Allah menciptakan bumi yang nampaknya luas
kalau dibanding langit pertama hanya laksana pasir ditengah ladang pasir.
Bintang-bintang yang jumlahnya ratusan trilyun per galaksi itu semuanya masih di
langit pertama. Sedangkan kita tidak tau berapa banyak galaksi yang
ada.
Allah berfirman :
Walaqod zaiyanna sama addunya
bimasobiha
Artinya :
Saya Allah swt telah menghiasi langit pertama
dengan bintang-bintang.
Padahal ada bintang yang besarnya lebih besar
dari bumi, sehingga bumi terlihat seperti pasir saja. Nanti langit pertama
dibanding kedua laksana pasir ditengah padang pasir. Begitu pula langit kedua
dibanding langit ketiga, langit ketiga dibanding langit keempat, dan keempat
dibanding langit kelima, kelima dibanding langit keenam, dan langit keenam
dibanding langit ketujuh, laksana pasir ditengah padang pasir. Alangkah besarnya
langit ketujuh Alangkah besarnya dzat yang menciptakan langit ke tujuh. Begitu
juga langit ketujuh dibanding Kursi Allah Swt, dan Kursi dibanding Arasy Allah
Swt, perbandingannya seperti pasir ditengah padang pasir. Jadi yang nampak
dimata ini bukannya apa-apa dibanding yang tidak nampak. Yang nampak ini tidak
nampak dibanding yang tidak nampak. Nanti Indonesia ini dalam peta bumi ini
kecil sekali. Jawa timur ini kecil dibanding indonesia. Magetan ini seperti
titik saja dibanding jawa timur. Kita sendirian di magetan tidak akan nampak.
Jadi Manusia itu kecil sekali, namun yang kecil ini yang diberi tanggung jawab
oleh Allah Swt. Allah tidak pandang pada gunung-gunung ataupun lautan-lautan
yang besar-besar, bahkan dunia ini tidak dipandang oleh Allah Swt. Justru yang
dipandang malah manusianya, ini karena manusia ini mempunyai tanggung jawab yang
besar sebagai Khalifah fil Ardhi, Khalifah di muka bumi.
Khalifah fil Ardi ini banyak diperebutkan,
bahkan malaikatpun juga meminta tetapi sama Allah tidak diberikan, tetapi Allah
Swt tidak memberikannya. Bahkan Iblis, Azazil, juga berambisi ingin jadi
khalifah. Mendengar bahwa Allah ingin mengangkat Khalifah fil ardhi, si Iblis
Azazil ini langsung meningkatkan ibadahnya. Si Iblis ini meningkatkan ibadahnya
bukan karena Allah tetapi karena ingin diangkat sebagai khalifah fil ardhi. Maka
ketika Nabi Adam AS diangkat sebagai khalifah, setelah diberi ilmu oleh Allah
Swt, maka si Iblis ini jadi hasut.
“Wa’alama adama khullaha”
Jadi Adam AS diangkat oleh Allah Swt karena
ilmu yang sudah diajarkan oleh Allah Swt. Ilmu inilah yang mengangkat derajat
Adam AS, diberi ilmu terlebih dahulu baru diangkat sebagai khalifah. Melihat
keadaan ini si Iblis ini tidak suka, sehingga dia menghasut. Orang hasut itu
maka dia akan menjadi tidak karuan saja. Sudah tidak jadi khalifah, hasut lagi.
Singkat cerita, ketika adam AS diangkat jadi khalifah, semua diperintahkan Allah
untuk sujud ke Adam. Semua sujud, kecuali iblis yang nolak sujud karena tidak
bisa menerima keputusan bahwa Adam AS yang terpilih sebagai Khalifah fil Ardhi.
Nabi Adam AS diangkat ke surga, namun karena ulah orang hasut, asbab hasutan
iblis, akhirnya Adam AS dikeluarkan dari Surga.
Di Surga ini bagi Adam AS semuanya boleh
dilakukan kecuali memakan buah Khuldi. Ada ulama katakan, Nabi Adam AS setelah
makan buah khuldi ini dia ingin buang air. Sementara di surga tidak ada tempat
untuk buang air, tempat buang air ini hanya ada di dunia. Makanan di surga ini
tidak berserat kecuali buah khuldi, sehingga semua makanan di surga ini tidak
akan menyebabkan seseorang akan buang air. Setelah Adam AS makan buah khuldi
akhirnya dia keluarkan dari surga untuk turun ke bumi. Adam AS ini sebenarnya
diturunkan ke Bumi ini untuk diangkat derajatnya. Walaupun asbabnya harus dengan
berbuat kesalahan dulu, yaitu dengan melanggar larangan memakan buah khuldi.
Nampaknya seperti diturunkan derajatnya yaitu dari surga ke dunia. Maka untuk
dapat menjadi Khalifah Fil Ardhi ini, maka Adam AS harus turun ke bumi, kalau
hanya di surga saja tidak bisa menjadi Khalifah fil Ardhi. Iman yang dikehendaki
Allah Swt adalah Iman bil Ghoib. Adam AS diturunkan ke bumi agar bisa
menyempurnakan Iman Bil Ghoib, kalo disurga terus tidak akan sempurna
Imannya.
Alladzi yu’minuna bil ghoibi : Mereka yang beriman
kepada yang tidak nampak.
Kalau nampak dimata semua orang percaya. Iman
itu tidak nampak tapi percaya. Ada 3 perkara :
- Ada tapi tidak nampak
- Tidak ada dan tidak nampak
- Ada dan Nampak
Nabi Adam AS di surga dulu di layanin serba
ada, mau makan serba ada, mau apa aja serba ada. Seperti seorang yang sowan pada
Raja, silahkan makan, silahkan menikmati pelayanan, tetapi tidak ditemui oleh
Rajanya itu sendiri. Namun setelah Nabi Adam AS turun ke bumi ini :
Sumaajtaba’u robbuhu : Allah Swt memilihnya /
menghargainya.
Tadinya mau ngapain aja dipersilahkan di
surga, tetapi belum terlalu dihargai. Jadi diturunkan ke bumi ini merupakan
suatu kehormatan. Dan Surga dan Neraka ini dibikin harus ada yang menempati.
Kalau Nabi Adam AS disurga terus maka Jahannam ini akan kosong terus. Sementara
Allah ini telah bersumpah bahwa Dia akan memenuhi Neraka itu.
La’am la’an
jahannama : Pasti Saya akan memenuhi Jahannam itu
Maka Nabi Adam AS diturunkan kebumi untuk di
uji, mana dari keturunannya nanti yang akan dikembalikan ke surga lagi, dan mana
yang dikirim ke Neraka. Sifat-sifat Allah ini akan nampak jika ada orang. “Dia
itu sabar ?” “Kenapa ?” “Ya gak apa-apa, sabar aja ?” Lho orang sabar itu harus
diuji, kalau tidak apa-apa ya semua orang bisa sabar. Contoh sifat Allah yang
Maha Pengampun ini akan nampak bila ada orang yang maksiat.
Hadits Nabi SAW :
Kalau kalian tidak dusta/maksiat maka Allah
akan hancurkan kalian. Nanti Allah Swt akan munculkan kaum yang lain, mereka
suka berbuat maksiat, lalu mereka minta ampun, maka Allah akan
ampuni.
Kita ini sudah banyak dosa tinggal minta ampun
saja pada Allah Swt, tidak perlu nyari dosa, karena kita udah banyak
dosa.
Hadits Nabi SAW :
Qullu ibnu adam khottho wakhur khotto in
attawabun : Setiap anak adam ini banyak dosanya.
Kita sholat ini seribu dosa, kalo gak sholat
satu dosa. Kita dakwah ini seribu dosa, tapi kalo gak sholat satu dosa. Kalau
gitu gak mau dakwah dan gak mau sholat, jangan, dakwah aja. Orang sholat
teringat anak, istri, bangunan. Ini dosa semua, tapi kecil-kecil, mudah
diampuni. Kalau gak sholat dosanya cuman satu, yaitu gak sholat itu sendiri,
tapi besar sekali, sulit diampuni. Orang dakwah juga demikian, orang dakwah ini
seribu dosa, teringat anak, teringat istri, masih membawa HP ketika keluar, dan
sering kali belum berangkat sudah dihitung tanggal baliknya. Ini semua dosa,
tapi kecil-kecil dosanya, mudah diampuni, kalo gak dakwah dosanya besar sekali,
susah diampuni. Kalau gak dakwah itu dosa besar sekali ya pak Kyai ? lho kok gak
tau toh. Kalo gak tau malah dosa terus, seperti kita punya keran dari PAM ngocor
terus, padahal hanya untuk wudhu dan masak. Tau-tau rekening akhir PAM keluar 5
juta rupiah, padahal hanya dipakai hanya untuk wudhu dan masak. Trus ditanya,
apakah kerannya gak ditutup ? tidak, yah jadi itu ngalir terus. Walaupun gak tau
tetep bayar. Kita ini gak tau tetep dosa, bukan berarti gak dosa, dosa justru
jalan terus karena kita gak tau dan tidak cari tau. Orang pakai motor gak pakai
helm, dijegat polisi, lalu dia beralasan sungguh mati pak polisi saya gak tau
ada peraturan harus pakai helm. Tau gak tau, baca gak baca, pakai helm ini
wajib, tetep dihitung sebagai pelanggaran kena tilang. Begitu pula kalau kita
ini gak tau tentang syariat, gak tau itu bukan berarti gak dosa, tetep dosa.
Imam Ghazali memberi perumpamaan tentang singa. Orang dikejar singa, awas singa,
saya tidak mau nengok, kalau tidak nengok saya tidak diterkam. Ini salah paham,
ini nengok gak nengok tetep akan diterkam, bukan berati kalau nengok atau tidak
ditengok gak diterkam, pasti diterkam. Sekarang ini yang terjadi kita
diperingatin awas ada singa tapi kita sakit gak bisa lari. Awas singa, tapi gak
bisa lari karena sakit. Sudah tau ada singa tapi gak bisa lari, sudah tau
maksiat ini dosa, diancam neraka, tapi gak bisa lari.
Banyak orang sudah tau bahwa sholat ini wajib,
kalaupun gak tau mudah diberi tahu. Tapi yang udah tau bahwa sholat itu wajib,
tapi gak mampu menjalankan. Hari ini 100% semua orang tau bahwa sholat itu
wajib, namun hanya berapa percent yang menjalankan. Hari ini semua orang tahu
bahwa sholat berjamaah di mesjid itu sunnah Nabi SAW, kapan Nabi Saw pernah
tidak berjamaah, tapi berapa banyak yang mau mengamalkannya. 95% orang tau
fadhilah sholat berjamaah ini 27 derajat tetapi 95% nya juga tidak mengamalkan,
ini karena sakit tadi. Sakit tapi tidak terasa sakit, tangan ini sakit tapi di
cubit tidak terasa, ini namanya stroke, mati separoh, sakit parah namanya. Jadi
bagaimana kita mengobati penyakit agar bisa sembuh. Tapi kalau tidak terasa
sakit, maka tidak akan mau masuk rumah sakit. Kalau sakit tapi tidak terasa
sakit, ini bahaya. Kalau sudah tau sakit sekarang bagaimana mengobatinya. Sakit
seperti apapun selama orang masih hidup maka dia pasti ingin sembuh, kalau dia
terasa sakit pasti dia ingin berobat. Orang yang terkena penyakit dalam ini
lebih berat dibanding orang yang kena penyakit kulit. Contoh : jika orang
terkena parang awalnya berat tapi lukanya tambah lama tambah sembuh. Beda sama
orang yang terkena sakit paru-paru atau jantung atau ginjal ini lebih berat
dibanding orang yang terluka kulitnya karena parang. Ini karena yang sakit dalam
ini awalnya ringan tapi tambah lama tambah berat, tambah lama tambah kronis.
Begitu juga penyakit rohaniah atau agama, awalnya dikit tapi makin lama makin
banyak dan makin parah. Kalau sakit jasmani ini paling paling mati ujungnya,
sakit jantung ujungnya paling-paling mati, sakit paru-paru paling-paling
ujungnya mati. Sedangkan penyakit rohaniah atau iman ini ujung-ujungnya
paling-paling masuk neraka, lho kok masuk neraka paling-paling. Ini keliru
namanya justru masuk Neraka ini yang harus paling dipikirkan dan dihindari,
karena ini sakit yang menyebabkan penderitaan yang selama-lamanya.
Kalau ingin mengobati berarti kita harus mau
masuk rumah sakit untuk di rawat, sedangkan penyakit Rohani ini pengobatannya di
mesjidnya Allah swt. Masalahnya rumah sakit ini bukan hanya gedung saja atau
mesjid bangunannya saja, didalamnya tidak seperti mesjid atau rumah sakit.
Mesjid dan rumah sakit yang kita cari adalah yang di dalamnya fungsi dan
keadaannya benar-benar mirip rumah sakit atau mesjid. Namanya rumah sakit tapi
didalamnya tidak ada dokter, tidak ada perawat, tidak ada alat kedokteran, tidak
ada obat, tidak ada ruang perawatan, ini bukan rumah sakit namanya. Hari ini ada
mesjid, bangunan ada namanya tertulis dalam bahasa arab bahkan, tapi didalamnya
seperti tempat wisata bahkan menjadi pasar tempat orang jual beli bukan ibadah,
ini bukan mesjid namanya. Ada gedung seperti mesjid, di daerah solohtigo menuju
magelang, ternyata setelah didekati rupanya sekolah tinggi theology kristen.
Kalau di barat sana banyak gedung seperti gereja, ternyata mesjid, ini karena
memang dulunya gereja dijual lalu dijadikan mesjid, hanya salibnya saja yang
diturunkan. Dengan Khuruj Fissabillillah didalamnya ada peralatannya yaitu
:
- Peralatannya adalah Ushul2 Dakwah
- Enam Sifat adalah Obatnya
- Dokternya adalah Nabi Saw.
Sakit Rohaniah apa saja asal dia mau masuk
dalam dakwah pasti bisa disembuhkan asal ikut tertib. Ini karena kerja dakwah
ini adalah dosis tinggi, kalau dengan kerja dakwah tidak bisa sembuh, tidak
mungkin sembuh dengan usaha-usaha lainnya. Kalau dengan dosis tinggi saja tidak
bisa disembuhkan, maka sulit disembuhkan dengan obat yang lain. Semua yang
merasa sakit insya allah kita berangkat semua.
Sakit kita itu parah tidak cukup dengan 3
hari, 40 hari aja tidak cukup, makanya perlu di ulang-ulang 4 bulan lagi
berulang-ulang. Faedah Dakwah ini banyak sekali, Allah memanjakannya
:
“Intansurullah yan surkum wayusabbit
aqdamakum”
artinya : Barangsiapa menolong agama Allah
pasti Allah akan menolong dia.
Janji Allah ini pasti lebih pasti daripada
matahari terbit dari ufuk timur, tiap hari terbit dari ufuk timur, tapi suatu
saat muncul di ufuk barat menjelang kiamat. Janji Allah tidak pernah meleset,
suatu saat Allah bohong ini tidak mungkin dan tidak pernah. Bahkan kata masyeikh
jika kita sudah menolong agama Allah kita masih ragu-ragu, ini kita berdosa.
Hanya saja bentuk pertolongan Allah ta’ala ini kita tidak tau, tapi pasti ada pertolongan Allah, tidak
boleh kita ragu2, ini adalah janji dari Allah swt.
“Ya Ayyuhalladzi na amanu aminu”
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman,
berimanlah kalian”
Orang sudah beriman disuruh beriman lagi, ini
maksudnya gimana ? Wahai orang yang duduk, duduklah kalian, ini gimana ? kok
orang sudah duduk disuruh duduk. Secara hukum ini gak boleh. Tapi ini kata-kata
Allah : “Wahai orang-orang beriman, berimanlah kalian” jelas ini ada rahasianya
disana. Ini maksudnya orang-orang yang beriman diminta untuk meningkatkan iman.
Jadi kewajiban kita ini untuk meningkatkan iman.
“Aminu kamma amannan naas” : Berimanlah
kalian seperti imannya mereka para sahabat (maksud daripada “naas”)
Tapi orang munafik berkata,
“Anu’minu kama amana sufaha ?” artinya : “Apakah kami harus beriman
seperti mereka yang bodoh-bodoh ini ?”
orang munafik menganggap para sahabat ini
orang-orang bodoh. Maka Allah membantah :
“Ala innahum humus sufaha” artinya : “ingatlah
mereka itulah yang bodoh”
Ini karena kebodohannya yang menganggap orang
pinter itu bodoh. Jadi iman yang dikehendaki Allah Swt ini adalah imannya
seperti imannya sahabat. Iman para sahabat sudah diterangkan banyak sekali di
kitab Hayatus Sahabat, yang isinya adalah kargozari, laporan kisah kehidupan
sahabat. Bahkan dalam Al Quran banyak sekali kargozari mengenai masalah-masalah
dakwah. Namun kisah-kisah ini bukan dongeng untuk membuat orang ngantuk agar
cepat tidur, bukan, tapi untuk dijadikan acuan sebagai tertib dakwah. Bagaimana
Dakwahnya Nabi Nuh ketika itu dikisahkan dalam Al Quran :
“Robbi inni dakwatul qoumi lailam wannaharo”
artinya : “ Ya Allah saya mendakwahi kaumku siang dan malam” ini maksudnya bahwa
yang namanya dakwah itu harus dilakukan selaama 24 jam, siang dan malam. Tidak
boleh siang saja malam tidur, atau malam saja siang tidak.
“Wala ya dzidtum du’ai illa fir roro” artinya : “Ya Allah
mereka saya dakwahi tapi malah lari” malah melakukan ini dan itu. Ini wajar
orang kita dakwahi malah kabur, ini hal biasa, karena sudah Allah kabari di
dalam Al Quran. Nabi Jusuf dalam penjara tetap melakukan dakwah kepada
teman-temannya padahal di penjaran inikan sumpek, sempit, banyak problem, dan
ruwet, kawannya cuman 2 orang tetapi Nabi Jusuf tetap berdakwah. Hayatus Sahabat
itu kitab tertib dakwah. Seseorang datang kepada Maulana Yusuf Al Khandalawi
agar mau membuat buku khusus tentang tertib dakwah. Maulana Yusuf rah.a katakan
bahwa sudah dia buat buku tersebut yaitu kitab Hayatus Sahabah. Jadi Hayatus
Sahabah ini semua tertib dakwah sudah ada didalam kitab tersebut.
Nanti setelah dakwah dan mujahaddah baru
nusroh ghoibiyah turun. Nabi Musa AS diterangkan didalam Al Quran bahwa Nabi
Musa AS nyantri ditempat Nabi Syuaib AS untuk belajar agama selama 10 tahun.
Namun kisah nyantrinya Nabi Musa AS tidak diceritakan dalam Al Quran. Beda
ketika Nabi Musa AS mulai berdakwah semuanya langsung diceritakan oleh Allah
dalam Al Quran. Baru pulang dengan istrinya dari Madyan untuk menengok ibunya
yang sakit, tau-tau ditengah jalan melihat api, yang bukan sembarang api. Asbab
Api yang dilihat oleh Musa AS, Allah Swt memberikan wahyu :
“innani annaloha la illaha illa anna” artinya
: “Aku ini Allah tidak ada tuhan selain Aku”.
Allah Swt mengajarkan kepada Musa AS tidak ada
yang bisa memberi manfaat dan mudharat selain Aku, Allah Swt. Perkara ini
ditalkinkan oleh Allah Swt kepada Musa AS. Setelah itu Musa AS ditanya oleh
Allah Swt : Apa yang ada ditangan kamu wahai Musa ? Musa AS menjawab : ini
adalah tongkat saya yang saya gunakan untuk ini dan itu. Saya masih mempunyai
hajat yang banyak pada tongkat ini. Musa AS menjelaskan manfaat dari tongkat
tersebut padahal Allah Swt baru saja mentalkinkan tentang siapa yang memberi
manfaat dan mudharat terhadap sesuatu. Asbab ini Allah perintahkan Musa AS
melempar tongkatnya tersebut sehingga berubah menjadi ular yang besar, sehingga
Musa AS lari tunggang langgang melihat kejadian ini. Baru saja Musa AS
menjelaskan manfaat dari tongkatnya, kini sama Allah dirubah menjadi ular yang
bisa memyebabkan Mudharat yang besar bagi Musa AS. Lupa dengan pelajaran yang
Allah kasih akibatnya menjadi mudharat bagi Musa AS. Nabi Musa AS tidak tau
kehendak Allah sehingga menyebabkan tongkat yang tadinya bisa memberi manfaat
menjadi mendatangkan mudharat yang besar, hingga lari. Nabi Musa AS belajar 10
tahun dengan Nabi Syuaib AS tapi belum praktek, jadi ketika tongkat jadi ular,
Musa AS lari tunggang langgang. Maka Allah Swt memerintahkan Nabi Musa untuk
menangkap lagi tongkat yang menjadi ular tersebut. Nabi Musa AS berusaha
menangkap ular tersebut yang besar dan lincah, padahal kalo besar tidak lincah
tapi ini Allah jadikan lincah, dengan penuh rasa takut. Ketika perintah tangkap
ular itu turun dari Allah Swt dikatakan Nabi musa mengamalkannya dengan penuh
rasa takut kepada ular, tetapi lebih takut lagi kalo tidak mengamalkan perintah
Allah Swt. Maka Nabi Musa AS manangkap ular dengan sepenuh daya pikiran dan
kekuatan sehingga ular tersebut itu menjadi tongkat lagi. Namun tongkat yang
sudah tertangkap khasiatnya sudah beda. Sebelum tertangkap tongkat hanya
digunakan untuk panduan jalan, mengambil buah, sama menggiring kambing, fungsi
keduniaan saja. Setelah mendapat tarbiyah dari Allah Swt, tongkat tersebut
mendatangkan manfaat yang berbeda yaitu menjadi asbab hidayah. Asbab tongkat
yang sudah di tarbiyah Allah Swt tadi menyebabkan para ahli firaun masuk islam,
4000 penyihir firaun masuk islam, bani israil masuk islam. Kata Ulama, dunia
orang mukmin ini seperti tongkat Nabi Musa AS.
“Wamatilka fiya min nikhaya mukmin” : “Apa
yang berada ditangan kananmu wahai mukmin ?”
“Ya dunia ya ufuk alanafsi wal ahli walmaali
walya fiya ala ma’rifun”
Ini adalah dunia saya saya infakkan : diriku,
ahliku, hamba sahayaku, yang saya mempunyai hajat. “Alkiha” tinggalkan dunia 4
bulan saja.
Ketika ditinggalkan semua pada protest
seakan-akan mudharat akibatnya, istri ngambek, anak nangis, tetangga gunjing,
gak karu-karuan semuanya. Padahal kita minta tinggalkan tidak selamanya. Nanti
setelah pulang kita pegang lagi dunia yang kita tinggalkan. Maka setelah pulang,
dipegang lagi dunianya, tapi dunianya sudah beda fungsinya. Dulu sebelum
berangkat 4 bulan dunianya digunakan untuk menambah kebendaan : memperbaiki
rumah, membangun gedung, memperbanyak harta, membeli baju dan lain-lain. Namun
setelah 4 bulan dunianya sudah berubah fungsinya yaitu justru digunakan untuk
mengambil takaza-takaza, dikirim ke eropa, amerika, afrika, china, australia,
dunianya kini menjadi asbab hidayah. Dunia yang pertama hanya untuk kebendaan,
tapi dunia yang kedua setelah ditarbiyah jadi untuk asbab hidayah seperti
tongkat Musa AS. Dunia yang masih dalam kantong ini harta benda yang disebut
dunia, tetapi ketika sudah digunakan, disedekahkan, untuk agama ini menjadi
amal. Dunia ini kalo sudah menjadi asbab hidayah ini bukan dunia lagi namanya,
tetapi sedekah atau amal, yang tertinggal dalam kantong itu baru dunia. Selama
masih dirumah itu namanya dunia, tetapi ketika sudah dipakai untuk Khuruj
Fissabillillah menjadi hidayah itu amal namanya.
Dulu para sahabat yang fakir-fakir ini ngiri
pada sahabat-sahabat yang kaya : “Ya Rasullullah SAW, orang-orang kaya itu
pahalanya banyak.” Jadi yang diirikan oleh sahabat itu amal pahalanya bukan
kebendaannya. Mereka sholat, kita juga sholat, mereka puasa kita juga puasa,
tetapi mereka bisa beramal dengan harta mereka, mereka bisa sedekah, mereka bisa
haji, sementara kita tidak bisa. Ini yang diirikan para sahabat yang fakir
terhadap sahabat yang kaya yaitu kemampuan mereka dalam beramal. Lalu Nabi Saw
menawarkan, “Maukah kalian aku beri amalan yang dapat melebihi amal-amal mereka
?” mereka menjawab, “Mau ya Rasullullah.” Jawab mereka semangat. Nabi Saw
menjawab, “Baca Subhanallah 33 kalo, Alhamdullillah 33 kali, Allahu Akbar 33
kali setelah sholat.” Lalu pulanglah mereka dan mengamalkannya. Setelah beberapa
lama kemudia yang kaya dengar ada amalan seperti itu sehingga si sahabat yang
kayapun ikut mengamalkan. Lalu para sahabat yang miskin tadi mengadu kepada Nabi
SAW bahwa sahabat yang kaya sudah tahu amalan tersebut dan ikut mengamalkannya,
sekarang kita tertinggal lagi oleh mereka. Maka Nabi SAW katakan, “Itu adalah
anugerah dari Allah yang diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki.”
Ulama katakan maksudnya kalo diadu yang satu
dengan amalan dan yang satu dengan maal, harta, maka yang menang adalah yang
dengan amalan. Tetapi jika yang satu dengan amalan dan yang satu dengan maal
plus amalan maka ini yang lebih baik adalah yang kedua yaitu dengan maal dan
amalan. Satu lawan Dua yanh menang yang Dua. Kalo orag fakir mengandalkan amalan
sedagkan orang kaya mengandalkan hartanya atau maal saja maka yang menang adalah
yang fakir dengan amalan. Tetapi kalo si kaya mengandalkan maal dan amalan, maka
di bandingkan dengan si fakir, akan lebih menang yang dua yaitu si kaya yang
menggunakan maal dan amalan. Jadi hadits ini untuk orang kaya. Hadits itu ada
dua ada untuk orang kaya, tetapi ada juga hadits untuk orang miskin. Ada hadist
untuk laki-laki, tetapi ada juga hadits untuk perempuan. Ada Hadits untuk
pemerintah tetapi ada hadits untuk rakyat umumnya. Masalahnya hadits orang kaya
dipakai sama orang fakir, ini keliru namanya, tidak sesuai. Ini kejadian orang
kaya mencari dan memakai haditsnya orang miskin. Orang miskin mecari dan memakai
haditsnya orang kaya. Akhirnya ketika ketemu : Si Kaya bilang orang miskin gak
boleh minta-minta nanti jadi begini dan begitu, Si Miskin ngeluarin dalil lagi
orang kaya harus bersedekah memberi kepada si miskin kalo tidak nanti akan
menjadi begini dan begitu, akhirnya gak karu-karuan hasilnya. Bukannya
menggunakan haditsnya sendiri untuk diri sendiri tetapi malah mengunakan hadits
orang lain untuk menekan yang lain, ini kacau namanya. Maka kita laki-laki ini
tidak boleh menggunakan Hadits untuk perempuan, ini salah penggunaan namanya.
Hadist tentang laki-laki dibaca oleh laki-laki itu sendiri untuk mentarghib
laki-laki itu sendiri agar diamalkan bukan untuk menekan perempuan, begitu pula
sebaliknya, ini yang benar. Rasullullah Saw itu tauladan untuk seluruh umat :
ada tauladan sebagai suami, sebagai ayah, sebagai tetangga, sebagai panglima.
Sebagai Rakyat ada petunjuknya dari Nabi Saw untuk diamalkan, untuk istri juga
ada petunjuknya untuk diamalkan, sebagai suami seperti itu juga, dan yang
lain-lain.
“Walakum fi Rasullullillah uswatun hasanah” :
“Dalam diri Rasullullah SAW ada tauladan yang bagus.”
ini contoh-contoh tauladan diberikan untuk
ummat, tinggal ikut saja. Sampai dikatakan semua manusia ini buta yang melek
hanya Nabi SAW. Kalau kita ikut terus sama Rasullullah Saw maka insya allah
ketika Rasullullah Saw masuk surga kita juga akan ikut. Kalau Rasullullah Saw
masuk neraka apakah kita akan ikut ? oh itu tidak mungkin rasullullah Saw masuk
neraka. Jadi kalau sama-sama orang buta, berdua jalan, tuntun tuntunan bisa
celaka dua-duanya, bisa-bisa kecebur jurang. Ajaibnya hari ini ada orang buta
mengkritik orang melek atau orang yang melihat. Aneh tapi nyata, orang buta
mengkritik orang melek. Si buta dituntun sama yang melihat, lalu si buta bilang,
“Pak feeling saya bapak ini keliru.” Ini lucunya namanya kita yang buta
mengkritik Nabi SAW satu-satunya yang mampu melihat. Ini namanya orang buta
mengkritik orang melek. Wahyu dari Allah Swt ini “Sami’na wa atho’na” kami dengar kami taat. Ini ada
ajaran islam liberal, padahal tidak ada yang namanya islam liberal, yang ada
Iblis itu sendiri yang liberal. Jadi JIL ini bukan jaringan islam liberal, tapi
jaringan iblis liberal. Mereka ini pola fikirnya bukan sami’na wa atho’na tapi “sami’na watafarna”, kami dengar kami
pikir-pikir dahulu, kami seminarkan dulu, kami logikan dulu. Ini memang benar
tapi ini ada salahnya. Ini aneh, wong ayat quran itu “Qollallahu ta’ala…” kata-kata Allah Swt itu
dipikir-pikir dahulu ini hanya kerjaan jaringannya iblis laknatullah alaih.
Hanya orang goblok dan bodoh menyalahkan firman Allah Swt dan sunnah Nabi SAW.
Mereka berpikir Nabi SAW keliru, bahkan Allah Swt bisa salah, ini goblok atau
tolol namanya, sama aja itu goblok atau tolol.
Ayat “Sami’na wa Atho’na” turun diwaktu sahabat tidak mampu
untuk mengamalkan. “Wa intubdu ma fi anfusikum autukhfu yuhasibkum bihillah” :
“Kalau kalian menampakkan apa yang berada didalam hati kalian (yang kalian
sembunyikan) maka akan di hisab oleh Allah Swt.” Diperlihatkan ataupun disimpan
akan dihisab oleh Allah Swt. Umpamanya ada suatu alat perekam yang canggih bisa
merekam suara dalam hati, kira-kira dengan rekaman itu kita bisa malu atau
tidak, jika di dengarkan rahasia-rahasia hati kita. Jika kita pernah terbesit
dihati ingin mencuri, berzina, atau perbuatan maksiat lainnya kira-kira malu
tidak jika di dengarkan ke orang. Namanya orang gila ini adalah orang yang tidak
bisa ngerem lisannya dari bisikan hati yang langsung terungkap melalui mulut.
Jadi kalau kita tidak bisa ngerem lisannya dari isi hatinya berarti kita gila
semua. Inilah yang dikeluhkan sahabat, mereka merasa tidak mampu jika sampai
yang didalam hatipun akan dihisab. “Kemarin itu ketika di taklifkan itu yang
saya mampu untuk dishisab, tetapi yang dalam hati ini juga mau dihisab, ini saya
tidak mampu ya Rasullullah” kata sahabat. Kok yang dalam hatipun akan di hisab,
sahabat tidak mampu. Maka Rasullullah Saw menekan, “Apakah kamu akan
Sami’na wa assoyna, saya
dengar saya akan maksiat, katakanlah kamu akan sami’na wa atthona, kami dengar kami taat.”
Maka sahabat setiap bisikan hati ini gak karu-karuan, mereka menyebut,
“Sami’na wa
attho’na gufronaka”, “Kami
dengar kami taat ampunilah saya”. Sehingga lisan ini sudah terlatih dengan “kami
dengar kami taat maka ampuni kami ya Allah”. Sehingga turunlah ayat :
“Sami’na watho’na
gufronnaka robbana wa ilaikal mashir.”
Ini ketika sahabat baru menerima saja, tidak
mampupun masih sami’na
watho’na, kok sekarang malah
ada sami’na watafakarna.
Sama-sama mahluk seorang jendral bicara ke prajuritnya memberi perintah, semua
prajurit pasti akan sami’na
watho’na, mereka bilang,
“Siap…”, tidak ada prajurit yang bilang, “Insya Allah”. Ini karena mereka
dilatih untuk siap, jendral ini tidak membayar prajurit, padahal jendral dan
prajurit sama-sama dibayar oleh negara. Gak ada pernyataan jendral yang sudah
memerintahkan prajurit, lalu si prajurit bilang, “nanti kalau saya mati gimana
?” atau “nanti saya musyawarahkan dulu sama istri” atau “nanti kalau saya
tertembak gimana ?” ini resiko jadi tentara, kalau takut mati atau tertembak
tidak usah jadi tentara. Tentara kok kayak gitu gak karu-karuan. Kita ini
tentaranya Allah, ditaskil harus sami’na wa atho’na.
Kita ini jadi gak karu-karuan ini akibat kita belajar dari orang kafir dan
yahudi. Hampir seluruh ulama katakan :
“Innal hadza ilmadinun fandhuru amman takhuzu
dinakum” : Ilmu ini adalah agama lihatlah darimana kalian mengambil ilmu
ini.
Ini sama-sama muslim hanya saja yang satu ini
dhoif ilmunya, jadi gak usah diambil. Imam Malik Rah.A katakan bahwa dalam
mesjid ini, mesjid nabawi, jika ada 70 orang yang jika dia berdoa akan lansung
turun hujan, tapi saya tidak akan mengambil ilmu agama ini melainkan dari
ahlinya. Untuk Doa mereka ahlinya, tapi untuk ilmu saya akan ambil dari ahlinya.
Sedangkan orang-orang sekarang ini mengambil ilmu bukan dari ahlinya tetapi dari
orang-orang kafir dan yahudi, sehingga guru-gurunya ke Neraka mereka ikut. Ilmu
agama kok belajar dari van hauten, robert armstrong, gak karu-karuan hasilnya.
Kenapa mereka ini belajar kok dari yahudi padahal masih banyak ulama-ulama yang
ahlullah. Katakanlah ada air yang jernih dan bersih di alirkan lewat peralon
dari Nabi SAW, terus mengalir singgah di ulama-ulama terus mengalir, masih
bersih, lalu jatuh di comberan, yaitu yahudi dan nasrani, kira-kira mau gak
minum dari comberan. Bagi Allah ini orang kafir ini seperti :
Ulaika kal an’am balhum adhol : Orang kafir seperti
hewan ternak
Coba kamu kerbau bagaimana pendapat kalian ?
ini aneh kerbau kok ditanyai pendapatnya. Maka kita pegang ilmu ini dari
sanadnya dari pesantren-pesantren dari ulama-ulama yang Haqqoni dan yang
Rabbani, ini suatu nikmat yang besar. Imam syafei bersyair :
Kehidupan seorang pemuda, wallahi, dengan ilmu
dan taqwa.
Saya menafsirkan dengan ilmu itu dengan
pesantren, dan taqwa itu dengan khuruj fissabillillah. Apalagi yang di
pesantren, harus lebih lagi digalakkan keluar di jalan Allah. Ini sudah tidak
dipesantren, tapi juga tidak khuruj fissabillillah, maka ini kata imam syafei
yang tidak berilmu dan tidak bertaqwa : La’tibaro lizatihi yaitu seperti bangkai
berjalan, Tidak punya arti apa-apa. Ilmu diambil sama-sama orang islam,
sami’na wa athona, apa kata
Allah pasti benar, apa kata rasullullah ini haditsnya shahih maka kita harus
mengikuti. Imam syafei pernah ditanya oleh seseorang apakah kamu mengikuti semua
hadits hadits nabi SAW sebagai pedoman agamamu. Imam syafei ditanya begini
terkejut, dan balik bertanya, “Apakah kamu melihat saya sebagai orang gereja ?
atau melihat dari saya ada tanda-tanda nasrani atau yahudi, ada hadits
Rasullulah Saw yang tidak diambil ?” Jadi orang-orang yang tidak mengambil
hadist nabi saw hanya orang-orang yahudi dan nasrani.
Maulana Mustaqim katakan :
- Sahabat ini ciri-cirinya à Sami’na wa atho’na ( kami dengar kami taat )
- Yahudi ini ciri-cirinya à Sami’na wa assoyna ( kami dengar kami ingkari )
- Kaum logika ini ciri-cirinya à Sami’na wa tafakkarna/watajaddalna (kami dengar kami pikir dulu)
- Kita umumnya ciri-cirinya à Sami’na wa nashina (kami dengar tapi lupa lagi 2x)
Mau taat tapi lupa, maka perlu sering-sering
di ingatkan dengan khuruj fissabillillah. Manusia ini memang fitrahnya pelupa,
maunya sih sami’na wa
attho’na, tapi baru sampe di
sami’na wa nashina, gak papa
yang penting tidak menentang.
Didalam dakwah ini Allah Swt memanjakan banyak
sekali. Semua ahli langit dan ahli bumi mendoakan memohonkan ampun bagi kita
yang sedang berjuang dijalan Allah mengajarkan kebaikan dengan berdakwah.
Semuaanya dari nyamuk, belalang, burung, mendoakan ampunan untuk kita. Nyamuk
mau nyokot kita tapi malah kita geplak, gak papa, padahal dia lagi mau
memohonkan ampun untuk kita. Kata Ulama ini ada rahasianya kenapa semua mahluk
di bumi ini mendoakan orang yang sedang berdakwah. Ini karena kelestarian dunia
ini karena ada agama, bukan karena ada ekologinya, atau karena ada ekosistemnya,
atau karena ada hutannya, bukan itu semua. Ini karena di dunia ini masih ada
orang yang mengucapkan “La illaha illallah”. Walaupun Hutan rindang , lebat, dan
banyak, ekologinya bagus, ekosistemnya jalan, tapi tidak ada yang mengcupakan
“La illaha illallah” maka Allah akan gulung alam ini di kiamatkan. Sementara
kelestarian “La illaha illallah” karena ada orang yang dakwah. Jadi semua
hewan-hewan dan mahluk-mahluk di dunia dan di langit ini berhutang jasa kepada
orang beriman atau manusia yang masih mengucapkan “La illaha illallah”. Para
Ahli langit dan ahli bumi yang jumlahnya trilyunan banyaknya hanya Allah yang
tau, memahami perkara jasa orang dakwah ini sehingga Allah masih jaga alam ini
asbab adanya orang yang mengucapkan La illaha illallah. Asbab ini mereka doakan
maghfiroh untuk kita walaupun kita sedang tertidur sekalipun. Tapi hanya yang
ikut dakwah, kalau tidak dakwah ya tidak di doakan, gimana tidak mau ikut dakwah
tapi minta di doakan.
Di dalam dakwah ini kita tinggal ikut saja
Rasullullah, tidak perlu ngarang sendiri. Nanti kalau Rasullullah Saw masuk
surga kita tinggal ikut aja. Maualana Abdul Baqi dari pakistan mengatakan, kalau
kita sujud syukur dari sekarang hingga kita meninggal dunia karena dipilih Allah
karena ikut usaha dakwah ini, maka itu nilainya kecil. Mengapa kecil ? karena
hasilnya gak sebanding, dipilih ikut, tapi nanti di gabungkan sama sahabat masuk
surga. Ini tidak sebanding dengan usaha yang kita lakukan dibanding dengan
anugerah yang Allah kasih asbab dakwah ini. Rasullullah Saw bersabda
:
“Antama aman ahbabta” : “Kalian akan bersama
yang kalian cintai”
Ketika kita keluar kita belajar 6 sifat
sahabat, perjuangan sahabat, cara berpikirnya sahabat, bicarakan sahabat. Diluar
dakwah ini semua ngaku cinta sahabat, tapi tidak ada yang tahu siapa itu Saad
bin Abi Waqqash, Khalid bin Walid, Thalhah, Hudzaifah. Justru yang mereka tahu
itu malah seperti superman, batman, michael jackson, mak lampir, apa faedahnya
tahu semua itu, ngakunya cinta sahabat. Pengetahuan itu untuk apa.
“Layadh duru jahlu walayanfa’u ilmu”
Siapa presiden Venezuella ? tahu atau gak tahu
tidak ada manfaat dan mudharatnya. Banyak orang yang tahu tidak ada manfaat dan
mudharatnya, tapi pingin tahu aja, ini untuk apa ? Beda dengan dengan sunnah
Nabi Saw, kalau tahu manfaatnya banyak kalau tidak tahu mudharatnya banyak.
Bagaimana mengetahui Sunnah Rasul dan Fadhilah Dakwah. Jadi kalau di dunia ini
sudah tidak ada lagi yang mengucapkan “La illaha illallah”, maka Allah akan
liquidasi dunia ini. Inilah sebabnya semua mahluk di dunia ini mendoakan kita,
walaupun kita membunuh mereka, mebunuh nyamuk, membunuh ayam, membunuh serangga,
tidak apa-apa mereka tetap mendoakan kita. Subhanallah, inilah kita manusia
sebagai Khalifah fil Ardhi. Sebetulnya jin-jin itu takut pada manusia, ini
karena khalifah fil ardhi ini manusia. Namun keadaannya kebalik karena
kebanyakan manusia takutnya sama jin jadi gak karu-karuan.
Asbab Dakwah ini maka Allah akan kumpulkan
kita bersama Rasullullah Saw dan para Sahabat RA. Masalahnya apa kita tidak malu
nanti ketemu sahabat ? mereka berjuang ada yang sampai dipotong kepalanya, di
tusuk dari kemaluannya, ditarik kuda hingga putus anggota badannya, hartanya
habis untuk di jalan Allah. Namun ketika kita ditanya saya Alhamdullillah sudah
3 hari, saya sudah 40 hari, saya sudah 4 bulan, ini apa kalau dibandingkan
sahabat. Nanti ada yang bilang kita ini sibuk jadi tidak ada waktu karena
mencari rizki. Maulana Ilyas Rah.A katakan :
“Gunakan hartamu untuk agama atau nanti
hartamu akan habis tapi bukan untuk agama”
“Gunakan waktumu untuk agama atau waktumu akan
habis tapi bukan untuk agama”
“Matilah kalian untuk agama atau nanti kalian
juga akan mati tapi bukan untuk agama”
“Sibukkan diri kalian dalam agama atau kalian
juga akan tetap sibuk tapi bukan dalam agama”
Kata Maulana Abdul Qadir hanya ada 4 orang
yang tidak sibuk :
- Orang yang sudah meninggal dunia
- Orang yang sedang di penjara
- Orang yang sedang dirawat di rumah sakit
- Orang gila
Kita ikut dalam usaha ini merupakan suatu
kemuliaan yang besar dari Allah Swt. Orang-orang seperti kita ini dengan segala
kelemahan kita tapi dipilih oleh Allah melanjutkan usaha para Nabi SAW, ini
merupakan suatu kemuliaan. Dahulu orang yang membawa usaha ini Allah pilih
orang-orangnya ada qualifikasi iman, akhlaq, kesiapan berkorbannya. Kini kita
yang lemah-lemah, Allah pilih kita, patut kita syukuri, caranya bagaimana ?
yaitu dengan istiqomah dalam kerja dakwah, istiqomah sampai mati. Orang sudah
terpilih sebagai menteri malah lebih memilih kerja sebagai penggosok WC, ini
bagaimana ? Orang jadi kepala desa dapat gaji dan fasilitas karena dia harus
memikirkan desanya. Nanti kalau jadi bupati lebih gede lagi gajinya dan
fasilitasnya lebih banyak lagi karena lebih berat kerjanya dibanding kepala
desa, dia harus memikirkan satu kabupaten yang terdiri dari banyak desa. Begitu
juga kalau jadi Gubernur harus memikirkan satu propinsi tapi gajinya tambah
besar dan fasilitasnya tambah banyak lagi. Begitu juga kalau jadi presiden
rumahnya saja dapet istana, kendaraannya helikopter, gajinya lebih besar lagi
dan fasilitasnya terbaik diberikan, ini karena presiden memikirkan satu negara.
Namun serendah-rendahnya Da’i ini lebih tinggi dari presiden. Ini karena presiden hanya
memikirkan satu negara, da’i
ini memikirkan seluruh alam. Presiden hanya untuk 5 tahun, kalo da’i ini sampai hari kiamat. Presiden itu
memikirkan hanya ada yang ada diatas bumi itu juga bagian-bagian, kalau dai
memikkirkan yang ada dibawah bumi, diatas bumi, di langit bahkan sampai akherat.
Ini luar biasa kemuliaannya yang Allah kasih, tapi kok kita milihnya jadi
penggosok WC, ini bagaimana ? Meninggalkan dakwah untuk mencari dunia, Masya
Allah.
Beras ini penting tapi usaha atas beras lebih
penting lagi. Ada beras 10 gudang, tapi kalau dimakan terus menerus dan tidak
diusahakan lagi maka suatu saat pasti habis. Agama ini penting tapi usaha atas
agama lebih penting lagi. Kalau hanya mengandalkan amal agama nanti kalau semua
yang beramal mati tidak ada yang meneruskan, maka suatu saat nanti amal-amal
agama ini akan hilang. Bahkan kata ulama, dunia ini seperti badan, agama ini
seperti ruh. Kalau badan tidak ada ruhnya, ya tidak bisa bergerak bahkan
membusuk dan rusak. Jadi dunia tanpa agama, yang ada kerusakan, manusianya
berbuat onar, membuat kedzoliman dimana-mana, merusak dan bermaksiat. Jadi kalau
Agama ini di ibaratkan badan, maka Usaha Agama ini seperti nyawa dalam badan.
Kita ini mau berusaha menjadi ruhaniah dalam agama. Usaha agama seperti badan,
maka pengorbanan ini seperti ruhnya. Jadi usaha dakwah ini harus dengan
pengorbanan : korban harta, korban diri, korban waktu, korban perasaan, korban
perdagangan, korban keluarga, korban pekerjaan. Jika pengorbanan seperti badan,
maka musyawarah ini seperti ruhnya. Jika musyawarah ini seperti badan, maka
ketaatan ini seperti ruhnya.
Jadi sangat penting sekali masalah ikut dalam
kerja dakwah ini. Dulu yang ikut dalam kerja dakwah ini adalah para nabi AS,
para sahabat RA, para ulama tabi’in wat tabi’in,
para wali Allah, tapi sekarang malah kita-kita ini yang dhoif dan banyak
kekuarangan yang terpilih. Ini karena akhir jaman ini menjadi jamannya obralan.
Kebaikan-kebaikan di obral begitu juga keburukan-keburukan diobral, banyak
sekali. Pakaian dulu banyak compang camping, bahkan pakaian baru diluar hari
raya ini dianggep aneh dan gak wajar, jadi di olok-olok. Makan ayam itu hanya
waktu hari raya dan mauludan, jadi ada orang kenduri gak diundang bisa marah.
Beda hari ini gak diundang biasa saja karena semuanya sudah diobral jadi biasa
saja. Dulu cari kitab Jami’ush saghir dan ihya ulumuddin susah sekali, kalaupun ada cepat
sekali habisnya. Dulu pernah terjadi satu kitab ihya ulumuddin ini setara dengan
dua kerbau. Kalau sekarang 2 kerbau dapat satu toko kitab. Jadi dulu ilmu itu
mahal sekali, pakaian itu mahal sekali, tapi kini semuanya sudah di obral
sehingga ilmu kini murah, pakaian mudah. Kebaikan-kebaikan di obral,
keburukan-keburukan juga di obral. Intan berlian diobral, tapi ular dan
kalajengking juga di obral. Dengan jumlah uang yang sama bisa beli kitab atau
beli berlian tapi kok yang dibeli malah ular dan kala jengking. Ini kok ular dan
kalajengking murah sekali ? nanti malah dipatuk, goblok namanya. Begitu juga
hari ini kemaksiatan-kemaksiatan di obral, tapi kebaikan-kebaikan juga di obral.
Dakwah yang demikian tinggi nilainya kini di obral, setiap orang bahkan di ajak
terus. Kalau ada orang di ajak gak mau ini kenapa gak mau ? padahal ini sudah di
obral. Waktu ini adalah seperti uang, maka kita habiskan jangan untuk beli
kalajengking atau maksiat yang bisa menghancurkan kita, tapi kita habiskan untuk
membeli apa yang bisa kita gunakan di akherat kita nanti.
Banyak sekali fadhilah dakwah ini, kita tidak
akan sanggup menghitungnya, apalagi waktu puasa ramadhan pahalanya
berlipat-lipat kali. Kalau diluar ramadhan ini pahalanya 700.000 untuk yang
khuruj fissabilllillah, maka ketika puasa dikali 70, berarti sekitar 49.000.000,
itupun untuk yang belum nikah, kalau sudah nikah dikali 70 lagi, Masya Allah.
Ulama dari bangladesh katakan bahwa dakwah di bulan ramadhan ini Insya Allah
pasti diterima. Amal itu mudah, diterimanya oleh Allah Swt ini yang sulit. Amal
itu mudah, duduk kita disini saja mendengarkan bayan ini sudah amal. Tidur cara
rasullullah Saw sudah amal, makan cara rasullullah Saw sudah amal. Tapi yang
diterima oleh Allah Swt ini yang sulit. Ada kisah seorang pelacur memberi minum
seekor anjing. Seburuk-buruknya orang itu pelacur memberi minum seekor anjing
seburuk-buruknya binatang. Kita pernah dengar nama orang yang namanya pak
kutilang, atau pak gajah, tapi kita tidak pernah dengar nama orang ini anjing.
Bahkan kalau kita panggil anjing orang bisa marah, ini sangking hinanya anjing
ini. Padahal menurut ulama anjing ini mempunyai minimal 10 sifat utama para
wali. Anjing itu taat dan patuh, ini sifat wali. Kepada majikan yang memberinya
makan, maka dia akan penurut sekali, disuruh pergi dia akan pergi, di suruh
datang dia akan datang. Dulu ada orang namanya Abu Ustman Al Khairi, beliau
pernah diundang ke rumah seseorang. Setelah sampai depan rumah orangnya si orang
tersebut bilang tidak jadi, baru jalan jauh dikit dipanggil bilang jadi. Setelah
mendekat tidak jadi, akhirnya pergi lagi, agak jauh dipanggil lagi dibilang
jadi, setelah mendekat akhirnya tidak jadi lagi, pergi dipanggil lagi dibilang
jadi terus sampe 4 kali. Si orang rumah ini memuji, bahwa beliau ini baik sekali
dibilang gak jadi pergi, dipanggil, balik lagi sampe 4 kali, tidak marah-marah.
Abu Ustman Al Khairi berkata untuk menghindari pujian, bahwa seekor anjing juga
bisa seperti itu.
Anjing itu taat dan baik sekali, jika digebuk
dia tetep ingetnya tangan yang memberinya makan bukan gebukannya, tetep taat.
Anjing itu amanah sekali beda sama kucing yang suka mencuri makanan. Anjing itu
kalau mau makan pasti menunggu majikannya, tidak ada anjing yang mencuri itu
tidak ada, kucing ada, tapi anjing tidak. Sampai matipun si anjing ini amanah,
jika majikan bilang jangan kamu makan melainkan dari tangan saya, inipun
diikuti. Suatu ketika si anjing ini lupa diberi makan oleh majikannya,
majikannya pergi lama, si tetangga memberi makan tapi dimakan oleh si anjing,
akhirnya mati memegang amanah majikannya. Anjing ini zuhud, tidak senang pada
dunia, tidurnya dimana-mana bisa, bahkan senengnya tidur di tempat gak
karu-karuan. Anjing ini Qona’ah diberi apa aja dia nerima aja, tetep senang sama keadaannya.
Banyak sekali sifat baik pada anjing ini, tapi kok kenapa najis mugholadoh. Dari
sekian banyak sifat baiknya ada 2 sifat buruk anjing :
- Jika sendirian dia sombong, sukanya menggonggong dan menyalak, pamer kekuasaan.
- Tidak suka sama Ijtima’i amal, jadi jangan sampe karkun tidak suka ijtima’i amal.
Jadi 10 sifat baik pada anjing ini jadi hilang
asbab 2 sifat jelek ini. Jadi kita karkun jangan sombong dan tidak suka ijtimai
amal, bisa jadi jadi najis mugholadoh. Sifat yang Allah benci ini sombong, dan
sifat yang disenangi Allah Swt ini adalah Sifat Tawadhu. Sifat Tawadhu ini
merupakan nikmat dari Allah Swt, dan satu-satunya nikmat yang orang tidak akan
hasut. Kalau sombong ini baliyat suatu musibah. Orang kalau sombong sering lupa
diri, “Kau tau siapa saya ?” lupa siapa dia ini, sampe harus tanya orang lain.
Ada seorang jendral pulang setelah menang perang, diajalan bertemu seorang sufi.
Maka si jendral mengatakan, “Kamu ini tidak tahu siapa saya ?” si sufi tadi
bilang, “Oh saya tahu siapa kamu, kamu ini dulunya adalah hanya sepercik mani
yang menjijikkan, nanti suatu saat akan menjadi bangkai yang busuk. Saat ini
kemana-mana kamu membawa kotoran.” Jadi apa yang mau disombongkan, sifat sombong
ini harus dihilangkan.
“Man tawadho alillah rofa’adhoh” : “Barangsiapa tawadhu karena
Allah maka akan diangkat oleh Allah ta’ala”
Walaupun seluruh dunia merendahkan, tapi
diangkat oleh Allah Swt tetap akan diri terus. Fadhilah-fadhilah dakwah ini
banyak sekali, masyeikh katakan dalam usaha dakwah ini ribuan berkah untuk
ribuan keturunan. Kita ini perkataan masyeikh ini cukup percaya saja, karena itu
berdasarkan ilham dan keberkahannya kita rasakan sekali kalau kita ikuti.
Pemerintah bingung, Masyakarakat bingung, orang kaya bingung, orang fakir
bingung, kita ini generasi bingung, tapi orang dakwah tidak bingung, santai
saja, lempeng dan lurus aja. Hari ini orang banyak demonstrasi, ada bom meledak,
tapi orang dakwah santai saja. Bom mahluk, Demo mahluk, tidak dapat mendatangkan
manfaat atau mudharat tanpa seizin Allah Swt. Hakekatnya, Itu mahluk semua,
tidak bisa berbuat apa-apa, bukan suatu masalah.
Bom itu mahluk, kalau Allah menghendaki
makanan bisa jadi bom, kalau Allah menghendaki bom bisa jadi makanan. Bagi
da’i ini yang dipandang
Allah swt nya saja, tidak ada persoalan, tidak kesan, yang penting bagaimana
Allah ridho dan senang. Matipun dalam dakwah langsung surga. Semua orang yang
mati itu tidak ada yang berharap dihidupkan lagi, kecuali orang dakwah. Orang
dakwah ketika mati dibangkitkan ditanya oleh Allah Swt, kamu mau apa, malah
menjawb ingin dihidupkan lagi untuk dakwah lalu dimatikan lagi lalu dihidupkan
lagi untuk dakwah, begitu jawabnya. Ini karena melihat fadhilahnya orang dakwah.
Tapi ini yang tahu bagi yang sudah mati, kita yang belum mati tidak tahu. Kok
bisa ada permintaan seperti itu, padahal kita mati satu kali aja takut, kok bisa
? sekarang kita sudah hidup maka kita gunakan sisa hidup kita untuk dakwah, yang
lalu biarlah berlalu dengan segala maksiat dan pahalanya tinggal kenangan
biarlah berlalu. Sekarang yang penting kedepannya sisa umur kita mau diapain,
biasanya yang namanya sisa umur ini lebih pendek rata-rata.
3 hari dibanding 70 tahun ( 3 / 70 ) dengan 70
tahun dibanding selama-lamanya ( 70 /8 ) ini lebih lama mana ? lebih lama selama-lamanya, ini jawaban
orang tidak paham dengan pertanyaan, ini matematika. Ini lebih lama 3 hari per
70 tahun karena ini seper 10.000, umpamanya, kalo dibanding dengan 70 tahun
dibanding selama-lamanya dapet berapa ? ini seperti satu tetes dibanding lautan.
Jauh sekali perbandingannya satu tetes dibanding lautan kalo seper 10.000 ini
seperti satu tetes cangkir dibanding lautan. Jadi 3 hari per 70 tahun lebih
lama dibanding dengan 70 tahun dibanding selama-lamanya.
Maukah senang-senang 3 hari untuk susah-susah
70 tahun atau maukah susah-susah 3 hari untuk senang-senang 70 tahun. Ini mudah
sekali jawabannya, tentunya mendingan milih susah 3 hari demi kesenangan 70
tahun. Padahal ini itu lebih lama dibanding dengan 70 tahun dibanding
selama-lamanya. Coba kita bicara sisa umur saja dululah, bukan 70 tahun susah
tidak. Contoh : kalo kita sekarang umur 50 tahun masih ada 20 tahun sisa umur
misalnya, kalau kita 40 tahun masih ada sisa umur 30 tahun. Maukah susah 20
tahun atau 30 tahun demi mendapatkan kebahagiaan yang selama-lamanya. Dan itu 20
atau 30 tahun tidak susah terus, tiap tahun hanya 4 bulan saja. Padahal 4 bulan
itu kalau kita rinci lagi ada tidurnya, ada senangnya, ada kenyangnya makan, ada
ngobrol-ngobrolnya, jadi susahnya dimana ? apakah jaulah itu susah ? apakah
taklim itu susah ? apa susahnya ? memang gak ada susahnya, “tapi kan”, itu
kebanyakan jawaban kita “Tapi kan… ini dan itu”. Jangan ber “Tapi … Tapi” ini
karena “Tapi” ini merusak. “Masya Allah pak Kyai Alhamdullillah mau datang
kemari, ini seperti pucuk dicinta ulampun tiba……Tapi…” walah ini mah habis
sudah, rusak kesenangan kalau ada kata-kata “Tapi…maaf”. “Saya sebenernya udah
lama pingin ikut pak kyai….tapi…” walah ini mah susah namanya pasti gak akan
ikut. Jangan ber “Tapi…Tapi…” ingin ikut titik langsung berangkat jangan pake
“Tapi…”.
Sami’na Wa Atho’na
titik jangan ada koma “Tapi…”. Orang mau seribu jalan orang tidak mau seribu
alasan. Kata orang malaysia orang hendak seribu daya, orang tidak hendak seribu
dalih. “Saya sebenernya mau ikut… tapi maaf pak kyai…” loh minta maaf ini jangan
sama saya atau kyainya, tapi minta maaf sama Allah, diterima gak “Tapi..” nya
sama Allah. Kalo pingin ikut lansung berangkat, kalo tidak bisa apakah alasannya
diterima Allah atau tidak, jadi ya berangkat saja. Baik saya berikan jalan
keluar bagi yang masih, “Tapi…”, yaitu daftarkan dahulu namanya, lalu musyawarah
kita carikan jalan keluarnya. Jangan “Tapi..” dimusyawarahkan diputuskan
sendiri, “Ini karena ada ini dan itu, jadi menurut saya yang terbaik adalah
keputusannya tidak berangkat.” Wah kacau ini namanya musyawarah sendiri,
diputusin sendiri. Musyawarah ini bahasa bumi, kalau targhib bahasa langit,
seperti liat khazanah Allah, Yakin saja pada Allah, jangan lihat kantong, ini
targhib namanya. Musyawaroh itu bahasa bumi, jangan takut, kita kumpul sama-sama
lihat berbagai kemungkinan, dipikirkan bersama-sama jalan keluarnya. Dalam
Dakwah ini ada 2 bahasa :
- Bahasa Langit
- Bahasa Bumi
Kalau di luar dakwah ini bahasanya bumi saja
tidak pernah sampai langit, dikit-dikit uang, dikit-dikit uang terus jalan
keluarnya, tidak pernah sampai langit. Targhibnya bahasa langit, Rasullullah Saw
berkata…, selalu itu refferensinya, nanti musyawarahnya bahasa bumi. Contoh :
ketika Targhib jangan liat kantong khazanah Allah maha luas tanpa batas, tapi
ketika di taffakud, “Loh katanya jangan liat kantong.” Ini sudah mulai bahasa
bumi. Dulu Maulana Umar Phalanpuri ditanya, “Berapa taffakudnya..” dia bilang,
“nanti..nanti.. saya mau sholat dulu”, terus dibalas, “yah sholat dulu sana 2
rakaat minta pada Allah, baru setelah selesai berapa kesiapannya…” Jadi tafakkud
ini bahasa bumi,tidak usah takut, asal jangan diputusin sendiri. Jika disuruh
pulang, ya pulang dengan pahala. Jika disuruh berangkat, ya berangkat apa
adanya. Ini baru namanya jalan keluar. Taskil orang lain itu memang sulit,
paling mudah itu taskil diri sendiri, saya paksa diri saya untuk mau. Dalam diri
manusia itu ada 2 perkara :
- Nafsu :Mengajak kepada kejelekan dan menghalangi kebaikan
- Rohaniah : Mengajak kepada kebaikan dan menghalangi kejelekan
Kemarin waktu jalan ke tempat musyawarah
disini pasti ada nafsu yang menghalang-halangi jangan berangkat, tapi ada satu
sisi yang memaksakan tetep berangkat, namun karena ekat mengambil keputusan
akhirnya bisa sampai disini kan. Begitu juga waktu di taskil untuk berangkat
khuruj terjadi peperangan dalam diri kita memilih berangkat atau tidak, antara
nafsu dan rohaniat kita bertempur. Jawabannya, yang dapat berangkat adalah yang
nekat, yang memenangkan keputusan, untuk berangkat. Sudah berangkat aja nekat
:
- Yang Nekat itu Berkat
- Yang Was was itu Tewas
Untuk kebaikan itu kita harus nekat, yang
nekat itu berkat, dan ragu-ragu pangkal kegagalan. Masa ikut Nabi Saw kita
ragu-ragu, wong yang ikut setan aja tidak ragu-ragu. Padahal ketika mau ikut
setan ada juga yang menghalangi, walaupun ada juga yang nekat untuk bermaksiat.
Kok kita yang berbuat baik kok ragu-ragu : bagaimana istri saya ? bagaimana anak
saya ? jawabannya berangkat saja !! Pada bulan Ramadhan ini luangkan waktu untuk
berjuang di jalan Allah. Jika kita tidak mau paksakan luangkan waktu, maka waktu
tidak ada yang luang-luang, sampe-sampe pengangguran aja sibuk dengan
penganggurannya. Petani sibuk dengan pertaniannya, pedagang sibuk dengan
perdagangannya, siapa yang mau meluangkan waktu untuk agama ? ya mulai dari
saya, diri sendiri dulu. Cari waktu luang, kalau tidak dicari ya tidak ada yang
luang-luang. Seperti kita mukul paku ke kayu untuk buat kursi, kalo dilihat
lobang untuk paku tidak akan ada, harus diusahakan, dipaksakan, dipukul pukul
kedalam kayu sampe dia masuk. Begitu juga kita, seperti paku, dipaksakan dulu
dipukul ke dalam kayu, dipaksakan dulu keluar 3 hari, masih belum masuk juga
harus semakin dalam semakin kuat pukulannya, tingkatin 40 hari, lebih kuat lagi
4 bulan, baru masuk pakunya. Paku ini meluangkan tempat agar bisa memberikan
manfaat, begitu juga dengan kita harus kita paksakan meluangkan waktu baru bisa
mendatangkan manfaat. Jangan kayak sekarang begitu panen, sibuk belanja buat
bertani lagi, panen, begitu lagi, gak luang-luang waktunya. Setan ini pintar
kerjanya menyibukkan orang dengan keuntungan agar dia tidak ada waktu beramal.
Ketika mau beramal ditimbulkan was-was, rugi katanya kalau tidak jualan di
Ramadhan ini. Rugi apanya ? yang rugi itu yang tidak mau dakwah, itu yang rugi.
Kalau tidak dagang paling-paling rugi, kalau tidak dakwah paling-paling masuk
neraka, lho masuk neraka kok paling-paling, ada-ada saja. Memang ini keahlian
setan memalingkan manusia dari amal yang sebenarnya. Seperti haji dikatakan
thawaf ka’bah itu keliling 7
kali, tapi keliling pasarnya bisa 70 kali, inilah kerjaan setan. Selain Ramadhan
tidak terlalu laris, giliran Ramadhan laris sekali, sengaja sama setan dibuat
seperti ini kondisinya. Ada suatu tempat, itu setiap sore hampir maghrib banyak
sekali pembeli, sebelum ashar tidak ada pembelinya, kerjanya dipinggiran waktu
dimana setan suka mengganggu manusia. Sesudah Maghrib langsung sepi maka dikenal
sebagai pasar setan.
Setan ini pandai tapi lemah, nafsu ini bodoh
tapi kuat. Sudah tau tidak ada faedahnya tapi ingin saja, seperti menonton
sinetron, ini tidak ada fadhilahnya, tapi orang suka nonton. Sinetron tentang
anak yatim berhasil membuat orang nangis, padahal aktonya senang dapet uang
bayaran. Orang nangis menonton aktornya, si aktor gembira udah diabayar, kok mau
dikibulin televisi. Mak Lampir, superman, batman, itu semua fiktif, bohong,
tidak ada, tapi kok orang suka dan mau aja dikibulin kisah bohong. Asal muasal
televisi dan kisah-kisahnya yang dibuat-buat ini kononnya ciptaannya orang
yahudi. Kalau kisah nyata yang paling baik ini adalah kisahnya orang islam yaitu
kisah para Anbiya AS dan kisah Sahabat RA. Karena yahudi ini tidak punya
kisah-kisah seperti itu sehingga mereka merekayasa cerita-cerita untuk
mengelabui kita. Didalam suatu bayan diceritakan ada seseorang membuat dongeng
yang membuat orang takjub, ketika ceritanya menjadi seru di stop sama si
pendongeng untuk dilanjutkan besok. Sehingga orang penasaran ingin datang lagi
besoknya untuk mendengarkan dongeng. Besoknya begitu lagi, dia lanjutkan
dongengnya sampai pada moment paling seru di stop lagi, terus dilanjutkan besok
hingga hari ke enam. Lalu singkat cerita ada yang nanya kepada si pendongeng ini
siapa dia kok bisa begitu ahli dalam berdongeng. Si pendongeng katakan bahwa dia
itu adalah Iblis Laknatullah Alaih. Iblis bikin cerita, jangan-jangan mahabrata
dan lain-lain ituadalah cerita iblis, tidak ada yang sungguhan semuanya fiktif.
Kini kisah-kisah yang beredar kebanyakan adalah cerita fiktif, rekayasa
semuanya, karena yang asli dan nyata hanya kisah dalam islam yaitu kisah sahabat
RA. Maka kita kembali saja ikut Rasullullah Saw, tidak usah ikut
yahudi.
Bagaimana belajar ikut Rasullullah Saw ? Kalau
belajar TK berapa tahun ? 2 tahun. Setelah 2 tahun bawa ijazah TK ke jakarta
melamar pekerjaan. Bilang ke pewawancara, ini ijazah TK lho 2 tahun lamanya,
orang jemaah tabligh aja cuman 4 bulan, lho bawa-bawa jemaah tabligh segala. Ini
hanya 4 bulan saja sangat sebentar. Dunia sementara, akherat selama-lamanya.
Untuk dunia yang sementara ini pantesnya 3 hari untuk dunia, 27 hari untuk
akherat. Dalam 1 tahun, untuk dunia 40 hari saja, untuk akherat 320 hari.
Bagaimana kalau seperti itu ? jawaban orang-orang pasti, “Bagaimana bisa kayak
gitu pak kyai, 320 hari untuk dunia saja masih kayak gini apalagi cuman dikasih
40 hari untuk dunia ?” padahal kita tahu dunia ini sementara dan akherat
selama-lamanya, maka secara porsi waktu seharusnya lebih diutamakan akherat.
Maulana Ilyas ini bijaksananya luar biasa, untuk dakwah itu sebenarnya bukan 3
hari atau 40 hari atau 4 bulan, tapi seumur hidup. Kalau ditaskil keluar seumur
hidup, bingung, kurang lagi ditaskil 1 tahun, masih bingung juga. Maka yang di
tawarkan oleh Maulana Ilyas Rah.A ini 10% saja dari waktu kita. Nabi SAW
bersabda :
“Kalian (sahabat) dalam suatu zaman jika
meninggalkan seper sepuluh saja maka kalian akan hancur, tapi akan datang kalau
mereka berpegang teguh pada seper sepuluhnya mereka akan selamat”
Sepersepuluh dari 24 jam itu 2.5 jam,
sepersepuluh dari 30 hari ini 3 hari, sepersepuluh dari 360 hari itu 36 hari.
Kenapa 40 hari kalau gitu ? ini ada rahasianya. “Apa itu rahasianya pak kyai ?”
wah kalau dikasih tau ini bukan rahasia lagi. Mau tahu, ya ikut saja. Dalam
kisah para Aniya AS :
- Nabi Ibrahim AS dibakar dalam api ini 40 hari
- Nabi Yunus didalam perut ikat selama 40 hari
- Nabi Nuh dalam perahu selama 40 hari.
Fadhilah rahasia itu banyak :
- Barang siapa tahu fadhilah shaf awal, maka dia akan berebut di shaf awal
- Barang siapa tahu fadhilah adzan, maka dia akan berebut untuk adzan
Ini adalah fadhilah rahasia. Jadi 4 bulan ini
adala 3 x 40 hari. Kalau 40 hari pertama masih banyak kurangnya, kita perbaiki
di 40 hari kedua, kalo masih belum sempurna maka kita sempurnakan di 40 hari
yang ketiga. Insya Allah kita niat berangkat, jangan sampai niat saja tidak.
“Pokoknya saya mau datang tok aja.” Lho jangan, kok dibuat “pokoknya” ? kok
dibuat “Tok…” ? harusnya kita bilang “Kalau baik, saya mau ikut.” Atau “Kalau
baik, saya mau berangkat.” Gitu lho. Kalau tidak baik ? apanya yang tidak baik ?
Fadhilah dakwah ini apakah tidak baik ? ribuan berkah dalam dakwah ini tidak
baik ? Banyak orang nyari berkah sampai sowan kepada ulama dan wali-wali.
Padahal yang diminta keduniaan juga. Silahkan saja, padahal keluar
Fissabillillah ini berkahnya lebih banyak. Sunnah rasullullah saw ini berkahnya
luar biasa. Sahabat RA mempunyai sehelai rambut Nabi SAW, dia katakan, “Sehelai
rambut ini lebih aku sukai daripada dunia beserta isinya.” Ini karena cintanya
sahabat RA kepada Nabi Saw, ini baru yang benar. Namun kini sehelai rambut
rasullullah Saw ini sudah tidak ada, sunnah Nabi Saw ini lebih tinggi daripada
sehelai rambut Nabi Saw saat ini. Satu Sunnah Nabi Saw ini lebih tinggi daripada
langit beserta isinya. Sunnah Nabi Saw ini berapa nilainya ? kata Maulana Ilyas
Rah.A seorang Ulama besar katakan bahwa yang dia ketahui dari sunnah nabi Saw
ini baru satu persent ( 1 % ). Ini kata siapa ? maulana Ilyas Rah.A ulama besar.
Kalau ada yang mengatakan maulana ilyas ini orang bodoh ini adalah orang bodoh.
Kalau sekelas ulama besar seperti maulana ilyas saja bilang baru tahu cuman satu
persen gimana kita ? Lalu ditambah lagi oleh Maulana ilyas dari yang dia tahu
dan yang dia amalkan baru satu persen juga.
Dalam suatu kitab dikatakan Sifat-sifat
Rasullullah Saw kalau lautan dijadikan tinta, dan pohon-pohon jadi pena, seluruh
manusia dan jin menulis sifat-sifat dalam Rasullullah, maka seluruh manusia akan
mati, lautan akan kering, pohon-pohon akan habis, dan sifat Rasulullah Saw masih
banyak lagi. Jadi Rasullullah Saw ini bukan laki-laki biasa. Kamu laki-laki,
saya laki-laki, bukan seperti itu, tidak sebanding Nabi Saw itu mulia, kalau
dibandingkan kita ini rendahan. Karena kita belajar dari orang yahudi dan
nasrani, ikut-ikuti gaya mereka, maka kita rendahkan sunnah rasullullah Saw.
Maka kita agungkan daripada sunnah rasullullah Saw.
“Qul innama ana basaro mislukum yuha
innaya”
semua yang dilakukan Rasullullah Saw ini
adalah wahyu. Jadi rasullullah Saw ini tidak mungkin salah. Setiap apa yang
dilakukan Nabi Saw ini adalah paling baik. Apa yang dilakukan Nabi Saw cocok
untuk kesehatan, untuk keselamatan, untuk apa saja. Yang menkritik Nabi Saw ini
adalah orang murtad, mengkritik Nabi Saw ini sama dengan mengkritik Allah Swt.
Bahkan dikatakan, Rasullullah Saw beristri sembilan ini dibilang sebagai dari
bagian Mukjizat. Saya ini lebih muda dari Nabi Saw, tapi kalau punya istri empat
ini kerepotannya sudah luar biasa untuk menunaikan hak mereka. Sedangkan
Rasullullah Saw satu hari ini 9 kali, padahal umur sudah tua, sering lapar lagi.
Ini mukjizat namanya, saya berbicara dalam rangka mengagungkan Rasullullah Saw.
Beda dengan Yahudi dan Nasrani yang menghina-hina rasullah saw seakan nabi ini
bejat dan lain-lain. Lisan dan Logika kita tidak boleh seperti mereka, yahudi
dan nasrani. Ini karena kehidupan Nabi Saw ini berdasarkan wahyu termasuk
pernikahan Nabi Saw, ada maksudnya dari Allah Swt. Makanya kalau mau belajar,
belajarlah dengan ulama yang Amilin dan Sholihin. Mau belajar sama muridnya
orang-orang yahudi dan nasrani. Kita ikut saja Rasullullah Saw, jangan ikut
yahudi dan nasrani. Maka untuk belajar mengikuti Rasullullah Saw ini adalah
berangkat khuruj fissabillillah selama 4 bulan, seharusnya seumur hidup, tapi
untuk tahap awal dipermudah. Susahnya itu meluangkan waktu ini, maka harus kita
paksakan.
Maksud Hidup itu untuk Dakwah. Maksud hidup
itu apa ? dalam hidup ini ada 2 hal :
- Ada Maksud Hidup
- Ada Keperluan Hidup
Kita punya rumah ada Maksud Rumah dan Ada
keperluan rumah. Maksud Rumah itu adalah untuk ditinggali oleh istri dan anak.
Keperluan rumah itu seperti WC. Kalau tidak ada WC mau buang air dimana ? buang
air di tempat tidur ? atau di ruang tamu ? ini lucu-lucuan namanya. Harus ada
WC, tapi WC nya ini sederhana saja. Ada rumah yang sederhana tapi WC nya mewah :
ada TV nya, ada Radionya, ada tempat kopinya, surat kabar di wc, telepon di wc,
apakah mau hidup di WC ? Ingin ke jakarta keperluannya mobil . Boleh sebelum ke
jakarta di cat mobilnya dulu biar apik, tapi jangan gonta ganti cat akhirnya gak
berangkat-berangkat. Ngecat atau mendandani mobil ini hanya keperluan bukan
maksud. Kita punya keperluan hidup dan maksud hidup. Makan dan Minum ini hanya
keperluan, tapi maksud hidup itu untuk dakwah. Boleh kita nyari makan dan minum
sebagai keperluan, untuk menguatkan kita, untuk apa ? untuk dakwah, karena
maksud hidup itu untuk dakwah. Bukannya hari-hari nyari makan dan minum, maksud
hidup malah dilupakan. Bani Israil itu bingung 40 tahun dalam satu mil, kalo
kini sejengkal kali sejengkal binging selama 60 tahun, sampe ke amerika untuk
isi perut. Ada seorang Da’i
Buzruk, orang tua, ditanyai, “Mbah kenapa manusia ini senang pada dunia ?”
kebetulan disitu ada lemper, katakan kalo sekarang harganya 500 rupiah, kalo
udah dibuka jadi tinggal 300 rupiah. Kalo sudah digigit lempernya, ya sudah
tidak ada harganya lagi. Masih nanya lepehannya yang udah keluar jadi kotoran
berapa ? ini lebih gawat lagi, menghinakan namanya. Kalau sudah dimakan, lalu
masuk WC itu harganya berapa ? penghinaan namanya, begitu kok disenangi, senang
kok sama yang di WC ? kalau ada orang yang nawarin Madu palsu kira-kira ada yang
mau beli tidak ? ini dunia ini sudah kasih tahu palsu kok orang pada
rebutan.
“wama hayatuddunya illa mata’ul ghurur” à Dunia itu tipuan
Dunia itu hanya tipuan seperti permainan saja.
Jadi kita tinggalkan dunia yang sementara ini, sebelum kita meninggalkan dunia.
Enak mana meninggalkan dunia atau ditinggalkan dunia ? gak enak semua, disuruh
milih kok gak enak semua. Padahal ini pasti, ditinggal dunia jadi orang fakir,
meninggal dunia ya mati namanya. Besok mati, sekarang mau apa ? ada polisi
bilang besok kamu mau saya tembak. Trus kta bilang besok saya mau panen, ini
dagangan belum laku. Kata polisi silahkan dipanenkan, silahkan dilakukan
dagangannya, pokoknya besok saya tembak. Jadi kalau waktu tinggal satu hari apa
yang kita lakukan ? ya untuk amal. Amal yang seperti apa ? yang pahalanya kecil
atau yang pahalanya besar ? besar tentunya, kalau diberitahu ingin diamalkan
atau didengarkan saja. Yang paling besarnya pahalanya itu ya Dakwah
Fissabillillah di jalan Allah.
“Waman ahsanu qoulan mimman da’a illallah” à Mengajak orang ke Allah
ini amalan paling baik
Memberitahu ini mudah mengamalkan yang sulit.
Menumbuhkan kemauan, sekarang ini mau atau tidak itu saja. Bayan panjang-panjang
ini sebenarnya untuk merayu saja atau nanti ada yang datang kerumah merayu-rayu
lagi. Ada kisah di Bangladesh :
“Seorang petani dirayu sama jemaah taskil
untuk keluar fissabillillah, dia menolak karena mndekati masa panen. Masih tidak
mau datang rombongan yang keluar untuk mentaskil lagi petani ini. Masih tidak
mau tidak selang beberapa lama datang lagi rombongan keluar mentaskil petani
ini. Akhirnya petani mau juga dan berangkat menjelang Panen. Ketika berangkat,
ada kejadian pencuri ini mengambil hasil panennya dari sawah. Setelah
dikumpulkan di markaz pencuri, si ketuanya nanya ini curian dari mana ? si
pencuri bilang dari si fulan petani. Lalu si ketua bilang, “Gawat ini punya
jemaah tabligh, bahaya kalau kita curi ini, bisa celaka kita, kualat nantinya.”
Akhirnya singkat cerita dikembalikanlah di antar kerumah si petani tadi.
Pagi-pagi bangun istri terkejut ada hasil panen di rumahnya, si istri menyangka
suaminya sudah memesan orang untuk memanen hasilnya untuk diantar kerumah. “Baik
sekali suami saya ini, sungguh perhatian sama istrinya, gak mau ngerepotin
istri, ngirim orang untuk memanen hasil.” Setelah pulang 40 hari si suami
menanyakan kepada istri apakah ketika dia berangkat 40 hari, hasil panen sudah
diambil dari sawah. Si istri terkejut karena dia pikir suaminya sudah mengirim
orang untuk melakukannya, sehingga dilaporkanlah kejadian tersebut kepada
suaminya.”
Hikmah dari kisah ini adalah Allah mampu
menggunakan tangan pencuri atau orang jahat untuk menyelesaikan masalah kita
asbab keluar di jalan Allah. Allah Maha Kuasa bisa menggunakan pencuri yang mau
berniat jahat sama kita, menolong kita panenan. Kita yakin saja terhadap Allah
dan janji-janji Allah.Andaikata kita yakin pada janji Allah sama seperti kita
yakin sama janji gubernur atau atasan kita.
“Sepagi sepetang dijalan Allah lebih baik
daripada dunia beserta isinya.” (hadits)
Harga dunia seisinya ini kira-kira berapa ?
Gak bisa di nilai. Kita kerja 100 tahun membeli kecamatan glodok saja tidak akan
bisa. Ini sepagi sepetang dijalan Allah bisa membeli dunia beserta isinya ini
gimana ? ada contoh kisah :
“Seorang anak kecil dibawa ayahnya ke PLTA ada
turbin berputar-putar. Turbin ini berputar sehari hasilnya miliaran. Anak kecil
ini tidak ngerti kenapa turbin yang kerjanya cuman mutar-mutar kok bisa
menghasilkan miliaran, padahal ayahnya banting tulang disawah sepagi sepetang
cuman dapat rp. 50.000 saja. Maka si anak di bawa ke madiun, ke magetan, ke
Bojonegoro, ke lamongan, ke pacitan, ke semarang, kata bapaknya bahwa semua
tempat itu bayar ke PLTA karena turbin tadi. Si anak mikir kalau begitu bisa
lebih dari miliaran bayarnya.”
Ini adalah hasil pemikiran dari otaknya
seorang insinyur. Bagaimana bekerja dengan Dzat yang menciptakan otaknya
insiyur. Turbin tadi hanya muter-muter saja bisa miliaran hasilnya, bagaimana
dengan pagi sepetang dijalan Allah ? jawabnya lebih baik dari dunia beserta
isinya. Tapi kenapa kita tida mau dengan tawaran dari Allah ? seharusnya mau.
Nabi Saw bersabda :
“i’mali duniaka ka’anaka ta’ishu
abada. Wa a’mali akherohtaka
ka’anaka tamu
tughoda”
Artinya : “Bekerjalah kalian seakan-akan
kalian hidup selamanya, beramalah kalian seakan-akan mati esok”
Beramal itu tidak ada hari esok, yang ada hari
ini besok sudah mati, tetapi kalo kerja dunia ini santai saja. Gagal kerja hari
ini lusa bisa dikerjain lagi, gagal besok usahakan minggu depan atau bulan depan
atau tahun depan, santai saja karena hidup selama-lamanya, tidak usah khawati,
masih banyak waktu untuk dunia. Tapi untuk akherat, segerakan, karena hari esok
sudah tidak ada lagi untuk beramal, hari esok itu sudah harus mati, jadi
sekarang ini beramal. Masalahnya tidak nampak dimata, kalau nampak dimata
jangankan manusia ayam saja juga percaya. “Ayam sini saya beri gabah, jangan
lari goblok..!” wong ayam di goblok-goblokin, tebarin aja gabahnya, ayamnya
datang semua bahkan ayam tetangga ikut juga. Ini karena nampak dimata, walaupun
digebuk atau diusir, datang lagi ayamnya karena nampak dimata fadhilahnya. TKI
kita di Malaysia di usir, eh datang lagi, diusir, datang lagi, ini karena
fadhilahnya nampak dimata. Makanya Allah Swt bilang dalam Al Qur’an :
“Alladzi na yu’minuna bil ghoibi wamimma rozaqnahum yun
fikun” à Mereka yang iman dengan yang tidak nampak dimata
Janji Allah Swt pasti lebih pasti dari
terbitnya Matahari dari ufuk timur !! Mari kitaq siapkan diri kita untuk
berangkat.
Kisah Taskil Maulana Umar Phalampuri
:
Ketika Maulana Umar baru pulang taskyl 1 tahun
di jazirah arab baru sampe di markaz , pulang bawa jemaah taskilan. Maulana
Yusuf, amir dakwah waktu itu, minta agar Maulana umar mau pergi menemani jemaah
sebagai takaza, padahal tiket pulang sudah di beli. Baru pulang sudah tiskyl
lagi, karena waktu itu belum ada banyak orang yang mengurusi jemaah di
Nizamuddin, akhirnya maulana umar pergi sama jemaah tersebut untuk takaza selama
10 hari. Setelah 10 hari pulang ke Nizammuddin baru nyampe ada takaza lagi
jemaah dalam negeri, lalu diminta sama maulana yusuf untuk menambah masa.
Maulana Umar ini sudah berat sekali mengambil takaza tersebut, tapi tetep taat
pada Amir, berangkat juga menemani jemaah takaza 10 hari lagi. Setelah 10 hari
pulang, nyampe markaz diminta lagi oleh Maulana Yusuf untuk menemani jemaah
tersebut. Maulana Umar karena letihnya keluar 1 tahun dan sudah 2 x 10 hari
ambil takaza, minta izin kepada maulana yusuf untuk pulang dulu. Maulana Yusuf
marah besar ke maulana umar lebih mementingkan dunia, pulang ke rumah, dibanding
takaza dakwah. “Jadi Maulana tidak mau mendahulukan dakwah dari diri maulana
kalau gitu pulang saja.” Kata maulana yusuf. Mendengar ini maulana yusuf marah,
akhirnya maulana umar pergi lagi tidak jadi pulang bawa jemaah takaza 10 hari
yang ketiga. Kata Maulana Umar, 1 bulan yang tidak niat ini lebih berat dari
yang 1 tahun keluar dengan niat. Waktu satu tahun keluar itu sudah dihitung,
sedangkan yang satu bulan ini diluar perhitungan. Berat sekali bagi seorang
maulana umar. Ini karena tarbiyah dalam 1 bulan ini lebih tinggi dari pada
tarbiyah untuk 1 tahun. Inilah Mujahaddah mereka, makanya hidayah turun
diseluruh alam asbab pengorbanan mereka.
Oleh karena itu yang sudah mau pulang, jangan
pulang dulu, kita catat nama saja, lalu minta dimusyawarahkan dibelakang.
Kalaupun pulang, balik bawa pahala hasil musyawarah.