Hari hari kita pikirkan dan bicarakan tentang kepentingan dunia, mari kita luangkan sedikit waktu untuk pikirkan dan bicarakan tentang perkara agama, tentang kebesaran Alloh, satu satunya bekal kita nanti pulang ke "Kampung Akhirat" dan untuk apa sebenarnya kita sebagai manusia Alloh SWT ciptakan di dunia ini...

Tuesday, November 22, 2011

Kisah Para Ahli Zuhud dan Dermawan Kisah ke-13 (Fadhilah Sedekah)

Sa'id bin Amir r.a. adalah seorang gubernur di Himsh pada masa Khalifah Umar r.a.. Penduduk Himsh sering mengadukan keluhan tentang dirinya kepada Umar r.a. dan meminta agar ia dipecat. Umar r.a. telah diberi oleh Allah s.w.t. kekuatan firasat dan kearifan yang luar biasa, sehingga ia dapat mengetahui dengan tajam watak alamiah seseorang. Hal ini sudah dibuktikan secara berulang kali, bahkan sampai ribuan kali. Mendengar keluhan-keluhan tersebut, Umar r.a. sangat terkejut, karena ia mengangkatnya sebagai seorang gubernur dengan segala pertimbangan bahwa Sa'id adalah orang yang paling memenuhi syarat untuk diangkat sebagai gubernur. Kemudian dalam munajatnya kepada Allah swt., Umar r.a. memohon, "Ya Allah, janganlah Engkau hilangkan firasat dari diriku, karena aku takut dengan tidak adanya kekuatan firasat ini, orang-orang yang bukan ahlinya yang memangku jabatan dapat menyusup ke dalam pemerintahan." 

Setelah itu, Umar r.a. memanggil Sa'id r.a. dan orang-orang yang mengadukan masalahnya. Umar r.a. bertanya kepada penduduk Himsh, "Apa yang kalian keluhkan tentang dirinya?" Mereka berkata, "Ada tiga hal yang kami keluhkan. Pertama, ia selalu terlambat keluar dari rumahnya pada pagi hari. Kedua, jika ada yang datang pada malam hari kepadanya, ia tidak mau mendengar pengaduan kami. Ketiga, ia berlibur satu hari pada setiap bulannya. Umar r.a. menyuruh kedua kelompok untuk berdiri di depannya, dan memerintahkan untuk menyatakan pengaduannya satu per satu, dan gubernur itu disuruh untuk menjawabnya satu per satu pula. Orang-orang pun berkata, "Ia terlambat keluar dari rumah." Umar r.a. meminta jawaban dari gubernur tersebut, dan gubernur itu menjawab, "Istriku bekerja sendirian, aku membantunya membuat adonan roti, lalu memasaknya. Setelah masak, kami memakannya. Setelah itu aku berwudhu dan keluar dari rumah." Kemudian Umar r.a. menyuruh orang-orang untuk menyatakan keluhannya yang kedua. Umar r.a. berkata, "Apakah keluhan yang kedua?" Mereka berkata, "Ia tidak mau bekerja pada malam hari. Jika ada yang datang kepadanya pada malam hari, hajatnya tidak akan dipenuhi." Umar r.a. berkata, "Apakah jawabanmu?" Sa'id r.a. berkata, "Sebenarnya saya tidak ingin untuk menampakkan bahwa aku telah membagi waktu siang dan malam. Siang hari aku pergunakan untuk makhluk, dan malam harinya untuk Sang Khaliq. Pada malam hari aku berikan semuanya kepada Sang Khaliq." Umar r.a. berkata, "Apakah keluhan kalian yang ketiga?" Mereka berkata, "Ia berlibur satu hari dalam sebulan." Umar r.a. berkata, "Apakah jawabanmu?" Sa'id r.a. berkata, "Saya tidak mempunyai pembantu. 

Dalam sebulan, saya meluangkan satu hari untuk mencuci baju sendiri. Untuk mengeringkannya diperlukan waktu satu hari, dari pagi hingga sore. Umar r.a. bersyukur kepada Allah swt. karena firasatnya tidak salah. Setelah itu, Umar r.a. berkata kepada orang-orang itu, "Hargailah pemimpin kalian." Setelah mereka pulang semua, Umar r.a. memberi hadiah uang sebesar seribu dinar kepada Sa'id r.a. untuk memenuhi berbagai keperluannya. Ketika menerima uang tersebut, istrinya berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah menyempurnakan banyak keperluan kita, sekarang kita tidak perlu bekerja sendiri di rumah. Kita dapat membeli seorang hamba sahaya dan dapat memenuhi keperluan-keperluan kita yang lain. Said r.a. berkata, "Di sini masih ada orang yang lebih memerlukan harta ini daripada kita. Bagaimana pendapatmu, bukankah lebih baik jika uang ini dibelanjakan untuk mereka?" 

Istrinya pun menerimanya dengan senang hati. la membagi-bagikannya dalam kantung-kantung yang kecil untuk diberikan kepada fakir miskin dan anak-anak yatim. Ringkasnya, ia bagi uang tersebut menjadi banyak, kemudian dibagi-bagikan kepada orang-orang, sehingga hanya tersisa sedikit saja yang kemudian ia berikan kepada istrinya untuk dibelanjakan sedikit demi sedikit. Istrinya berkata, "Sisa uang ini kita belikan hamba sahaya yang dapat membantu mengerjakan pekerjaan rumah kita sehingga engkau akan mendapat kemudahan." la berkata, "Tidak, akan segera datang kepadamu orang yang lebih membutuhkan uang ini daripada kita." ( Sumber: Kitab Asyhar )