Agama telah menjadi yatim. Ditawarkan kepada
petani, menolak dengan alasan sibuk dengan pertaniannya. Ditawarkan kepada
pedagang, menolak dengan alasan sibuk dengan perdagangannya. Ditawarkan kepada
orang kantor dan pejabat, mereka pun menolak dengan alasan sibuk dengan
perkantoran dan jabatannya. Ditawarkan kepada penganggur pun mereka menolaknya
dengan alasan sibuk mencari pekerjaan. Walhasil agama dalam keadaan tidak
terurus. Padahal keadaan agama Islam saat mi ibarat bendungan yang telah bocor.
Kebobrokan moral, kemaksiatan dan kezhaliman tersebar dan merajalela di
manamana. Tatanan kehidupan Islami warisan Nabi saw., para sahabat r.anhum. dan
generasi salafus shalih telah mulai rusak. Sendi-sendi perjuangan dan
da’wah sudah lama
ditinggalkan ummat. Masjid-masjid sebagai jantungnya suatu kampung di mana-mana
kosong dan kehilangan peminat dan penghuni. Rumah-rumah orang Islam sudah tidak
mencerminkan nilai-nilai sebagaimana seharusnya rumah seorang muslim, masih
tidak bisa dibedakan dengan rumah orang kafir Yahudi dan Nasrani. Akibatnya
ummat Islam sudah sulit membedakan mana yang haq dan mana yang bathil, mana yang
swrnah dan mana yang bid’ah,
mana kenikmatan yang semu (dunia) mana kenikmatan yang sejati
(akhirat).
Dan apabila bendungan itu jebol karena tidak
ada orang yang peduli untuk mengurusnya, maka banjir bandang akan mengenai semua
orang. Petani, pedagang, pejabat, orang kantor, rakyat biasa dan konglomerat
yang tinggal di sekitar bendungan itu akan tersapu banjir dahsyat. Bendungan itu
telah bocor, sekarang hendaknya ada orang yang mau mengurusnya, menambal
kebocorannya dan memperbaiki kerusakannya. Agama telah kehilangan pemiflat dan
pejuang untuk menyebarkannya. Agama perlu diusahakan agar bisa jadi nilai-nilai
dan pola hidup kesehanan ummat. Agama perlu dida’wahkan sebagaimana dahulu Rasulallah
saw. dan para sahabat telah memperjuangkan agama mi dengan pengorbanan din,
waktu, harta benda bahkan nyawa mereka. Tinta emas sejarah puncak perjuangan
agama masih belum kering menuliskan tetesan darah dan cucuran keringat mereka.
Bendungan agama telah bocor. . . .siapa peduli ?“