Jangan pernah malu belajar dan perilaku anak
kecil! Jika antara dua orang anak kecil yang sedang bermain layang-layang
bertengkar, saat bertengkar atau bahkan sampai berkelahi mereka seperti musuh
bebuyutan, didahului saling mengejek kemudian mereka saling cakar, saling
memukul dan saling tendang. Sepuluh menit kemudian mereka sudah berdamai lagi,
bermain layang-layang lagi dan bersenda gurau seolah-olah mereka sudah melupakan
peristiwa pertengkaran dan perkelahian tadi.
Bagaimana dengan kita, .orang dewasa? Hanya
garagara berbeda pendapat saja sampai bermusuhan tujuh turunan! Gara-gara
persoalan sepele menjadi “keluar” dan usaha da’wah. Hanya gara-gara “perang tertib”
menjadi pecah hati dan menularkan perpecahan itu kepada orang lain. Akibatnya
keagungan agama dan usaha agama tertutupi oleh sikap kita yang sudah dewasa tapi
masih bersifat “ke-kanak-kanakan”.
Pelajari lagi perilaku anak kecil yang
lainnya. Anakanak kecil umumnya bersikap “sok akrab” (gampang kenal). Kalau
mereka kita ajak berkunjung ke rumah seseorang dan kita tinggal selama satu jam
misalnya, maka dalam waktu sesingkat itu mereka sudah mempunyai teman bermain di
daerah itu.
Falsafah ini bisa diambil ibrah (pelajaran)
oleh orang dewasa bahwa untuk kepentingan da’wah illallah seorang da’i harus mempunyai keterampilan
berkomunikasi dan bersosialisasi dengan baik. Sebaiknya pelajaran terbaik dari
sikap “mudah akrab” dan perilaku anak kecil tadi, kita gunakan dalam rangka
mengajak orang untuk mengamalkan agama dan mengusahakan agama (khuruj fli
sabilillab). Dasar anak kecil, kepolosan dan keluguannya menyiratkan banyak akal
dan hampa dan dosa!