Semua manusia ingin yang namanya kebahagiaan.
Tetapi Allah hanya memberikan kebahagiaan kepada mereka yang mau mengikuti Nabi
SAW saja. Bagi yang tidak mau ikut cara Nabi SAW, maka Allah akan memerangkap
mereka di dunia ini. Allah akan buat segala yang mereka lakukan seakan-akan
dapat mendatangkan manfaat. Padahal dibalik yang mereka kerjakan yang ada hanya
mudharat. Hidup mereka akan terperangkap didunia ini, yang ada hanyalah
frustasi, rasa takut, selalu kekurangan, tidak pernah merasa cukup, dan ketidak
tenangan.
Nabi SAW adalah model dan contoh terbaik bagi
umat ini dalam segala hal :
1. Fisiknya dari ujung rambut sampai ujung
kaki
2. Kehidupannya selama 24 jam
3. Prilaku Akhlaqnya dan Fikirnya atas ummat.
2. Kehidupannya selama 24 jam
3. Prilaku Akhlaqnya dan Fikirnya atas ummat.
Dan seluruh perkara yang nabi kerjakan
merupakan sunnah dan menjadi amal sholeh jika kita mengerjakannya. Ketika nanti
di pengadilan Allah, seseorang akan dinilai oleh Allah sejauh mana dia dapat
menjalani segala aspek dari kehidupan Rasullullah SAW selama 24 jam. Jika tidak,
maka orang ini akan mendapatkan masalah. Inilah tolak ukur Agama yang telah
ditetapkan Allah pada diri Nabi SAW. Apa itu Agama yaitu segala hal yang Allah
ingini dari diri manusia selama 24 jam. Yang namanya keberhasilan adalah orang
yang mampu menyempurnakan kehidupannya seperti kehidupan Nabi SAW hingga ia
wafat. Siapa yang mau mengikuti Nabi SAW maka hidupnya akan diberikan sakinah
dan rahmat. Inilah yang orang-orang ahli dunia cari-cari yaitu ketenangan dan
kebahagiaan. Dan mereka bersusah-susah untuk mendapatkan ini, kerja siang dan
malam tak kenal waktu. Padahal Allah sudah berikan jalan yang mudah dan ada
contohnya pada diri Muhammad SAW untuk dapatkan kesuksesan dan kebahagiaan. Kita
tinggal mengikutinya saja, maka kita akan mendapatkan apa yang dicari-cari oleh
Ahlul dunia dengan susah payah.
Allah telah memberi manusia kemampuan untuk
membangun Iman dan mengamalkan Agama ke Taraf yang Allah inginkan. Sebagaimana
Sahabat berkorban dan mengamalkan agama sampai ke taraf yang Allah mau, sehingga
Ma’iyatullah, kebersamaan
bersama Allah, ada dalam kehidupan mereka. Orang yang taat kepada Allah, maka
kekuatan dan kekuasaan Allah akan ada bersama mereka. Sahabat minta air turun
dikebunnya hanya dengan asbab sholat 2 raka’at, lalu Allah datangkan hujan hanya di
kebunnya saja. Sahabat asbab sholat 2 rakaat keledai mati jadi hidup kembali.
Inilah kekuatan dan kekuasaan Allah yang ada bersama sahabat. Jika Iman dan
ketaatan telah sampai ditingkat yang Allah ingini, maka kekuatan dan kekuasaan
Allah akan bersama orang itu, sebaimana para sahabat RA.
Hati yang bisa menerima Agama ini seperti biji
yang bagus tumbuh dalam tanah sehingga menghasilkan manfaat. Biji ini akan
tumbuh menjadi pohon dan mengeluarkan buah-buahan yang dapat dinikmati oleh
orang banyak. Namun hati yang tidak bisa meneriman agama ini seperti biji yang
bagus ditanam dalam tanah yang gersang, tidak akan dapat tumbuh dan mendatangkan
manfaat buat yang lain. Allah mengirim para Nabi dengan membawa 2 senjata
:
1. Dakwah : Membuat Usaha atas Agama pada
hati-hati manusia
2. Do’a : kunci Hidayah dan Nusrotullah
2. Do’a : kunci Hidayah dan Nusrotullah
Agama akan wujud dalam diri manusia melalui
proses dan tahapan. Seperti pertanian perlu proses dan perawatan, ada :
Pembibitan, Irigasi, pemupukan, penyuburan tanah, dan lain-lain. Begitu juga
Iman, Allah telah tanamkan dalam diri manusia kemampuan untuk menerima dan
memelihara Benih Iman. Namun untuk perkara ini mereka juga harus melakukan usaha
atas Iman. Bagaimana Iman dapat meningkat dan terpelihara. Hanya dengan usaha,
Iman akan tumbuh sebagaimana tumbuhnya benih menjadi padi di ladang.
Tangan, Kaki, Mata, Mulut, Telinga, Hati, dan
Fikiran ini adalah fasilitas yang Allah berikan kepada manusia untuk membangun
dan memelihara Iman. Namun masalahnya pada hari ini, kemampuan yang telah Allah
berikan pada diri manusia untuk membangun Iman, digunakan manusia untuk
melakukan usaha atas kebendaan dan kekuasaan. Nanti di hari akhir manusia akan
menyesal ketika diminta pertanggung jawabannya oleh Allah atas fasilitas yang
Allah telah berikan kepada mereka dan digunakan hanya untuk kepentingan Nafsunya
saja. Seluruh anggota tubuh kita ini milik Allah maka penting kita mengetahui
apa yang Allah mau atas diri kita.
Amal yang baik membuat manusia tawajjuh,
bergantung, pada Allah. Tetapi amal yang buruk akan membuat manusia cinta dunia
dan takut mati. Jika keinginan kita ini diarahkan kepada memenuhi keinginan
Allah maka hati ini akan menjadi baik. Jika keinginan ini diarahkan kepada Dunia
dan Hawa Nafsu kita, maka hati ini akan menjadi rusak dan akan sengsara. Jika
manusia mengisi hidupnya dengan keduniaan saja maka ini akan merusak amalnya.
Dan hasil dari jerih payahnya atas dunia ini adalah Jahannam. Dunia ini bukan
tempat untuk memenuhi nafsu dan keinginan kita. Tetapi dunia ini adalah tempat
untuk bersabar atas nafsu kita dan hanya untuk memenuhi keinginan Allah. Hanya
ada dua pilihan dalam setiap saat dan keadaan :
1. Melakukan Amal Sholeh Hasilnya adalah
SurgaNya Allah
2. Melakukan Amal Buruk Hasilnya adalah NerakaNya Allah.
2. Melakukan Amal Buruk Hasilnya adalah NerakaNya Allah.
Amal ini seperti gula jika dimasukkan ke dalam
air putih, kopi, susu, atau teh, semuanya akan menjadi manis. Begitu juga amal
agama ini, akan memberikan rasa manis pada hidup, rasa tenang dan tentram dalam
hidup, walaupun dia hidup miskin ataupun kaya, sehat ataupun sakit, dikota
ataupun didesa, laki ataupun perempuan.
Saat yang paling penting dalam kehidupan
manusia ini adalah menjelang dia sakratul maut. Apakah dia meninggal dengan
membawa Iman atau tidak. Umar RA berkata, “kamu hidup sebagaimana kamu akan
mati, Kamu akan dihidupkan sebagaimana kamu telah dimatikan.” Jika kita hidup
dengan penuh maksiat maka matipun akan membawa kemaksiatan. Jika kita mati dalam
keadaan maksiat maka kita akan dibangkitkan dalam keadaan bermaksiat kepada
Allah. Amal baik akan membuat manusia mati dalam keadaan beriman kepada Allah.
Sedangkan amal buruk akan membuat manusia mati dalam keadaan tidak beriman
kepada Allah. Sedangkan kita nanti akan dibangkitkan sebagaimana kita dimatikan
apakah dalam keadaan beriman atau tanpa iman. Jika kita mati, ini akan menjadi
perbedaan yang besar dan membawa pengaruh yang besar bagi mereka yang melakukan
amal baik dan amal buruk. Amal baik walaupun itu sebesar biji atom itu dapat
menyelamatkan kita dari adzab api neraka. Sedangkan amal buruk dapat memperlama
kita mendekam dalam neraka.
Karena Amal baik dan Buruk ini nanti
:
1. Dikubur ada orang yang tenang karena
Iman dan amal sholehnya dan ada orang yang tersiksa karena Iman dan amal
buruknya.
2. Di mahsyar ada orang yang
tersenyum-senyum karena menerima catatan amal dari tangan kanan dan ada yang
orang yang dalam keadaan hina menerima catatan dari tangan kiri.
3. Karena Iman dan Amal pilihan mereka
hanya dua yaitu menuju Surga atau menuju neraka.
Hanya dengan Iman yang kuat kita dapat
menghindari dosa. Allah telah memutar balikkan kehidupan suatu umat semata-mata
karena perubahan pada Iman mereka. Jika kebesaran dunia telah masuk dalam hati
maka kebesaran Allah akan keluar dari dalam hati. Anbiya AS tidak pernah
menharapkan balasan apapun dari dunia ketika berdakwah. Walaupun hanya sekedar
ucapan terima kasih. Mereka selalu menjaga hati mereka agar tidak bocor sehingga
dunia dapat masuk kedalam hati mereka.
Sekarang manusia sibuk mencari uang karena
mereka menyangka merekalah yang menghidupkan keluarga mereka. Padahal semua
kehidupan ini dari rezki berupa udara, tumbuh-tumbuhan, makanan, dan pakaian
semuanya dari Allah dan Allahlah yang memelihara. Ini adalah perkara Iman yang
membedakan seseorang dari tujuan hidupnya. Orang mempunyai tujuan hidup dunia
karena dia merasa dialah yang menanggung kehidupan dunia. Tetapi orang beriman
yang dikejar adalah Allah dan kehidupan akherat karena dunia ini Allahlah yang
menanggung dan memelihara semuanya. Jika kita menyadari bahwa Allahlah yang
memberi kita kehidupan dan kebahagiaan maka kita akan senantiasa menyibukkan
diri kita dalam amal-amal hanya untuk menyenangkan Allah Ta’ala saja. Tetapi karena kita tidak
mempunyai keyakinan ini sehingga mencari uang atau nafkah kita jadikan sebagai
maksud tujuan hidup.
Ruh dari setiap amal ini adalah keyakinan yang
benar terhadap janji-janji Allah, Ihtisab. Apa janji Allah dalam amal puasa,
zakat, sholat, dan lain-lain. Tujuan dari kerja nubuwat ini adalah mendatangkan
agama secara sempurna dalam kehidupan setiap orang dimana saja. Bagaimana Al
Qur’an ini dapat wujud dalam
diri kita sebagaimana Al Quran wujud dalam diri Nabi SAW dan para sahabat. Maka
disini peran 6 qualitas sahabat diperlukan dalam mencapai peningkatan pengamalan
Agama secara sempurna. Atas perkara ini kita perlu tumpahkan seluruh kemampuan
yang Allah berikan kepada kita untuk membuat suatu usaha mengenal Allah dan
menjalankan kehendak Allah. Kalau kita tidak ada keyakinan terhadap Allah
sebagai Rabb kita, sebagai pemelihara kita, maka kehidupan kita akan menjadi
lebih rendah dari kehidupan binatang. Tidak bisa membedakan antara haram dan
halal, antara Haq dan yang bathil. Semuanya dikerjakan menurut nafsunya saja
karena hatinya sudah buta, tidak dapat melihat kebenaran lagi.
Bagaimana Allah mengajarkan Iman kepada Musa
AS dengan QudratullahNya. Allah berfirman kepada Nabi Musa AS, “Apa yang ada di
tangan kananmu wahai Musa.” Lalu Musa AS menjawab, “Ini adalah tongkatku untuk
mengambil buah-buahan, menggiring domba, dan menghalau srigala.” Musa
menjelaskan manfaat dari tongkat yang dia pegang. Lalu Allah perintahkan Musa AS
untuk melempar tongkatnya. Seketika tongkatnya menjadi Ular yang bisa
mendatangkan mudharat baginya. Lalu Allah perintahkan Musa AS untuk mengambil
ular itu dari mulutnya yaitu tempat yang paling berbahaya. Ternyata setelah
dipegang ularnya menjadi tongkat kembali. Baru disini Musa AS faham perkara Iman
dan perkara kekuasaan Allah yang mampu merubah sesuatu yang bermanfaat menjadi
mudharat dan sesuatu yang terlihat mendatangkan mudharat menjadi membawa
manfaat. Allah yang menciptakan dan Allah dengan kekuasaannya mampu
mengubah-ubah ciptaannya sesuai dengan keinginannya.
Musa AS ingin Bani Israil mempunyai kefahaman
ini. Walaupun setelah ditunjukkan kebesaran Allah dihadapan mereka, pada
akhirnya mereka tetap ingkar terhadap Allah. Bani Israil adalah umat yang paling
banyak disebut didalam Al Qur’an. Kehidupan mereka lebih diistimewakan oleh Allah dibanding
kaum-kaum yang lain. Allah telah tunjukkan kebesaran-kebesaran Allah kepada
mereka sebagaimana yang telah ditunjukkan kepada Fir’aun Laknatullah Alaih :
1. Laut terbelah menjadi 12 jalan bagi Bani
Israil
2. Makanan yang datang dari langit selama 40 tahun
3. Dihancurkannya orang yang paling ditakuti Bani Israil yaitu Firaun, dll.
2. Makanan yang datang dari langit selama 40 tahun
3. Dihancurkannya orang yang paling ditakuti Bani Israil yaitu Firaun, dll.
Namun pada akhirnya Bani Israil tetap ingkar
kepada Allah sehingga mereka menjadi umat yang dihinakan oleh Allah sampai hari
kiamat. Mereka lalai dari Kebesaran Allah yang telah ditunjukkan kepada mereka
dan segala nikmat yang telah diberikan. Maka pada hari ini jika kita lalai dan
ingkar dari Nikmat yang telah Allah berikan maka kita akan bernasib sama seperti
Bani Israil.
Ketika Keinginan kita berbenturan dengan
keinginan atau perintah Allah maka kita harus belajar meninggalkan keinginan
nafsu kita demi mengikuti keinginan dan perintah Allah. Seperti Ali RA ketika
dalam peperangan dia diludahi oleh musuh, sehingga ia menjadi marah. Lalu timbul
nafsu untuk membunuh orang tersebut bukan karena Allah. Ketika menyadari
Nafsunya ini akhirnya Ali RA tidak jadi membunuh musuhnya tersebut.
Allah Maha Melihat dan Maha Mengetahui, Allah
melihat dan mengetahui penderitaan Nabi SAW ketika beliau berjaulah, keliling
dakwah, di Mekkah. Beliau dihina, diludahi, ditimpuki batu di thoif, diboikot
tidak diberi makan, Allah mengetahui semua ini. Allah melihat dan mengetahui
penderitaan Nabi SAW ketika pamannya Hamzah dibunuh dan dimakan hatinya. Dan
ketika pamannya Abbas RA, dipotong kupingnya. Ini karena Allah ingin menetapkan
level Iman dan pengorbanan sampai ke tingkat yang Allah mau. Maka ketika level
Iman dan pengorbanan sampai kepada level yang Allah mau, barulah Allah turunkan
pertolongan yang bercurah-curah kepada umat Islam.
Asbab pengorbanan dan Akhlaq Nabi SAW, maka
orang yang mau membunuh Nabi SAW dan memusuhi Islam, orang yang sama menjadi
muslim dan Mati Syahid dalam membela Islam. Seperti Wahsyi budak yang membunuh
Hamzah RA, Ikrimah RA anaknya Abu jahal, dan lain-lain. Asbab fikir dan
pengorbanan yang tinggi untuk hidayah Allah, Allah jadikan musuh kita menjadi
teman setia kita sebagaimana Nabi SAW dengan Umar Al Farouq RA.
Rasullullah tidak pernah membenci orang kafir,
tetapi yang dibenci oleh Nabi SAW adalah kekafirannya. Nabi SAW pernah menangisi
seorang anak Yahudi yang meninggal belum sempat mengucapkan kalimat Iman. Dan
ketika perang Badr, para sahabat berkata bahwa tawanan sebaiknya dibunuh saja
sebagai persembahan mereka kepada Allah. Tetapi Nabi SAW bersabda mahfum hadits
bahwa Allah tidak memerlukan orang mati dalam keadaan kafir. Bahkan Nabi SAW
memerintahkan Sahabat untuk Iqrom kepada tawanan perang dan memberi mereka
Dakwah agar mau masuk Islam. Jika dalam 3 hari mereka masih menolak Islam, Nabi
SAW perintahkan untuk membebaskan mereka.
Para Sahabat karena melakukan usaha atas Iman
selama 13 tahun di mekkah dengan penderitaan dan pengorbanan, maka ketika
perintah sholat, zakat, puasa, dan menghentikan minum khamr turun, mereka kuat
melakasanakannya. Dan ketika hijrah ke madinahpun mereka masih kuat mengamalkan
agama secara sempurna karena Istiqomah mereka dalam usaha atas Iman ini. Mereka
tidak pernah berhenti usaha atas Iman, sampai mereka mati. Bagaimana Sahabat Abu
Ayub Al Anshari melakukan usaha atas Iman dan memilih mati dalam usaha atas
Iman. Abu Ayub Al Anshari dalam pesannya yang terakhir berkata, jika dia
meninggal ketika keluar di jalan Allah, dia minta di kuburkan di tempat yang
mereka tuju agar bisa menjadi saksi di pengadilan Allah. Sekarang orang yang
sudah keluar 40 hari berkata sayakan sudah keluar 40 hari, apalagi yang
diinginkan. Inilah kesalah fahaman kita terhadap usaha atas Iman, beda dengan
sahabat. Kita buat usaha ini sampai mati, tidak hanya 40 hari atau 4 bulan, agar
kita mati dalam keadaan Iman yang istiqomah. Sahabat buat usaha atas Iman sampai
mereka mati, sehingga mereka bisa menjaga Iman mereka walaupun ajal
menjemput.
Karena usaha dan pengorbanan yang terus
menerus dilakukan oleh para sahabat, Madinah yang tadinya kota penuh maksiat dan
kejahillan berubah menjadi kota yang hidup suasana amal agama. Bahkan orang
Munafiqpun jadi turut mengikuti standard kehidupan sahabat pada waktu itu.
Inilah kekuatan usaha Nabi SAW, yang mampu merubah kegelapan yang berlapis-lapis
lenyap dengan cahaya hidayah Rasullullah SAW.
Ketika Haji terakhir, Nabi SAW memerintahkan
umat Islam untuk membawa suasana madinah ini keseluruh pelosok dunia. Sehingga
para sahabat pergi keseluruh pelosok negeri untuk menjalankan dan melanjutkan
usaha nubuwat ini. Sebelum Rasullullah SAW wafat, beliau mewariskan tugas beliau
kepada umat ini, bersama dengan kekuatan yang dibawa oleh usaha ini. Dengan
kekuatan usaha nubuwat ini, para sahabat mempengaruhi perubahan dalam kehidupan
manusia di dunia. Sahabat mampu menguasai 2/3 dunia dibawah kepemimpinan Umar Al
Farouq RA asbab usaha nubuwat. Saat ini dunia boleh berubah ubah, tetapi usaha
nubuwat ini dan kekuatan yang bersama usaha ini akan tetap sama. Allah telah
ubah dunia ini dengan kekuatan dakwah Nabi SAW dan para sahabat. Dan Allah akan
ubah dunia ini lagi kembali seperti di jaman Sahabat mengamalkan agama jika kita
mau buat usaha dakwah.