. Wabil Islami Dina :
Mengakui Islam sebagai Cara Hidup kita
Mengakui Islam sebagai Cara Hidup kita
3. Wabil Muhammaddiya wa Rasulla
:
Mengakui Muhammad sebagai Rasul
Mengakui Muhammad sebagai Rasul
4. Wabil Qur’anni Imama wa Hakama :
Mengakui Qur’an sebagai Imam dan sumber hukum
Jika ini sudah kita ikrarkan maka sudah
seharusnya tugas kita tidak lain adalah menyenangkan Allah semata. Segala
Imbalan yang Allah berikan kepada kita di dunia dan di akherat hanya bisa di
dapat dengan Agama. Sejauh mana kita menjalankan ini secara sempurna, sejauh itu
Allah akan memberikan kepada kita imbalan di dunia dan di akherat. Nabi SAW
telah memberikan hidupnya selama 24 jam kepada manusia untuk di ikuti, dan tidak
ada yang dirahasiakan Nabi SAW kepada manusia.
Dengan Dakwah maka akan tercipta suasana
Imaniat dan suasana Amaliat. Jika suasana Agama terbentuk maka Iman kita akan
terjaga dan terpelihara. Suasana Amal Madinah adalah salah satu sarana yang
menyebabkan Iman para sahabat terpelihara dan terjaga. Sahabat berkata “Tuhanku
adalah tuhan yang satu yaitu Allah dan Nabiku adalah Muhammad Rasullullah. Tiada
cara hidup lain yang saya ikuti selain cara hidup Rasullullah SAW. Hidupku hanya
untuk Allah dan RasulNya semata. Seluruh yang aku miliki hanya untuk Allah dan
Rasulnya semata.” Inilah keyakinan sahabat, sehingga berbagai penderitaan dan
cobaan sanggup mereka lewati.
Iman sahabat adalah bukti Iman dan kehidupan
yang sempurna. Kehidupan Nabi SAW adalah contoh kehidupan yang sempurna disisi
Allah. Sahabat semuanya dapat mengikuti kehidupan yang telah di contohkan oleh
Nabi SAW. Para kaum kafirin dengan siksaan yang telah mereka berikan kepada
sahabat, berharap agar sahabat mau meninggalkan keimanan mereka. Namun apa yang
terjadi, justru asbab penyiksaan para kaum kafirin, Iman sahabat jadi meningkat,
tidak berkurang sedikitpun. Bilal RA pernah di tanya kapan masa dia paling
bahagia, dia menjawab, “Ketika aku disiksa oleh majikanku Abu Jahal ketika itu,
di panggang dibawah terik matahari dan di tindih dengan batu yang besarnya
melebihi bobotku.” Inilah asbab keimanan sahabat yaitu dengan pengorbanan dan
bersusah payah untuk Iman.
Sahabat disiksa karena melakukan usaha atas
Iman. Sahabat juga berdagang, hanya saja perdagangan mereka sering diganggu oleh
kaum kafir asbab usaha dakwah yang mereka lakukan. Inilah pengorbanan sahabat
buat agama. Untuk perkara ini kita perlu siapkan diri kita berkorban seperti
Sahabat RA. Tahap pertama adalah belajar berkorban keluar di jalan Allah untuk
mendapatkan Iman.