Ada seorang kaya pergi bersama istrinya
keliling kota. Di perjalanan sang istri ini melihat sekumpulan orang miskin yang
begitu bahagia mendapatkan makanan yang menurutnya tidak layak. Sehingga ini
menimbulkan pertanyaan baginya. Lalu dalam perjalanan sang suami memberikan uang
Rp. 5000,- kepada orang miskin, dan si miskin tersebut terlihat senang sekali.
Sisanya Rp. 95.000,- diberikan suaminya kepada sang istri. Istrinya bertanya
dengan nada mengeluh, “Ini kurang Rp. 5000,- lagi, mengapa hanya diberi Rp.
95.000,- saja ?” Lalu sang suami menjawab, “Inilah bedanya kamu dengan orang
miskin tadi, dia bisa merasakan bahagia karena dia merasa cukup dan bersyukur
atas nikmat yang di terimanya.
Sedangkan kamu tidak punya rasa cukup dan tidak
bersyukur atas nikmat yang kamu terima sehingga kamu selalu merasa kekurangan.”
Jadi kebahagiaan itu datang dari sifat Qonaah terhadap dunia dan rasa bersyukur
atas nikmat dari Allah. Jika kita bersyukur maka nikmat ini akan Allah tambah.
Sedangkan kesusahan hati akan datang dari rasa tidak puas atas nikmat dan kurang
bersyukur atas pemberian Allah. Inilah yang terjadi pada sang istri yaitu selalu
merasa kurang dan tidak puas. Kaya itu bukannya banyaknya kebendaan yang kita
miliki, tetapi kaya itu adalah hati yang kaya yaitu selalu merasa cukup dengan
keadaan. Sedangkan miskin itu bukannya kekurangan kebendaan, tetapi hati yang
selalu tidak pernah merasa cukup dan hati yang selalu tidak pernah merasa puas.
Hati yang tidak pernah cukup dan puas akan menyebabkan dia selalu dalam kondisi
kekurangan.