Usaha dakwah adalah tanggung jawab kita baik
laki-laki maupun wanita tanpa kecuali. Dalam kerja dakwah mutlak kita harus
melibatkan istri-istri dan wanita-wanita kita. Dalam kerja dakwah tidak cukup
dengan anggapan yang penting istri kita sudah memperbolehkan kita ikut usaha
dakwah saja, atau yang penting istri kita sudah senang dengan usaha dakwah ,
karena yang sesungguhnya diharapkan dari kita para pria adalah bagaimana kita
membawa istri-istri dan wanita-wanita ahli keluarga kita supayah terlibat dan
terjun langsung didalam usaha dakwah ini.
Seperti kita sering dengar begitu pentingnya
wanita-wanita dilibatkan dalam usaha dakwah karena kalau kita mau melihat pada
kenyataan yang ada jumlah wanita lebih banyak dari jumlah laki-laki mungkin bisa
satu kali lipat atau dua kali lipat jadi kalau hanya laki-laki saja yang ambil
bagian dalam usaha dakwah ini artinya baru 25% usaha kita untuk mencapai
keberhasilan dalam dakwah , tetapi kalau wanita-wanita dan istri-istri ikut
terlibat dalam usaha dakwah ini maka keberhasilan bisa betul-betul mencapai
100%.
Kita juga dapat melihat bahwasanya anak-anak
fitrahnya lebih dekat kepada ibu, karena memang sehari-hari waktu mereka
habiskan dengan ibu-ibu mereka, sedangkan bapak-bapak mereka sibuk di luar
rumah, baik untuk bekerja maupun untuk yang lainnya, sehingga anak-anak kita ini
selama 24 jam waktunya akan di habiskan untuk berkumpul bersama
ibunya.
Kalau wanita-wanita ambil bagian dalam dakwah
maka gerak dakwah akan lebih leluasa, sering kita dengar kalau hanya laki-laki
saja yang berdakwah agama hanya sampai keruang tamu, karena kita tidak bisa
langsung berdakwah kepada wanita, tapi kalau wanita sudah ikut ambil bagian
dalam usaha dakwah ini maka agama akan betul-betul masuk kedalam rumah bahkan
sampai ke dapur , sampai ke sumur dan yang dasyatnya akan sampai
“kekasur”.
Allah swt tidak pernah mengutus Rasul dari
kalangan wanita, tapi apabila Allah hendak menurunkan hidayah pada suatu negeri
maka Allah akan lihat sejauh mana wanita-wanita ambil bagian dalam kerja-kerja
dakwah , sehingga kalau kita lihat Nabi-nabi yg istri-istri mereka ikut ambil
bagian dalam kerja dakwah hidayah akan tercurah-curah ( Nabi Ibrahim as,
Rasulullah saw ) , begitu sebaliknya Nabi Nuh as berdakwah 950 tahun hanya 83
orang saja karena istri beliau tidak mendukung dalam kerja dakwah, kalau hanya
suami saja yang aktif dalam usaha dakwah tanpa di dukung oleh istrinya seperti
burung hanya dengan 1 sayang .
Sekiranya istri kita tidak mendukung dalam
usaha dakwah maka akan berakibat kita menjadi lemah dalam usaha dakwah, walau
pun orang sekampung menolak kita tapi istri kita mendukung maka hati akan
menjadi tenang , tapi sebaliknya walau pun orang sekampung mendukung tapi istri
menetang maka suasana hati dan rumah kita menjadi panas , maka bisa kita lihat
banyak pekerja dakwah yang lemah karena istri-istri mereka tidak mendukung dalam
kerja dakwah.
Oleh karenanya penting sekali wanita di
libatkan dalam usaha dakwah , karena wanita memiliki potensi dan kekuatan
diantaranya :
Didalam memengang prinsip dan keyakinan wanita
jauh lebih hebat di banding pria, karena kalau wanita sudah mendapatkan dan
menyakini suatu prinsip maka dia akan bersungguh-sungguh memegang prinsip dan
keyakinannya tersebut. Kita bisa lihat ketika Rasulullah saw meninggal dunia dan
diawal-awal Abu Bakar menjadi khalifah yang ketika itu banyak kaum muslim
menjadi murtad tetapi Ajibnya tak satu pun wanita yang murtad, dan kita juga
bisa lihat manusia yang pertama kali habis-habisan untuk usaha agama adalah
wanita yaitu Khadijah r.ha
Wanita memiliki kekuatan untuk menyebarkan
sesuatu, kalau kemampuannya itu digunakan untuk menyebarkan kebatilan maka
kebatilan akan cepat tersebar begitupun kalau kemampuannya itu di gunakan untuk
perkara agama maka agamapun akan mudah tersebar. Oleh karena itu bagaimana kita
berusaha sekuat tenaga untuk kita membawa istri dan para wanita di keluarga kita
agar terlibat dalam usaha dakwah ini.
Maksud kerja agama di kalangan wanita adalah
agar wujudnya agama yang sempurna di rumah kita , sehingga kebahagiaan yang
sempurna akan datang kepada kita sehingga kita dapat menjadikan rumah kita
sebagai surgaku dengan terwujud agama yang sempurna .
Target jangka pendek kerja di kalangan
wanita.
1. Menjadikan istri kita sebagai `Alimah (
berilmu ) sehingga senantiasa istri kita duduk dalam taklim secara istiqomah
karena nantinya istri kita yang akan bertanggung jawab dengan taklim di rumah.
Taklim di rumah adalah usaha awal kerja agama dikalangan wanita, apabila kita
telah membuat dan menghidupkan taklim di rumah maka ini seolah-olah kita telah
mempersilahkan agama masuk kerumah kita. Apabila di rumah kita ada taklim yakni
dibacakan firmah Allah swt dan sabda Rasulullah saw maka ini seolah-olah istri
dan anak-anak kita setiap harinya mendapatkan nasehat langsung dari Allah swt
dan Rasul-Nya. Sehingga ahli keluarga kita akan lembut dan ada kegairahan
beramal serta ada kerinduan terhadap kampung akhirat dan bahkan ahli keluarga
kita ada semangat untuk berjuang dan berkorban untuk agama Allah swt.
2. Supayah istri kita menjadi Murabbiyah (
pendidik ), sehingga dapat mendidik anak-anak kita secara islami. Kalau kita
melihat generasi sahabat, maka pada saat umur 18 tahun sampai 20 tahun seperti
Usama bin zahid , Thariq bin Ziyad mereka sudah sanggup membawa pasukan yang
jumlahnya puluhan ribu untuk menyebarkan agama keluar negeri, tapi kalau kita
melihat keadaan hari ini sangat berbeda jauh sekali anak-anak kita umur 20 tahun
hanya bisa kongko-kongko menghabiskan harta orang tuanya, bahkan yang terparah
mereka sudah tak mengetahui lagi maksud hidup mereka, bahkan sudah tak mempunyai
cita-cita untuk menyebarkan agamanya. Maka disinilah peran istri kita untuk
mendidik dan membina anak-anak kita supayah menjadi generasi-generasi pilihan;
Alim-Alimah , Hafiz-Hafizah , Sholeh-Sholehah, Dai-Daiyah
3. Supayah istri kita menjadi `Abidah ( ahli
ibadah ), maksudnya agar istri kita rajin menjaga ibadahnya sehingga istri-istri
kita selalu menjaga sholatnya tepat pada waktunya, bahkan mereka juga menjaga
sholat-sholat sunah ( Dhuha, Tahajud, hajad, dll ), Istri kita menjadi rajin
membaca alquran minimal 1 juz setiap hari, menjaga dzikir pagi petang, bahkan
rajin membaca doa-doa masnunah sehingga istri kita dapat membantu kita menarik
pertolongan Allah swt , bahkan nanti sampai pada tahapan istri kita selalu
menyelesaikan setiap masalah langsung kepada Allah swt melalui
amalan.
4. Supayah istri kita menjadi Zahidah (
sederhana ), sehingga kehidupan istri-istri kita meneladani sahabiyah-sahabiyah
ra. Kehidupan dan rumah para sahabiyah sangat sederhana, bahkan seumur hidupnya
Rasulullah saw tidak pernah memakan tepung yang halus dan Aisyah rha selama
menjadi istri Rasulullah saw hanya mempunyai pakaian baru cuma dua kali saja.
Para sahabiyah dan istri-istri Nabi saw melakukan segala perkerjaan rumah tangga
sendiri sampai-sampai Fatimah anak dari jungjungan kita Rasulullah saw selalu
dalam keadaan yang sangat memprihatinkan padahal dia adalah putri kesayangan
Rasulullah saw, oleh karena itu melalu usaha dakwah ini kita mengharapkan
istri-istri kita mencontoh kehidupan para sahabiyah.
5. Istri kita menjadi Khaddimah ( berkhidmad
), yakni membantu melayani dan mendorong suami keluar dijalan allah , untuk
kerja-kerja agama.
6. Istri kita supayah menjadi seorang Da`iyah
( penda`wah wanita ), dia ada fikir dan risau atas keadaan umat, karena pada
dasarnya istri-istri sering kali berfikir atas hal-hal yang menyusahkan dirinya
( beras belum habis sudah pusing mikirin beras untuk besok ) , mudah menangis (
anak yang sakit dia yang menangis ), maka kalau mereka gunakan tangisan dan
risau dia maka hal tersebut sangat kuat untuk menarik pertolongan Allah swt ,
dengan kekuatan itu dia akan membujuk wanita-wanita yang datang kerumah kita
untuk ambil bagian dalam usaha atas agama
Maka bagaimana pun pentingnya usaha atas
masturah, usaha tersebut harus di buat dengan sangat-sangat hati-hati, perlu
diperhatikan tertib-tertibnya dan usul-usulnya , maka sering kita dengar kalau
jamaah rizal ( laki-laki ) yang penting keluar untuk berdakwah dulu tertib nomor
2 sedangkan untuk jamaah masturah (wanita) sebaliknya. Masturah dikeluarkan
harus dengan tertib kalau tidak memenuhi tertib dan usul-usulnya maka masturah
tidak boleh di keluarkan.
Tertib-tertib masturah secara Umum
:
1. Dikontrol oleh markaz
2. Tidak boleh bawa anak
3. Muhrim hakiki ( suami )
4. Harus diketahui kemana tujuannya
5. Garis taqwa Masturah ini harus keluar
dengan hijab sempurna ( Purdah bukan Cadar, jaga suara )
Tertib-tertib masturah secara Khusus
:
Untuk jamaah 3 hari :
1. Laki-lakinya harus sudah keluar 3 hari ,
masturahnya harus sudah pernah duduk dalam taklim masturah,
2.Istri kita harus siap memakai purdah
,
3Harus dari keinginan istri kita sendiri, jgn
sampai suami main paksa,
4.Jumlah jamaahnya antara 4 – 7 pasang
Untuk 15 hari :
Sama seperti tertib 3 hari tapi untuk
laki-lakinya pernah keluar 40 hari , dan masturahnya pernah keluar 3 kali 3
kali.
Untuk jamaah 40 hari :
Sama seperti tertib 15 hari hanya saja
masturahnya pernah keluar 15 hari
Untuk jamaah 2 bulan IP ( India, Pakistan
)
Sama seperti tertib 40 hari tetapi
Laki-lakinya sudah pernah ke IP , masturahnya minimal pernah keluar 15 hari dan
ini sepenuhnya di tafakut oleh markaz Jakarta.
Kalau misalnya istri kita sudah dilibatkan
dalam kerja masturah , maka sangat-sangat di anjurkan tetapi ini bukan nisab
karena untuk masturah tidak ada nisab hanya saja ini sangat di tekankan supayah
istri kita keluar setiap 3-4 bulan selama 3 hari, dan untuk tahunannya 15 hari
dan 3 tahun sekali 40 hari. Kalau istri sudah siap keluar masturah maka di
berikan mudzakarah untuk mempersiapkan apa-apa yang harus di persiapan sebelum
keluar.
Walaupun istri kita sudah keluar masturah IP (
India, Pakistan ) tapi tidak melakukan hal-hal yang diatas ( 3 hari setiap 3-4
bulan, 15 hari setiap tahun dan 3 tahun sekali 40 hari ) maka fikir keduniaan
istri kita akan kuat dan fikir akhiratnya akan melemah. Maka pentingnya istri
kita melakukan hal-hal tersebut diatas dan yang tidak kalah pentingnya bagaimana
istri-istri kita libatkan dalam usaha maqomi.
MAQOMI MASTURAH
1. Ta`lim Rumah
Taklim rumah ini harus dan wajib dibuat , baik
kepada istri-istri yang belum mengambil kerja masturah maupun yang sudah, orang
tua kita katakan walaupun amalan laki-lakinya sudah menyerupai Hasan Basri
rah.a, dan amalan istrinya seperti Rabiah al Adawiyah maka tetap taklim rumah
harus di buat secara istiqomah di tempat dan waktu yang sama minimal 30 menit
plus mudzaarah 6 sifat. Dan ada hari-hari tertentu kita buat mudzakarah
adab-adab sehari-hari dan masail.
2. Ta`lim Muhallah.
Penting sekali agar istri-istri kita di
libatkan ikut serta dalam taklim mualah mingguan di muallah, dan tertib-tertib
taklim muallah diantaranya beberapa wanita bisa menjalankan program, program
dimusyawarahkan oleh kaum lelaki , dan taklim muallah harus di ketahui dan di
setujui oleh markaz