Setiap kerja ada Modalnya, dan Modal dari
usaha agama ini adalah keyakinan yang shahih, yaitu :
- Keyakinan yang shahih kepada Allah Swt
- Keyakinan yang shahih kepada Rasullullah Saw
- Keyakinan yang shahih kepada Kitabullah
- Keyakinan yang shahih kepada adanya para Malaikat
- Keyakinan yang shahih kepada Negeri Akherat yang abadi
- Keyakinan yang shahih kepada Keputusan Allah ( Qadha dan Qadhar )
Rasullullah Saw memegang janggutnya, lalu
berkata :
“Aku beriman dengan Taqdir Allah atau
ketentuan Allah, baik ketentuan yang baik dan yang buruk, baik ketentuan yang
manis maupun yang pahit. Semuanya adalah dari Allah Swt.”
Seluruh para Nabi dan Rasul, yang ditugaskan
untuk usahakan agama, maka semuanya dibekali dengan keyakinan. Nabi Musa AS
diutus untuk dakwah ke Mesir oleh Allah Swt, mendapati medan yang begitu berat
yaitu menghadapi penguasa lalim Fir’aun Laknatullah Alaih. Firaun saat itu adalah seseorang yang
mempunyai kekuasaan, mempunyai kerajaan, mempunyai tahta, mempunyai tentara,
mempunyai harta, dan segala macam asbab. Sementara Nabi Musa AS diutus Allah Swt
untuk buat usaha atas agama di mesir tidak dimodali asbab apapun. Nabi Musa AS
dalam menghadapi Firaun hanya membawa baju yang terpakai dan tongkat saja.
Bajunya juga baju yang lama, yang dia pakai sehari-hari, dan tongkatnya juga
yang lama, yang dipakai untuk mengembala kambing dan untuk bersandar. Jadi tidak
ada hal-hal baru secara meteri atau dzohir dari diri Nabi Musa AS, yang baru
hanya keyakinan dalam hati saja. Allah Swt telah tanamkan keyakinan dalam diri
Musa AS, keyakinan akan Qudratullah :
“Innani annalloha la illaha illa ana,
fa’budni, wa akimisholata
lidzikri”
Artinya : “Sesungguhnya aku ini adalah Allah,
tidak ada tuhan yang patut disembah selain Aku…”
Maksudnya apa :
- Tidak ada yang perlu ditakuti dengan sebenar-benarnya selain Allah Swt
- Tidak ada yang patut dicintai dengan sebenar-benarnya selain Allah Swt
- Tidak ada yang perlu diagungkan dengan sebenar-benarnya selain Allah Swt
- Tidak ada yang perlu di tunduki dengan sebenar-benarnya selain Allah Swt.
- Tidak ada yang perlu diharapkan dengan sebenar-benarnya selain Allah Swt.
Inilah pembakalan yang diberikan kepada Musa
AS oleh Allah Swt yaitu mengenal Allah Swt. Setelah mengenal Allah Swt, maka
berikutnya Musa AS diberikan jalan untuk berhubungan dengan Allah Swt yaitu
dengan sholat.
Begitu juga dengan Nabi Saw yang di utus
keseluruh alam oleh Allah Swt, juga tidak dibekali dengan kebendaan ataupun
asbab-asbab dzohir apapun. Ketika beliau masih kecil, Allah Swt telah kirim
Jibril AS untuk membedah dada Nabi SAW, mengambil daripada Hati Nabi SAW untuk
dicuci dengan air zamzam. Kemudian Jibril AS membawa suatu wadah yang berisikan
Iman dan Hikmah untuk dimasukkan kedalam hati Nabi Saw. Begitu juga ketika Nabi
Saw hendak menjadi Nabi, maka kejadian yang sama terulang kembali, dada nabi Saw
dibedah kembali untuk di ambil hatinya dibersihkan kembali dan di isi dengan
Iman dan Hikmah. Kejadian ini menurut ulama berulang sampai 3 kali :
- Ketika masih kecil / anak-anak
- Ketika remaja menjelang menjadi Nabi
- Ketika hendak Isra’ Mi’raj
Nabi Saw tidak diberikan benda-benda atau
materi-materi keduniaan, tetapi diberikan Iman dan Hikmah. Kitapun juga seperti
itu, bahwa keyakinan yang betul terhadap Allah Swt merupakan modal terpenting
dalam usaha agama ini :
- “Allahu kholiku kulli syai” : Allah pencipta segala sesuatu
- “Allahu al qodir ala kulli syai” : Allah berkuasa atas segala sesuatu
- “Allahu al alim bikulli syai” : Allah yang mengetahui segala sesuatu
Apa yang dikehendaki oleh Allah pasti terjadi,
dan apa yang tidak dikehendaki oleh Allah pasti tidak akan terjadi :
“Innama amruhu Idza arroda syai’an an yakullu kun fa yakun” : “Jika
Allah menghendaki menciptakan sesuatu maka Allah hany berfirman : “Kun” maka
akan terjadi”
Allah Swt menciptakan yang besar dan yang
kecil dengan cara yang sama, begitu juga dengan surga dan neraka, dunia dan
akherat, hanya dengan kata-kata : “Kun” – “Jadilah”, maka langsung terjadi. Perkara besar dan perkara kecil
disisi Allah sama saja, diciptakan dengan “Kun” maka langsung jadi. Di hadapan
Allah Swt ini seorang Raja dengan seekor nyamuk ini sama saja. Kalau Allah
menghendaki bisa saja Raja membunuh nyamuk, jika Allah menghendaki bisa saja
nyamuk membunuh raja. Semuanya menurut Kehendak Allah Swt saja.
“Allahu lima yurid” : “Allah bertindak menurut
apa yang dia mau, berbuat apa saja yang Allah mau, tanpa ada bantuan apapun dan
siapapun.”
Allah Swt :
- Dialah yang meninggikan langit tanpa tiang
- Dialah yang menjalankan Matahari tanpa alat
Semuanya hanya dengan “Kun” Fayakun. Allah Swt
tidak perlu bantuan apa saja dan siapa saja. Apaq yang dikehendaki Allah akan
terjadi, dan apa yang tidak dikehendaki Allah tidak mungkin terjadi. Mahluk
tidak bisa berbuat apa-apa tanpa kehendak Allah Swt termasuk denyut-denyut
jantung manusia ada dalam genggaman Allah Swt.
“Wama tasya una illa ayasha Allah” : Kamu
semua tidak bisa berkehendak kecuali dengan kehendak Allah.
Dialah Allah Swt :
- Al Muhyi yang menghidupkan, Dia lah Allah Swt adalah Al Mumit yang mematikan.
- Ar Rofiq yang meninggikan, Al Khofiq yang merendahkan
- Dialah Allah yang membikin orang tertawa, Dialah Allah yang membikin orang menangis
- Dialah Allah yang membikin orang benci, dan Dialah Allah yang membikin orang cinta
Bagaimana bencinya Firaun kepada Musa AS, Nabi
Musa AS belum lahir tapi Firaun sudah benci. Saking bencinya kepada Nabi Musa
AS, Firaun menggerakkan pasukan-pasukan untuk mencari Musa AS yang masih bayi
sampai membunuh 70.000 bayi setiap tahunnya. Anehnya setelah bayi Musa AS ada di
depan mata, bukannya dibunuh, tapi mindset Firaun berubah, malah memeliharanya.
Mendadak pemikiran Firaun ini berubah, programnya berubah yang dari ingin
membunuhnya, malah Nabi Musa AS diangkat menjadi anaknya, dipelihara oleh
Firaun. Jadi pada Hakekatnya yang punya program hanya Allah Swt.
Allah Swt yang Maha Kuat, mahluk tidak
mempunyai kekuatan apa-apa :
- Indonesia tidak kuat, yang kuat itu adalah yang menciptakan Indonesia
- Amerika tidak kuat, yang kuat itu adalah yang menciptakan Amerika
- China itu tidak kaya, yang kaya itu yang menciptakan negeri China
- Jepang itu tidak pandai, yang pandai itu adalah yang menciptakan orang-orang jepang
“La illaha illallah”
Maka yang diharap hanya Allah, kalau kita
punya harapan kepada selain Allah ini namanya tidak adab kepada Allah Swt.
Bukankah Allah itu Maha Kaya dan Maha Kuasa, padahal Allah Swt sudah menyuruh
kita minta kepada Nya,kok mintanya atau berharapnya kepada selain Allah, ini
namanya tidak punya adab. Bagaiamana seorang anak punya orang tua yang sayang
pada dia dan kaya raya, tetapi si anak ini malah minta-minta, mengemis, kepada
tetangganya yang miskin lagi. Maka marahlah si orang tua : “Anak kurang ajar
(dijewer si anak), kamu ini bukannya minta padaku malah minta pada orang lain,
bukankah ayahmu ini banyak uang dan sayang padamu, kenapa malah minta ke
tetangga yang miskin. Bikin malu orang tua saja !” Maka orang tua yang
mendapatkan anaknya berlaku demikian akan marah kepada si anak karena
mengemis-ngemis kepada orang lain dibanding meminta kepada orang tuanya. Jadi
seorang hamba yang meminta kepada selain Allah Swt ini merupakan kesalahan yang
besar. Tetapi kebanyakan manusia tidak menganggap ini suatu
kesalahan.
Begitu juga dengan rasa takut kepada selain
Allah Swt, ini juga merupakan kesalahan yang besar, padahal selain Allah ini
tidak bisa berbuat apa-apa, tanpa kehendak Allah Swt. Seseorang tahu bahwa dia
dilihat oleh Allah Swt, di dengar oleh Allah Swt, tapi takutnya malah kepada
selain Allah, ini namanya tidak punya akhlaq kepada Allah Swt. Jadi jangan
menggantungkan harapan kepada selain Allah, jangan kita takuti selain Allah,
berharap dan takut hanya kepada Allah saja, inilah sikapnya orang beriman. Malu
jika berharap kepada selain Allah, malu kalau sampai takut kepada selian Allah.
Syaidina Abdullah Ibnu Umar RA ketika memegang kepala singa berkata : “Saya malu
kalau saya takut kepada selain Allah.” Maka kita luruskan keyakinan kita kepada
Allah, sehingga kita senantiasa dalam setiap keadaan dapat tawajjuh kepada Allah
Swt. Kerja Dakwah ini sangat berhajat kepada ketawajuhan kita terhadap Allah
Swt. Semua kerja perlu tawajjuh kepada Allah Swt karena kita ini tidak dapat
melakukan apa-apa tanpa pertolongan Allah Swt. Da’i ini hakekatnya kata masyeikh kita
wajahnya menghadap mahluk, tapi hatinya hanya menghadap kepada Allah Swt.
Da’i ini dzohirnya mengetuk
pintu-pintu rumah, tapi hakekatnya sedang mengetuk-ngetuk pintu hidayah Allah
Swt.
Ketika Rasullullah Saw memegang baju umar lalu
mengatakan : “Wahai umar apakah kamu tidak akan jera-jera untuk berada dalam
kekufuran sampai datang murka Allah kepada kamu ? Ya Allah berikanlah hidayah
kepada Umar.” Lalu Umar RA langsung mengucapkan, “Ashadu alla illaha illallah wa
ash hadu anna Muhammadar rosullullah.”
Setiap orang bertanya ini kiatnya bagaimana
agar bisa mengeluarkan rombongan-rombongan untuk keluar dijalan Allah. Mudah
saja, andaikata kita selalu dalam keadaan Tawajjuh kepada Allah Swt, sehingga
Allah berkenan menyelesaikan masalah kita, maka semua masalah akan selesai.
Kesulitan apa saja, andaikan kita mau tawajjuh kepada Allah, Tawakkal kepada
Allah Swt, nanti Allah akan selesaikan masalah kita.
Nabi Musa AS menghadapi masalah di depannya
ada lautan, sedangkan di belakang ada pasukan Firaun yang siap membantai Nabi
Musa AS dan Bani Israil. Semua orang ketika itu dalam ketakutan dan berputus
asa. Nabi Musa AS mengajarkan kepada kita kiat menyelesaikan masalah. Apa itu ?
yaitu Tawajjuh kepada Allah Swt :
“Innama iyya Robbi sayahdeen” : “Tuhanku
bersamaku” dia akan memberi petunjuk kepadaku.
Akhirnya selesai masalah. Begitu pula apa yang
di contohkan oleh Nabi Ibrahim AS dalam menyelesaikan masalah yaitu ketika
menghadapi Namruts Laknatullah Alaih dengan pasukan-pasukannya. Bagaimana Nabi
Ibrahim menyelesaikan masalah yaitu dengan Tawajjuh kepada Allah :
“Hasbunallah” : “Cukup Allah saja sebagai
penolongku”
Akhirnya datang penolongan Allah Swt. Begitu
juga junjungan kita Nabi Saw, ketika menghadapi masalah, dikejar-kejar orang
kafir Quraish hendak dibunuh, yaitu tawajjuh kepada Allah Swt :
“Innalloha Ma ana” : “Allah bersama
kita”
Akhirnya datang pertolongan Allah Swt. Begitu
juga para sahabat RA dalam menghadapi masalah yaitu dengan Tawajjuh kepada Allah
Swt, maka semua masalah mereka Allah selesaikan. Jadi untuk menyelesaikan
masalah yang ada tidak ada jalan selain Tawajjuh kepada Allah, tambah tawakkal,
tambah takut kepada Allah, dan tambah harap hanya kepada Allah. Inilah
satu-satunya dalam menyelesaikan masalah.
Kisah :
Seorang ulama ber doa terus berdoa, maka
setiap berdoa keluar kata-kata, “Doa kamu tidak diterima.” Dia terus berdoa
lagi, maka tetap keluar kata-kata seperti itu, “Doa kamu tidak diterima.”
Walaupun keluar kata-kata seperti itu dia tetap terus berdoa. Sangking seringnya
keluar kata-kata seperti itu, sampai-sampai muridnya bisa mendengarkan suara
tersebut. Maka suatu ketika pergilah ulama untuk melaksanakan Haji, lalu
berdoalah dia di depan kabah bersama murid-muridnya. Namun tetap saja setiap
kali berdoa didepan ka’bah,
maka suara itu tetap mengatakan, “Do’a kamu tidak diterima.”
Akhirnya si murid nya berkata : “Wahai syekh,
setiap kali anda berdoa, selalu keluar suara seperti itu, “doa kamu tidak
diterima”, tapi kenapa syekh tetap terus berdoanya.”
Si ulama tadi berkata : “Kamu tahu sudah
berapa lama aku mendengarkan suara seperti itu ?”
si murid bilang : “Tidak tahu.”
Si ulama tadi mengatakan : “Aku sudah
mendengarkan suara itu selama 40 tahun. Setiap saya doa musti keluar suara
seperti ini, “Doa kamu tidak diterima” ?”
Lalu si murid menanyakan : “Kenapa tetap
berdoa kalau keadaannya seperti itu ?”
Si ulama itu mengatakan : “Kalaupun Allah Swt
menolak doa saya sejuta kali, maka saya akan balik lagi untuk berdoa lagi sejuta
kali, habis siapa yang bisa mengabulkan doa saya selain Allah Swt. siapa yang
bisa menolong saya selain Allah ? kalau doa saya ditolak, maka saya akan balik
lagi berdoa. Ditolak lagi, saya balik lagi berdoa, saya akan berbuat terus
seperti itu. Ini karena saya mau cari siapa, tidak ada lagi tuhan selain Allah.
Siapa lagi yang bisa memperkenankan doa saya selain Allah ? Ada tuhan mana lagi
selain Allah ?”
Setelah targhib yang ulama berikan ini kepada
muridnya, tiba-tiba keluar suara tersebut, “Sekarang doa kamu sudah
diterima.”
Maka kita tawajjuh terus kepada Allah, doa
terus kepada Allah, jangan putus asa. Cerita ini didukung oleh suatu hadits
:
“Tidak henti-hentinya seorang hamba itu
mengucapkan, “Ya Allah….. Ya Allah….” Akhirnya diterima juga.” ( Mahfum Hadits
)
Jadi tidak cukup sekali berdoa itu. Doa lagi,
“Maza’ala”, terus
do’a lagi, “La ya zallu”,
tidak henti henti. Sampai akhirnya diterima juga doanya oleh Allah Swt. Inilah
hakekat usaha kita. Usaha kita ini bukan untuk banyak-banyakan orang, tapi
bagaimana mempunyai hubungan benar dengan Allah.
“Barangsiapa yang mendapatkan Allah maka dia
telah mendapatkan segala-galanya. Barangsiapa yang telah kehilangan Allah, dia
telah kehilangan segala-galanya.”
Allahlah penguasa segalanya, pembuat keputusan
atas segala sesuatu, maka barangsiapa yang mendapatkan Allah, maka dia telah
mendapatkan segalanya. Inilah pentingnya kenapa kita harus punya hubungan baik
dengan Allah Swt, karena barangsiapa yang telah kehilangan Allah, hakekatnya dia
telah kehilangan segala-galanya. Inilah Targhib yang diberikan oleh Syeikh Abdul
Wahab ketika datang di jakarta 2008 kemarin, dari waktu isya sampai makan jam 11
malam, hanya ini intinya diulang-ulang oleh beliau. Inilah bekal kerja agama,
tawajjuh kepada Allah, doa siang dan malam kepada Allah.
Setelah kita Tawajjuh kepada Allah, maka
langkah yang kedua adalah bagaimana kita menyibukkan diri kita dalam
perintah-perintah Allah. Nabi Saw katakan dalam hadits qudsi :
“Ma taqoroba ilaiya abdi fi mislih ma
tarobtuhu alaih”
“Tidak ada cara untuk mendekatkan diri kepada
Allah melebihi amalan-amalan fardhu.” :
- Jaga Sholat Wajib
- Jaga Puasa
- Jaga Zakat
- Jaga Haji bagi yang mampu
Beli rumah 100 juta mampu kok haji tidak mampu
? beli mobil 50 juta mampu tapi haji kok tidak mampu ? ini bukan tidak mampu
namanya, tapi tidak mau. Jadi amalan-amalan fardhu harus dijaga. Bahkan menurut
Imam Al Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddeen jilid satu yang termasuk harus di
jaga adalah Dakwah, karena fardhu ‘Ain.
Pemikiran Imam Ghazali di Kitab Ihya Ulumuddin
terhadap Dakwah :
Imam Ghazali katakan zaman ini adalah zaman
kebanyakan manusia sudah lalai kepada Allah. Ini beliau katakan 500 tahun
hijriah, dimana wali-wali masih dimana-mana. Maka di zaman ini kalau kita tidak
datang ke rumah-rumah menemui setiap orang, bagaimana mereka mau ingat kepada
Allah. Maka hari ini adalah fardhu ‘Ain untuk
setiap orang bergerak menemui setiap orang mengingatkan mereka kepada
Allah.
Jadi pemikiran tentang Dakwah itu adalah
penting ini bukan hanya dari satu ulama saja, seperti Syeikh Ilyas Rah.A saja,
tetapi juga imam Ghazali, bahkan sampai ke Rasullullah SAW sekalipun. Namun
alangkah sedikitnya manusia yang memperhatikan perkara ini. Padahal tidak ada
cara untuk mendekatkan diri kepada Allah melebihi daripada mengerjakan amal-amal
fardhu.
Dan tidak henti-hentinya seorang hamba
mengerjakan amal-amal sunnah ( bukan sekali saja tapi secara terus menerus, dari
: Sholat Sunnah, Puasa Sunnah, Dzikir harian, bacaan Quran, sodaqoh, secara
terus menerus ), akhirnya dicintai oleh Allah Swt. Jaman dulu waktu baru pertama
kali keluar 3 hari maka semangat bahkan diulang-ulang adab tidur, adab makan,
dan adab masuk mesjid, tetapi sesudah jadi orang lama tidak dipraktekkan lagi,
tidak di mudzakarohkan lagi, bosan katanya, tidak perlu adab tidur lagi dan
tidak perlu adab makan lagi. Ini namanya pensiun dari mengamalkan sunnah Nabi
Saw.
Apabila seseorang sudah dicintai oleh Allah
Swt, maka Allah akan memberkati matanya, memberkati mulutnya, memberkati
tangannya, memberkati seluruh kehidupan orang tersebut, seperti para sahabat RA.
Umar RA ini seorang khalifah seperti kita tangannya hanya dua saja, namun dari
tangan yang Allah berkati ini mampu mengatur seluruh manusia dari ujung ke ujung
dunia. Ini namanya Barokah dalam pengaturan dari Allah Swt. Bagi umar cukup
berteriak dari madinah sambil mengayunkan tangannya, pasukannya yang sedang
berperang ribuan killometer dari madinah mampu mendengar perintah Umar RA. Namun
lihat kita hari bagaimana keadaan kita begitu jauh dari umar RA, mengatur satu
mahalah saja tidak becus. Masya Allah, Allahu Akbar.
Inilah keadaan kita hari ini kurang Barokah
dari Allah Swt. Kenapa ? ini karena kita tidak menjaga daripada amal-amal sunnah
kita dengan sungguh-sungguh. Kita harus menjaga dengan sungguh-sungguh dari amal
sunnah yang dzohir dan yang bathin. Amal-amal dzohir seperti sunnah makan,
sunnah tidur. Sedangkan amal bathin ini seperti sunah-sunnah dari akhlaq
rasullullah SAW seperti memaafkan orang. Nabi SAW sifatnya itu senantiasa
memaafkan orang. Orang semakin berbuat jahil kepada Nabi SAW, maka Nabi SAW
semakin berbuat baik, semakin lembut kepada orang itu. Keburukan dibalas dengan
kebaikan, ini merupakan sifat Nabi SAW yang disebutkan dalam kitab Taurat
sebagai Nabi Akhir jaman. Inilah yang namanya Akhlaq sunnah memaafkan, sementara
kalo kita ini temen berbuat salah kita inget-inget terus, sementara kita tidak
pernah inget kebaikan-kebaikannya. Ini namanya bukan Akhlaq sunnah. Akhlaq
sunnah itu kita senantiasa melihat kebaikan orang, dan jangan melihat
keburukannya. Inilah akhir zaman, jangan kita ini menuntut teman kita ini
berlebih-lebihan, lihatlah kebaikan-kebaikannya. Dengan cara ini maka akan
timbul kasih sayang satu sama lain dan kesatuan hati, inilah asbab terbaik
turunnya pertolongan Allah. Umat ini jika sudah tidak satu hati, walaupun
dipimpin oleh cucu Nabi SAW, namun karena umat dalam keadaan tidak rukun,
dipimpin oleh oleh sealim-alimnya manusia, ummat tidak bisa jalan alias tidak
berfungsi alias kacau balau. Seperti mobil yang sudah bobrok, walaupun
didatangkan supir ahli, seorang pembalap kaliber dunia, ini sama aja tidak akan
bisa jalan. Jadi kalau mobil bobrok, supir jepang yang ahli dengan supir dari
jawa, ya sama aja. Namun kalau mobil bagus dan baik kondisinya, tidak perlu
supir dari jepang, supir dari temboro aja bisa jalan mobil tersebut dengan baik.
Intinya kita ini jangan suka menyalah-nyalahkan orang, contoh : gara-gara si
anu kerja ini jadi gak bisa jalan, gara-gara dialah kerja ini buntu. Di fikiran
orang seperti ini yang ada hanyalah “Saya risau dengan dia ini”, kenapa dia
tidak risau pada dirinya sendiri dulu (sibuk merisaukan orang lain tapi tidak
risau sama diri sendiri).
Nabi SAW bersabda :
“Man khola khalaqannas fa huwa ahlaquhum au
ahlaqahum” artinya : “Barangsiapa yang mengatakan bahwa manusia sudah rusak,
maka dia inilah yang paling rusak”.
Menurut Ulama makna dari hadits ini ada 2
:
- Dianya yang rusak
- Dia jadi asbab rusaknya orang lain ( dianya yang merusak orang lain )
Jadi sebagai Da’i itu harus lihat kebaikan-kebaikan
orang, akhirnya melihat orang itu seneng. Walaupun hanya 1 temen dia akan merasa
senang, dia syukurin pertemanannya dengan satu orang ini. Akhirnya asbab
syukurnya ini Allah Swt tambah temannya. Tambah satu teman, disyukurin lagi,
pandang kebaikannya lagi, disayang lagi, akhirnya Allah Swt tambah temannya lagi
terus hingga temannya menjadi banyak. Beda dengan jika banyak teman tidak
disyukurin, dimarahin terus temannya, prasangka buruk terus, dilihat
keburukannya aja, lama-kelamaan temannya meninggalkannya, hingga dia tidak punya
teman. Teman ini walaupun dia tidak mau ditaskil atau berbeda pandangan dengan
kita, minimal dia seorang islam ini sudah mencukupi fadhilahnya. Jika kita
bertemu mengucapkan salam, itupun kita dapat pahala. Kita bersalaman, dosa-dosa
kita berguguran. Apalagi kalau dia mau diajak keluar di jalan Allah maka akan
bertambah-tambah lagi fadhilahnya. Inilah Akhlaq Nabi SAW, sunnah didalam
Akhlaq, yaitu suka memaafkan dan memandang kebaikan orang lain. Maka akhirnya
dimana-mana bicara kebaikan, sehingga kebaikan dimana-mana tersebar.
Syech Abdul Wahab katakan :
“Da’i ini juka sudah mudzakaroh mengenai kelemahan atau aib temannya
maka ini akan menyebabkan kerja ini menjadi lemah.”
Maulana Umar Rah.A cerita :
Ada suatu rombongan dari suatu negeri datang
ke masyeikh untuk membeberkan kekurangan dan kelemahan syuro di negerinya.
Setiap orang di rincikan masalah dan kekurangan mereka. Sehingga Maulana Umar
bertanya, “Kenapa nama kamu tidak ditulis disini ? apakah kamu tidak punya
kelemahan, tidak punya ya ?” jangan kamu lihat kelemahan orang-orang itu
sehingga kamu tidak akan bisa kerja sama. Akibatnya kerja dakwah ini akan
terhenti. Lihatlah kebaikan-kebaikan mereka.”
Cerita ulama jaman dulu :
“Dulu ada kisah seorang bernama si fulan. Si
fulan ini setiap ketemu orang langsung mencium bau busuk dan mencibirnya. Di
rumahnya dia ketemu istrinya marah dia bilang istrinya ini bau busuk sekali.
Ketemu ayahnya marah, dia bilang kok bau busuk sekali. Lalu ke mesjid begitu
juga, ketemu ulama dia bilang ini ulama kok bau busuk sekali. Kemana-mana pergi
dia marah-marah bilang semua orang busuk. Sehingga akhirnya datanglah seorang
temannya menasehatinya untuk tidak seperti itu. Lalu si fulan katakan, “Ya
memang keadaannya seperti itu semua orang bau busuk.” Teman nya bilang jangan
seperti itu, bau busuk itu dikarenakan di hidung kamu itu ada kotoran tai ayam
nempel di dalam hidung kamu. Terkejut dia mendengarnya dia langsung pulang
membersihkan hidungnya. Setelah dibersihkan hidungnya, diberi pembersih dan
pewangi, sehingga kini dia ketemu istrinya kok jadi wangi, begitu juga ketemu
ayahnya, ketemu ulama di mesjid juga begitu, semua orang jadi wangi. Akhirnya
dia sadar rupanya selama ini yang bermasalah itu hidungnya.”
Inilah gambaran bagaimana orang jaman dulu
memberi nasehat yah seperti ini penuh dengan hikmah. Jadi ketika menuduh orang
lain buruk atau melihat keburukan orang lain, sesungguhnya itu sebenarnya datang
dari keburukan diri sendiri. Orang baik itu ya ngeliat apa aja ya baik saja. Ada
laki perempuan sedang berjalan, maka orang baik ini akan memandang “Wah ini
suami isteri mesra sekali.” Tetapi kalau orang buruk dia akan memandang, “Wah
ini pasti mau zina mereka”. Jadi kalau orang baik itu melihat suatu perkara ya
baik aja, sehingga yang datang yang baik-baik sama dia. Kita tidak akan bisa
buat usaha dakwah kecuali dengan melihat kebaikan orang. Kalau ini bisa
dilakukan, maka orang seperti ini hanya akan melihat kebaikan pada orang atau
ummat, sehingga dia jatuh cinta pada ummat, sayang kepada ummat, dan mau usaha
atas ummat. Inilah akhlaq Rasullullah SAW. Walaupun sudah diperlakukan
sedemikian rupa oleh abu jahal, tapi beliau masih berharap keislamannya.
Sebagaimana umar ketika masih membenci islam habis-habisan, tapi Nabi SAW masih
berharap keislamannya Umar RA, “Ya Allah kuatkan islam dengan islamnya Umar ibn
Khottob”.
Jadi tidak hentinya seseorang itu secara terus
menerus mencintai dan mengamalkan sunnah Nabi SAW, sehingga dia dicintai Allah
Swt. Jika Allah Swt sudah mencintai hambanya maka kehidupannya akan diberkati.
Pembicaraannya, tangannya, matanya, kakinya, perdagangannya, semua diberkati
oleh Allah Swt. Seorang kalau sudah diberkati oelh Allah walaupun usahanya yang
kelihatan hanya sedikit tetapi hasilnya bisa besar. Seperti Ali RA ketika dia
sedang mengumpulkan kabilah Hamadan di yaman, beliau hanya bicara 5 menit saja,
“Saya di utus oleh Rasullullah SAW untuk mengajak kalian semua masuk islam.”
Mendengar pembicaraan Ali yang sedikit ini langsung satu suku semuanya masuk
islam padahal belum dijelaskan tentang islam dan aturannya bagaimana. Ini asbab
kata-kata Sayidina Ali RA ini betul-betul diberkati oleh Allah Swt. Sehingga
sangking gembiranya sayidina Ali membuat syair, “Seumpama saya ini sebagai juru
kunci surga, maka nanti orang yaman ini saya masukan surga duluan, karena orang
yaman ini di taskil sangat gampang.” Jadi amal-amal infirodhi kita ini sangat
penting sehingga amal ijtimai kita diberkati oleh Allah Swt. Sehingga Allah
katakan :
- Jika dia berdoa kepadaKu pasti akan Aku berikan
- Jika dia mohon perlindungan kepada Ku pasti akan saya lindungi
Ini jika orang sudah mengerjakan sunnah dijaga
secara terus menerus, sunnah dalam akhlaq, sunnah dalam ibadat. Para Masyeikh
kita amalan-amalan sunnah ini dijaga luar biasa. Saya membaca sejarah kehidupan
Hadratji Innamul Hasan yang ditulis oleh Maulana Syahid di pesantren Deoband
India. Beliau katakan bahwa syekh Innamul Hasan ini sehari membaca Quran ini 15
Juz, maka dalam 2 hari pasti khattam. Dzikirnya tiap hari 70.000 lafadz,
duduknya 4 jam khusus untuk dzikir setiap harinya. Padahal kesibukan beliau
dalam dakwah, mengajar, khidmat, ini luar biasa sekali tetapi masih sempat untuk
istiqomah dalam amalan infirodhi. Walaupun dengan kesibukan beliau yang luar
biasa, namun tetap amal-amal infirodhinya, amalan pribadi, terjaga secara
istiqomah sehingga kerja-kerja beliau yang secara ijtimai ini diberkati. Ini
sebetulnya bukan perkara yang aneh, karena Nabi SAW juga seperti itu bahkan
diberitakan di dalam Al Quran, bagaimana Tahajjudnya Nabi SAW separuh malam.
Jika Malam itu adalah 12 jam maka tahajjudnya Nabi SAW ini minimum 4 jam dan
kebanyakan 6 jam. Maka orang-orang yang menjaga amalan-amalan seperti inilah
yang digunakan Allah untuk kerja-kerja besar.
Dalam Suatu Hadits dikatakan :
“Apabila Allah sudah mencintai seseorang, maka
Allah akan panggil Jibril untuk mengumumkan, “Hai Jibril Aku sudah mencintai si
fulan maka cintailah dia”. Lalu Jibril akan mengumumkan kepada penduduk langit
(seluruh malaikat) , “Hai para penduduk langit Allah mengatakan bahwa Allah
sudah mencintai si fulan maka cintailah dia. Jika penduduk langit sudah
mencintai dia, maka penduduk bumipun akan mencintai dia.”
Sekarang kita balikkan kenapa orang-orang
mahalah ini susah kita temuin, jika kita datangin malah terusik dan terganggu.
Ini mungkin karena penduduk langit belum mencintai kita, kenapa ? mungkin karena
kita kebanyakan tidur, tidak menjaga dari pada amalan sunnah dan amalan
infirodhi (pribadi/sendirian) kita. Ini karena penduduk langit tidak ada yang
tidur, sehingga mereka melihat kita ini bosen, tidur melulu : Taklim tidur,
Bayan tidur, penanggung jawab lagi, bagaimana ini ?
Jadi manusia ini jika sudah dicintai oleh ahli
langit maka dia akan dicintai oleh ahli bumi. Kalau orang itu sudah dicintai
oleh ahli langit, maka mengajak orang kepada kebaikan itu mudah, ditaskil itu
mudah. Maka bagaimana kita ini senantiasa dalam kerja agama ini arahnya itu
mempercantik amalan kita di hadapan Allah Swt.
Syekh Maulana Ilyas Rah.A. katakan
:
“Yang saya khawatirkan nanti akan terjadi
dimana orang itu seperti usaha agama, namun disisi Allah tidak sedang usaha
agama. Mengapa bisa begitu ? ini karena maksud usaha agama ini bagaimana diri
kita ini sifatnya tambah baik, yakinnya tambah kuat, ketaatannya pada Allah Swt
meningkat, kecintaannya kepada sunnah semakin bertambah, sholatnya makin khusyu,
ilmunya semakin bertambah, inilah maksud usaha agama. Tapi hari ini orang usaha
agama hanya untuk orang lain saja bukan untuk diri sendiri. Inilah yang dimaksud
kita disisi manusia terlihat seperti usaha agama tetapi disisi Allah bukan
sedang usaha agama.”
Kargozari Nizamuddin :
Suatu Jemaah pulang ke markaz Nizammuddin lalu
buat kargozari dihadapan masyeikh. Mereka bilang alhamdullillah kita sudah
keluar 4 bulan, mesjid yang kami datangin ada sekian, mesjid yang meningkat
amalan maqominya sekian, jemaah yang keluar banyak sekali. Lalu hadratji Inamul
hasan katakan ini yang kalian kargozari baru sifat yang ke enam, yaitu dakwah wa
tabligh, tapi bagaimana kargozari lima sifat yang lain ? bagaimana peningkatan
keyakinan kalian kepada Allah, bagaimana amalan sunnah kalian, bagaimana
peningkatan qualitas sholat kalian, bagaimana peningkatan ilmu dan dzikir
kalian, bagaimana khidmat kalian kepada sesama saudara kalian, bagaimana taklim
kalian, bagaimana akhlaq kalian ? kok kargozarinya hanya yang ke enam
saja.
Maka hari ini kita usaha agama Hakikatnya
hanya satu saja yaitu untuk mendekatkan diri kita kepada Allah, untuk
mendapatkan Ridho Allah, bukan untuk mencari yang lain. Caranya sejauh mana kita
bisa menjaga daripada sunnah-sunnah Nabi SAW, sejauhmana kita mempunyai
sifat-sifat yang dicintai Allah Swt, sejauhmana kita bisa taat kepada Allah Swt.
Ulama katakan jika kita ini sudah memiliki sifat taat ini, setiap kerjanya jadi
barokah. Seperti Nabi Musa AS kerjanya sederhana saja menggiring kambing dengan
tongkat, mengambil buah-buahan dengan tongkatnya, namun asbab ketaatan jadi
barokah, sekali memungkulkan tongkat kelautan menyelesaikan seluruh masalah.
lautan bisa taat pada tongkat Musa, namun hakekatnya adalah tongkat musa ini
dipukulkan atas dasar perintah Allah Swt. Ini karena Nabi Musa ini kerja
berdasarkan ketaatan kepada Allah Swt hingga semua kerjanya jadi
Baroqah.
Seorang sahabat diperintah Nabi Saw dalam
suatu perjalanan, ketika itu Nabi SAW sedang mau buang hajat. Nabi SAW
perintahkan sahabat ini untuk datang kepada pohon, mentaskil pohon, untuk datang
kepada Nabi SAW sebagai penghalang agar tidak terlihat. Ini ajaib perintahnya,
yaitu mentaskil pohon, kita mentaskil orang saja susahnya setengah mati, ini
pohon disuruh taskil. Sahabat ini langsung datang ke pohon tadi, “Hai pohon kamu
dipanggil oleh Rasullullah Saw.” Namun asbab ketaatan, pohon ini langsung datang
kepada Nabi SAW, berjalan seakan-akan mempunyai kaki. Sampai di Rasullullah SAW,
lalu dperintahkan, “Berbarislah kalian seperti satir, sebagai penutup.” Maka
pohon-pohon tersebut langsung berbaris seperti penutup. Setelah buang air,
Rasullullah SAW perintahkan sahabat untuk memerintahkan pohon tadi kembali ke
tempat semula, maka pohon-pohon tersebutpun kembali ketempat semula. Kisah ini
ditulis oleh Iman Suyuthi dalam Kitab Khottho. Inilah kalau seseorang punya
sifat taat ini jangankan manusia, pohonpun bisa ditaskil. Beda sama orang yang
suka ngengkel (keras/suka
bantah), belum apa-apa sudah merasa sok pinter, malah menentang. Di taskil
malah, melihat keburukan orang lain dan membanggakan diri sendiri. Kalau tidak
paham ini jangan serta merta menentang, dengar dulu, pelajari dulu, lihat dulu,
keluar dulu. Jadi kalau paham jangan langsung menentang, nanti seumur hidup
tidak paham terus. Seperti pohon tadi apa bisa mendengar dia, tapi sahabat tadi
taat saja, sehingga Allah tampakkan kekuatan dari mengamalkan perintah
Rasullullah Saw. Ini karena perinath Rasullullah ini adalah perintah Allah Swt,
Rasullullah ini dibawah bimbingan dan arahan Allah Swt, setiap geriknya atas
dasar perintah Allah Swt.
Allah yang berkuasa menciptakan apa saja dan
Allah berkuasa memerintahkan apa saja dan siapa saja. Allah kuasa memerintahkan
pohon yang tidak bisa mendengar jadi mendengar, Allah kuasa menjadikan manusia
yang mendengar jadi tuli. Allah berkuasa berbuat apa saja yang Allah mau. Inilah
fadhilah sifat taat dan sifat sabar. Dikatakan dalam Al Quran, orang yang akan
dipilih oleh Allah sebagai Imam hidayah adalah orang yang memiliki sifat sabar
dan sifat yaqin. Yakin tanpa sabar tidak akan diterima, begitu juga sabar tapi
tidak yakin, tidak akan diterima.
Sabar :
- Sabar dalam ketaatan
- Sabar dalam menghindari yang di larang Allah
- Sabar dalam menghadapi ujian-ujian
Ujian untuk dai ini macam-macam :
- Ujian dari orang Kafir ( paling ringan )
- Ujian dari orang islam
- Ujian dari teman sendiri
- Ujian dari pimpinan (paling berat)
Inilah kata Nabi SAW :
“Nanti akan datang pimpinan-pimpinan yang
tidak akan menyenangka hati kalian, sabarlah, nanti aku akan tunggu kamu di
telaga Kautsar.”
Orang yang dipimpin oleh seorang pemimpin yang
tidak menyenangkan tapi sabar, ini nantinya akan ditunggu Nabi Saw di telaga
Kautsar. Kalau dipimpin sama orang yang menyangkan ini mudah, tapi kalau
dipimpin sama orang yang tidak menyenangkan ini mujahaddahnya. Maunya dipimpin
sama orang seperti ini dan begini, akhirnya kecewa tidak dapet pemimpin yang
seperti itu. “Ya sudah tidak usah ikut dakwah saja.” Begini jadinya kalau
kecewa. Makanya kita ini harus sabar.
Makanya Syekh Abdul Wahab Assyakroni dalam
kitabnya mengatakan :
“Barangsiapa dalam usaha agama dicaci maki
orang dia sabar, ikhlas, ridho, tidak marah, maka sebentar lagi dia akan
diangkat Allah sebagai Imam Hidayah.”
Jadi untuk diangkat sebagai Imam Hidayah ini
banyak, salah satunya jika dicaci maki orang kita harus sabar dan ikhlas. Fikir
kita harus, memang salah saya ini banyak, lebih banyak dari yang orang katakan
itu.
Sayidina Abu Bakar RA pernah dicaci maki lama
sekali oleh seseorang tapi diam saja. Setelah sekian lama dicaci maki akhirnya
orang itu terdiam, lalu Abu Bakar RA berkata, “Wahai saudara ku sesungguhnya apa
yang kamu ketahui itu dari kesalahan saya, itu baru sebagian kecil saja
kesalahanku, itu saja kamu sudah marah seperti itu, bagaimana jika kamu tahu
semua kesalahan saya.” Akhirnya yang mencaci maki ini malu, diam, berhenti
sendiri tidak melanjutkan.
Sayyidina Hasan RA ibnu Ali RA dicaci maki
seseorang habis-habisan, padahal yang dicaci maki ini adalah cucu Nabi SAW, yang
menurut riwayat adalah pimpinan ahli sorga, dia diam saja, dan di dengarkan saja
cacian itu. Setelah letih bicara yang mencaci tadi, lalu ganti Imam Hasan yang
bicara, “Wahai saudaraku andaikata apa yang kamu bicarakan tadi benar, semoga
Allah memaafkan saya, dan jika apa yang kamu bicarakan tadi tidak benar, semoga
Allah memaafkan kamu.” Beginilah cara menyelesaikan masalah, mudah saja.
Sayyidina Hasan RA ini adalah orang yang tidak pernah emosi. Sikapnya Dai harus
seperti ini. Bahkan Nabi SAW memuji sayyidina hasan ini sebagai pimpinan, Allah
akan mempersatukan dengan cucu saya golongan-golongan dari orang islam. Inilah
Akhlaq, kesabaran. Jika dai ini bisa bersikap seperti ini maka :
“Innaloha Maa Sobirin” : Allah bersama
orang-orang yang sabar.
Beres sudah seluruh masalah jika Allah bersama
kita. Sabar yang tertinggi kata Maulana Saad adalah menutup mulut jangan ngomong
kejelekan teman. Kelihatannya seperti Mudzakaroh ternyata menggunjing teman,
astaghfirullah. Kalau orang maksiat ditempat maksiat ini sangat buruk, tapi
kalau orang maksiat bukan ditempat maksiat ditempat ketaatan yaitu di mesjid,
dalam forum dakwah, bahkan dilakukan setiap hari lagi, ini lebih buruk lagi, apa
itu ? menggunjing orang di mesjid. Kata Imam Ghozali itu menggunjing orang
caranya macam-macam, ada yang sudah berpengalaman menggunjing orang dengan cara
yang halus sekali.
Contoh : “Bagaimana keadaan si fulan”
jawabnya, “Doakan saja yah pak dia.”
Ini walaupun kata-katanya baik, tapi orang
sudah paham kejelekan atau kekurangan orang yang dimaksud. Dia tidak
menjelek-jelekkan tapi dengan kata-kata orang sudah paham. Kata Imam Ghazali
gunjingan yang seperti ini lebih berbahaya. Ulama katakan orang yang suka
menggunjing doa-doanya tidak makbul, karena mulutnya bau disisi allah asbab suka
menggunjing. Jangan kita suka menggunjing orang, lihatlah kebaikan orang, karena
kerja kita ini mengurus orang, sehingga setannya banyak yang mau menghancurkan
amal kita. Setan usaha bagaimana amal-amal yang sudah kita kerjakan ini jadi
hangus, tidak diterima oleh Allah asbab kita menggunjingkan kawan kita. Perasaan
kita sudah keluar 4 bulan, satu tahun, tapi ini hanya data tim taskyl, ternyata
disisi Allah sudah hangus semua. Kenapa ? karena suka menggunjing orang. Keluar
sudah tahun tapi di buku malaikat yang tertulis hanya 3 hari, sisanya hangus,
makin menggunjing lagi, dibuku malaikat berubah lagi statusnya menjadi belum
keluar, degradasi lagi, karena apa menggunjing tadi. Seperti orang yang
menyimpan uang tiap hari, setelah sekian lama, perasaannya sudah seperti orang
kaya, tapi ternyata setelah tabungannya di buka, uangnya hilang semua sudah
dimakan rayap, bagaimana perasaannya ? dia akan terkejuk. Nah bagaimana dengan
kita yang sudah buat usaha agama sekian lama, pengorbanan sudah habis-habisan,
tapi karena kita doyannya menggunjing orang, mengadu domba orang, begitu kita
menghadap Allah ternyata amal-amal tersebut sudah hangus semua, karena
kedzaliman kita sendiri.
Hadits Nabi SAW :
“Tidak akan masuk sorga orang mengadu
domba”
Jadi satu perkataan yang dapat membuat orang
bercerai berai atau berpecah belah dapat membuat seseorang tidak dapat masuk
surga. Jadi yang harus kita lakukan itu sebaliknya, Nabi Saw katakan walaupun
kamu bohong tapi untuk mendamaikan atau menyatukan orang ini tidak dosa. Jangan
sampai kita melakukan perbuatan atau berkata-kata yang dapat mengadu domba orang
atau memecah belah orang.
Ulama katakan :
- Orang yang memecah orang, dia sendiri akan pecah
- Orang yang merukunkan orang, dia sendiri akan rukun
- Orang yang menghormati orang, dia sendiri nanti Allah gerakkan orang menghormati dia
- Orang yang menghinakan orang dia sendiri nanti Allah gerakkan orang menghina dia
Dalam satu hadits yang diriwayat Hafidz bin
yathi mahfum :
“Barangsiapa yang mendengar temannya
dijelek-jelekkan lalu dia tidak membela, maka nanti Allah akan menggerakkan
orang menjelek-jelekkan dia dan tidak akan ada yang membela. Lalu Barangsiapa
yang mendengar temannya dijelek-jelekkan, sedangkan dia membela temannya, maka
nanti Allah akan datangkan orang yang membela dia ketika dia di
jelek-jelekkan.”
Nabi SAW mempunyai berjuta-juta kebaikan,
ilmunya yang paling tinggi, wajahnya yang paling ganteng, suaranya yang paling
merdu, phisiknya yang paling kuat, tetapi yang dipuji-puji oleh Allah Swt dalam
Al Quran adalah Akhlaqnya Nabi Saw :
“Fainnaka ala kullu khuluqin adzim” : kamu
punya budi pekerti yang agung
Seseorang yang mempunyai akhlaq yang baik ini
kata Nabi SAW, doa-doanya akan makbul. Seorang sahabat dikasih tau oleh Nabi
SAW, “Maukah kamu aku kasih tau amalan yang jika kamu kerjakan akan menyebabkan
doa-doamu akan makbul.” Sahabat jawab, “Tentu ya Rasullullah”. Nabi Saw jawab,
“Perbaikilah Akhlaqmu”. Saad bin abi waqash RA datang kepada Rasullullah untuk
meminta di doakan oleh Nabi Saw agar doa-doanya diterima oleh Allah Swt. Nabi
Saw katakan,”Wahai Saad makanlah yang baik (maksudnya yang betul-betul halal)
maka doa kamu nanti akan diterima oleh Allah Swt.” Oleh sebab itu doanya Saad
bin Abi Waqash RA ini sangat ijabah, langsung cash. Ada seorang buta datang
kepada saat untuk minta di doakan, sekali tiup mata orang buat itu langsung
sembuh dan bisa melihat, cash ijabah. Namun aneh Saad bin Abi Waqqash ini
lama-lama juga buta. Sahabat datang wahai saad kamu ini nyembuhin orang-orang
buat sehingga bisa melihat, sedangkan kamu sendiri jadi buta, kok tidak mau doa
kepada Allah agar bisa melihat. Buta ini yang bikin Allah, apa yang Allah Swt
bikin untuk saya, saya senang semua dan saya terima, maka saya tidak akan
meminta kepada Allah untuk melihat. Beginilah cintanya sahabat kepada Allah Swt,
apa yang allah sudah tetapkan diterima, ridho atas semua keputusn Allah bukan
yang baik saja tapi yang buruk juga. Inilah sifat-sifat yang harus kita miliki
dalam kerja dakwah ini. Nabi Saw diminta dakwah dalam suasana islah diri
:
“Ya ayyuhal mudatsir kum fa andzir wa rabbaka
fakabbir wasiya faka fathohir”
artinya : “Wahai orang yang berselimut,
bangkitlah dan berikanlah peringatan, hanya tuhan engkau yang kamu
besarkan,….”
Maksudnya apa ?
- Wahai orang berselimut, bangkitlah, beri peringatan. à ini tertib dakwah, bangkitlah untuk kerja dakwah dimulai dari diri sendiri, jangan menunggu orang.
- hanya tuhanmu lah yang kamu besarkan. Apa yang kita dakwahkan yaitu keagungan Allah. Jadi kita bicarakan kebesaran Allah dan keagungan Allah. Cerita nusrohtullah , pertolongan Allah. Jangan cerita yang menyebabkan orang putus harap kepada Allah Swt.
Contoh : Bagaimana ya tempat kami ini
karkunnya miskin-miskin, tidak ada tokoh-tokoh masyarakat. Bagaimana kita mau
bentuk jemaah ? sudah loyo tambah loyo lagi. Ini harus kita targhib. Kita memang
gak punya apa-apa, tidak punya uang, tidak punya mobil, tapi kita punya Allah
Swt, kita punya Rasullullah Saw, kita punya sholat. Sehingga timbul harapan
kepada Allah Swt
- Wasiya faka fathohir menurut sebagian ulama ini maksudnya senantiasa memperbaiki diri. Jadi dakwah dalam suasana memperbaiki diri.
Fadhilah Amal ini dibuat oleh seorang ulama
besar pada zamannya, seorang ahli hadits yaitu Maulana Zakaria Al Khandalawi.
Namun hari ini lucu banyak sekali orang mengkritik beliau. Padahal beliau ini
adalah ulama besar yang terlah membuat beratus-ratus kitab dari berbagai macam
bidang ilmu pada zamannya dan tersebar ke seluruh dunia. Beliau menulis kitab
nabanya Audhtul Masalik ini ada 20 jilid kitab hadist syarahnya muwattho imam
malik. Jadi beliau ini seorang pakar hadits, ini ada anak TK mau mengkoreksi
professor. Jadi pada zaman itu orang bangkitkan ulama-ulama khusus ahli hadits
ini kebanyakan dari India seperti Maulana Jusuf Al Khandalawi Rah. A, Hadratji
Innamul Hasan Rah.A. Jadi kitab Fadhilah Amal ini secara ilmiah sudah bisa
dipertanggung jawabkan, inilah rangkuman kitab-kitab hadits para
ulama.
Maulana Zuber bercerita dinasehati oleh
Maulana Zakaria Rah.A :
“Wahai zuber syarat orang agar bisa berhasil
dalam usaha dakwah ini adalah Tawadhu, merasa dirinya ini tidak punya apa-apa.
Hanya karena pertolongan Allah saja semua ini bisa terjadi. Tetapi ini zuber
tidak boleh hanya di mulut saja, saya ini lemah, saya ini fakir, tapi hatinya
saya ini hebat, saya ini karkun kuat, ahli mujahaddah, jangan yang seperti itu,
ini tidak akan diterima oleh Allah Swt. Tapi memang ditanamkan dalam hati kita
memang kita tidak punya apa-apa, hanya Allahlah yang punya
segalanya.”
Tawadhu sekaligus berharap kepada Allah Swt.
Inilah doanya Nabi Yunus AS, Tawajjuh kepada Allah Swt, dan menyalahkan diri
sendiri :
“La illaha illa anta subhanaka inni kuntum
minal dzolimin”
Kalau seorang Nabi dan seorang Rasul
mengatakan saya ini termasuk orang-orang dzolim, ini pengakuan doanya nabi yunus
AS. Seorang Nabi saja bisa merasa termasuk orang-orang yang dzolim, apalagi
kita. Kok bisa kita tidak bisa tidak merasa salah, “salah saya ini apa ?” begitu
katanya. Ya salah kamu ini ya karena tidak merasa salah. Nabi saja yang tidak
punya dosa aja merasa bersalah apalagi kita gudangnya dosa. Maka Nabi Yunus AS
tawajjuh kepada Allah Swt dan menyalahkan diri sendiri, baru pertolongan Allah
Swt turun. Semua masalah infirodhi Allah selesaikan yaitu keluar dari perut
ikan, dan masalah ijtimainya juga Allah bantu, yaitu 100 ribu orang lebih masuk
islam. Inilah berkat dai tawajjuh kepada Allah Swt dan menyalahkan diri sendiri,
ini tanda-tanda pertolongan Allah sudah dekat, orang-orang akan
berbinding-bondong masuk islam. Tawajjuh kepada Allah dan salahkan diri sendiri,
jangan menyalahkan orang lain salahkan saja diri sendiri. Ini salah saya, ini
yang bener.
Ketika jaman huru-hara di India banyak orang
dibunuhin, syekh Inamul hasan bertanya tentang keadaan saat itu kepada Syekh
Ahmad Lath. Mendengar cerita keadaan yang ada dari syekh ahmad lath, beliau,
hadratji inamul hasan menangis mendengarnya. Apa yang terlontar dari mulut
hadratji ketika itu, “ini semua salah saya sehingga keadaan menjadi seperti
ini.” Inilah sikap seorang dai, kemerosotan ummat ini terjadi semua karena salah
saya. Andaikata amalan rohaniat saya sudah benar, punya mujahadah yang benar,
punya pengorbanan yang benar, punya akhlaq yang benar, semestinya kerja dakwah
ini akan naik dan ummat tidak akan seperti sekarang. Inilah dai yang benar,
kemerosotan yang terjadi ini adalah kesalahan saya.
Nabi Isa AS katakan :
“Selagi orang itu masih menyalahkan orang
lain, dia tidak akan sampai kepada Allah Swt”
Maksudnya rohaniatnya tidak akan meningkat.
Tapi kalau oang sudah menyalahkan diri sendiri maka dengan sendirinya
rohaniatnya akan terus meningkat.
Di akhir zaman ini Rahmat Allah makin banyak
karena makin hari akhir jaman ini makin berat, tambah hari tambah berat. Namun
nilai amal juga tambah tinggi, tambah berat, makin tambah tinggi nilai amalnya.
Maka kerusakan-kerusakan di akhir jaman ini jangan sampai melemahkan kita, tapi
justru kita gunakan kesempatan ini untuk meningkatkan mujahaddah kita dan
pengorbanan kita. Insya Allah.
Sekarang Mari kita gunakan Taskil Cashnya Ahli
Badr, walaupun hatinya berat tapi tetap berangkat, ada masalah doa, inilah
sifatnya Ahli Badr. Sehingga pertolongan Allah bercurah-curah, Allah kirimkan
malaikat untuk menjaga mereka dan memenangkan mereka. Insya Allah.
Syekh Inamul Hasan berkata :
“Orang bekerja dengan orang saja dapat gaji,
masa kerja untuk Allah tidak”
Syekh Abdul Wahab katakan :
“Terus kerja agama dengan sungguh-sungguh maka
nanti kamu akan alami pertama kali kelaparan, terus lagi kerja maka nanti Allah
akan datangkan dunia untuk kamu.”
Allah katakan kepada Nabi SAW:
“Wawajada illam fa aghna” : “Kamu dahulu
miskin, kemudian kami yang mengkayakan kamu” maksudnya jadi nabi dulu juga
miskin tapi Allahlah yang memberi kekayaan.
Di dalam Al Quran itu ceritanya amal-amal itu
mendatangkan rizki, bukan bikin melarat. “Yarzukhu min haisu layah tasib”,
barangsiapa bertaqwa nanti Allah kasih rizki dari arah yang tidak
disangka-sangka. Jadi kemiskinan di dalam dakwah ini hanya ujian saja bagi orang
beriman, nanti kalo istiqomah Allah akan ubah hidupnya, allah akan beri kekayaan
kepadanya. Namun ulama katakan ini ada 2 tafsirnya :
- Kaya Hati
- Kaya Dzohir
Seorang sahabat masih kecil datang kepada Nabi
dari yaman untuk minta di doakan. Temen-temennya semua minta di doakan
keduniaan, tapi sahabat ini minta di doakan kaya hati oleh Nabi SAW. Setelah di
doakan rombongan ini balik pulang ke yaman. Lalu suatu ketika satu tahun
kemudian, rombongan dakwah pulang dari yaman ditanya sama Nabi SAW, “Itu anak
yang dulu datang kemari dari yaman gimana kabarnya.” Sahabat berkata, “Masya
Allah ya Rasullullah, umpama dunia ini dibagi-bagi gratis maka tidak akan di
lirik oleh anak itu.” Inilah kaya hatinya sahabat RA. Orang itu kalo sudah kaya
hati, ya sudah merasa cukup atas segalanya, gak susah hatinya. Begitulah keadaan
kita kalo amal agama : kadang-kadang di kasih kay hati, kadang-kadang dikasih
kaya dzohir, kadang-kadang dikasih keduanya. Namun kalau kita amal agama maka
nanti yang allah kasih miskin hati, bisa juga dikasih miskin dzohir, bisa juga
dikasih miskin dzohir dan miskin hati.
Ringkasnya semua masalah dunia ini akan Allah
selesaikan kalau kita senantiasa berada dalam usaha agama. Taskil Cash ada di
Badar sedangkan Taskil Niat ada di Tabuk. Semua kita niat insya Allah ambil
bagian dalam perjuangan agama Allah.