Hari hari kita pikirkan dan bicarakan tentang kepentingan dunia, mari kita luangkan sedikit waktu untuk pikirkan dan bicarakan tentang perkara agama, tentang kebesaran Alloh, satu satunya bekal kita nanti pulang ke "Kampung Akhirat" dan untuk apa sebenarnya kita sebagai manusia Alloh SWT ciptakan di dunia ini...

Thursday, November 3, 2011

Bayan / Penjelasan Agama Prof. Salman Khan

Kejayaan dan keberhasilan kehidupan dunia dan akherat hanya terletak pada Agama. Setiap orang mempunyai standard yang berbeda terhadap kesuksesan. Padahal standard kesuksesan seseorang ini telah Allah tetapkan, namun kita tidak mampu memikirkannya. Allah telah jadikan sahabat dan kehidupan mereka sebagai model untuk ditiru. Walaupun secara teknis cara hidup mereka berbeda dengan kita sekarang. Kesuksesan itu hanya terjadi bila manusia ini dapat memasuki surganya Allah.

Kesuksesan hidup di dunia adalah kehidupan yang dapat mengantar manusia ini ke surganya Allah Taala. Jika kehidupan yang kita jalani ini tidak dapat mengantar kita  ke Surganya Allah Taala, maka ini bukanlah kehidupan yang sukses. Tetapi ini kehidupan yang akan mendatangkan kecelekaan, penderitaan, dan kemalangan lahir dan bathin, dunia dan akherat.

Sahabat kehidupannya lapar berhari-hari sampai perutnya ditahan dengan batu, disiksa, baju tambalan, rumah kecil,  tetapi justru mereka yang dinyatakan telah sukses oleh Allah Taala dalam Al Quran. Sahabat dikejar-kejar musuh, meninggalkan keluarga, harta benda, dan perdagangannya semua dilakukan demi kepentingan Agama. Inilah kehidupan orang-orang yang telah Allah Ridhoi dan mereka Ridho kepada Allah.
Beda dengan musuh-musuh Allah :

1.    Firaun dan Namrud hidup sebagai Raja yang besar pada jamannya
2.    Qorun hidup sebagai pengusaha yang bergelimang harta
3.    PM Hamman seorang perdana mentri yang sukses karir politiknya
4.    Kaum Saba yang sukses dengan pertaniannya
5.    Kaum Ad yang sukses dengan ilmu kesehatannya
6.    Kaum Madyan yang sukses dengan perekonomiannya
7.    Kaum Tsamud yang sukses dengan teknologi perumahannya.

Walaupun dari segi keduniaan mereka telah mencapai kejayaan dan kesuksesan tetapi mereka ini menurut Allah adalah orang-orang yang gagal. Mereka ini adalah orang-orang yang Allah hinakan di dunia dan di akherat. Ini karena mereka gagal mengikuti perintah Allah. Sahabat walaupun keduniaannya jauh dari keduniaan dan kesuksesan kaum-kaum terdahulu, tetapi mereka ini yang Allah telah nyatakan kesuksesannya.

Kekurangan pada diri kita bukanlah berarti kegagalan. Sahabat Amr bin Jamuh RA, ia adalah seorang yang lemah dan cacat kakinya, tetapi ia telah sukses dunia dan akherat asbab pengorbanan yang dia lakukan untuk agama. Sahabat faham betul mengenai pentingnya Iman dan Amal. Bilal RA secara status ia adalah seorang budak sebelum masuk Islam, dan banyak disiksa, tetapi setelah agama wujud dalam diri Bilal RA, langkah kakinya saja dapat didengar oleh Nabi SAW di surga ketika Bilal RA masih hidup. Ini baru yang namanya sukses dan jaya dunia dan akherat.

Sebelum mati seseorang tidak akan tau apakah ia seorang yang sukses atau tidak. Seseorang akan mengetahui apakah dia telah sukses setelah dia mati. Saat ini setiap manusia harus berusaha jika ingin sukses dunia dan akherat. Tanpa usaha atas Iman dan Amal maka manusia akan celaka dunia dan akherat.

Orang yang tidak beriman, ia tidak akan tau cara mendapatkan kebahagiaan dan kesuksesan. Tetapi orang yang beriman tidak boleh tidak tau cara mendapatkan kebahagiaan dan kesuksesan ini. Allah telah berikan cara kepada orang beriman untuk mendapatkan kebahagiaan dan kesuksesan dunia dan akherat. Zaman boleh berubah bahkan lebih maju, namun cara untuk mendapatkan kebahagiaan tidak pernah berubah dari pertama manusia diciptakan sampai manusia yang terkahir mati. Kalau ingin bahagia dari dulu hingga kini tetap sama, yaitu hanya dengan cara mengikuti kemauan Allah.

Nabi SAW tidak dilahirkan di suatu kaum yang beradab dan mempunyai kebudayaan yang tinggi seperti di China, Persia, atau di Romawi. Ini karena Allah tidak letakkan kesuksesan dan kejayaan dalam peradaban. Dan Nabi SAW tidak dilahirkan di zaman yang teknologi canggih seperti sekarang. Allah hanya meletakkan kejayaan dan kesuksesan hanya dalam mentaati perintah-perintahNya. Di jaman yang paling Jahil dan tidak beradab Nabi SAW dilahirkan, dan membawa cahaya hidayah di tengah kegelapan dan kemasiatan. Sehingga apa yang diusahakan oleh Nabi SAW membawa perubahan pada peradaban dunia.

Rasullullah SAW ketika itu berdakwah sendirian dari pintu ke pintu. Demi kerja dakwah ini beliau melewati banyak kesusahan dan penderitaan. Beliau SAW dimusuhi, diboikot keluarganya, dicaci maki, disakiti, namun ini tidak mengurangi kerja dakwah beliau.  Bahkan beliau ketika perintah Dakwah turun dari Allah, beliau SAW katakan kepada istrinya bahwa kini sudah tidak ada waktu lagi untuk istirahat. Beliau pergi pagi dengan pakaian yang bersih lalu pulang sore dengan pakaian yang kotor. Rasullullah SAW faham tentang pentingnya kerja agama ini. Bahkan sampai-sampai Nabi SAW ditawarkan harta, jabatan, dan wanita oleh para petinggi Quraish untuk menghentikan kerja dakwah ini. Mereka beranggapan bahwa Nabi SAW sudah keluar dari cara hidup leluhur mereka. Tapi apa kata Nabi SAW, walaupun mereka mampu memberikan bulan di tangan kanan dan matahari di tangan kirinya, maka itupun tidak akan bisa menghentikannya dari kerja dakwah. Nabi SAW faham bahwa kebahagiaan dan kesuksesan bukan datang dari kebendaan dan kekuasaan yang kita miliki, tetapi dari menjalankan perintah-perintah Allah. Nabi SAW telah menafikan semua kebendaan demi usaha dakwah ini, sementara kini kita telah menafikan usaha dakwah ini demi kepentingan dunia.

Harta dan jabatan bukanlah standard ukuran keberhasilan dan kegagalan seseorang dalam menjalani hidup ini. Keberhasilan dan kegagalan hidup hanya dapat dilihat dari sejauh mana manusia menjalankan perintah-perintah dan sejauh mana manusia mewujudkan cara hidup Rasullullah SAW dalam kehidupannya. Seluruh kebendaan dan kenikmatan dunia ini bukanlah tolak ukur kebahagiaan seseorang, tetapi 23 tahun kehidupan kenabian inilah satu-satunya tolak ukur kebahagiaan yang telah Allah tetapkan. Inilah aturan dan ketetapan yang Allah telah buat untuk manusia. Manusia kini sibuk bagaimana hidupnya dapat mempunyai nilai, tetapi Allah telah jadikan kehidupan Nabi selama 24 jam sebagai tolak ukur nilai kehidupan. Cara hidup selain yang dicontohkan Nabi SAW, tidak ada nilainya disisi Allah. Hanya apa yang dicontohkan oleh Nabi SAW yang bernilai disisi Allah.

Seluruh kehidupan Rasullullah SAW selama 24 jam dapat di ikuti dan di ketahui. Tidak ada yang tersembunyi dari kehidupan Rasullullah SAW, semuanya dapat diketahui oleh semua sahabatnya sebagai pengajaran dan contoh untuk semua manusia. Seluruh anggota tubuh ini telah Allah berikan informasinya bagaimana menggunakannya dan untuk apa digunakan. Semuanya telah diberikan oleh Nabi SAW, cara dan standard penggunaan anggota tubuh ini sehingga dapat mendatangkan nilai disisi Allah. Segala aktifitas yang dilakukan oleh Nabi SAW walaupun itu cara berjalannya Nabi SAW telah dihitung oleh Allah Taala sebagai amal sholeh.

Dalam mencapai kebahagiaan dan kesuksesan dunia dan akherat, kita tidak perlu ilmu lain, selain yang telah diajarkan dan dicontohkan oleh Nabi SAW. Ilmu-ilmu selain dari yang diajarkan Nabi SAW, hanya keperluan saja, bukanlah tujuan yang sebenarnya. Orang yang yakin akan bahagia dengan ilmu-ilmu selain yang telah diajarkan Nabi SAW, inilah mereka yang tertipu oleh dunia. Ilmu yang diajarkan Nabi SAW adalah ilmu yang bisa membawa manusia kepada Allah dan Surganya. Selain Ilmu yang diajarkan Nabi SAW ini bisa menjadi jebakan setan agar manusia cinta dunia dan segala perhiasannya sehingga meninggalkan Allah dan akheratnya. Dimata Allah tanpa Iman dan amal, dunia dan segala isinya tidak ada nilainya, walaupun hanya sebelah sayap nyamuk. Ilmu Dunia yang bernilai disisi Allah adalah yang digunakan untuk kepentingan agama dan Dakwah. Seperti menjadi dokter untuk dakwah dikalangan dokter, menjadi polisi untuk dakwah dikalangan polisi, menjadi pedagang untuk berdakwah dikalangan pedagang, dan lain-lain.

Saat ini manusia mengira mereka dapat menghasilkan sesuatu dengan jerih payah mereka. Mereka kira rizki akan bertambah asbab ilmu dan usaha mereka yang meningkat pula. Mereka menyangka seluruh kebendaan dan status yang mereka miliki adalah hasil dari pengorbanan dan usaha mereka. Seperti Qorun, seorang pedagang yang kaya raya, ketika ditagih untuk bayar zakat dia tidak mau. Musa AS berkata bahwa seluruh kebendaan yang dia miliki semuanya datang dari Allah dan milik Allah. Qorun malah menentangnya dengan berkata, “Ini adalah hasil dari jerih payah saya dan karena kecerdasan saya.” Hari inipun jika kita melihat seseorang bertengkar karena harta maka jawaban seperti inilah yang keluar dari mereka.

Sahabat dahulu tidak meletakkan yakinnya pada asbab-asbab seperti kebendaan, perdagangan, dan status yang mereka miliki. Tetapi sahabat meletakkan yakinnya pada Allah Taala, sebagai Rabbul Asbab bukan pada asbabnya. Allahlah yang memberi keuntungan bukan perdagangan. Hari ini yakin kita telah keliru, kita yakinnya pada toko kita, perdagangan kita, kantor kita, yang memberi kita hidup, tanpa itu bagaimana kita bisa hidup. Sehingga ketika kita diminta untuk berkorban di jalan Allah sulit sekali bagi kita untuk dapat meninggalkannya. Berbeda dengan sahabat, walaupun ketika sedang panen usaha mereka, namun ketika panggilan agama datang mereka langsung tinggalkan semua itu. Ini karena yakin mereka sudah benar. Kita lupa dengan toko yang sama, usaha yang sama, kantor yang sama, perdagangan yang sama, seseorang dapat Allah buat bangkrut dan celaka dunia dan akherat.

Keyakinan sahabat kepada Allah ini telah membuat mereka mampu menafikan segala hal yang mereka miliki. Sehingga keyakinan mereka ini dapat mendatangkan Qudratullah dalam kehidupan mereka. Seperti berjalan diatas air, menghalau lahar api kembali ke lubangnya, memerintahkan sungai nil, menghentikan gempa, mendatangkan hujan, menghidupkan keledai mati, dan menjewer singa, ini semua perkara yang biasa bagi sahabat. Doa mereka sangat Ijabah sehingga mampu mendatangkan Qudratullah dan Nusratullah, ini karena level Iman dan Amal yang sampai di tingkat yang Allah mau. Bagaimana cara meningkatkan Iman sampai ke level para sahabat. Ini hanya bisa dilakukan jika ada usaha atas Iman dan Amal yaitu dengan menjalankan Usaha Dakwahnya Nabi. Umat turun imannya karena meninggalkan kerja ini. Sahabat korbankan harta, keluarga, dan diri,  seluruhnya untuk usaha ini. Sehingga karena ini Allah berikan kesuksesan pada mereka di dunia dan di akherat. Jika kita berbuat seperti Sahabat maka Allah akan berikan kita kesuksesan yang sama.

Jika kita sudah bisa meninggalkan hal-hal yang kita cintai untuk keluar di jalan Allah, barulah Allah akan berikan kita kesuksesan dan kefahaman agama seperti para sahabat. Setiap orang tidak akan sama tingkat kesuksesan dan kefahamannya karena ini tergantung pada pengorbanan setiap orang. Inilah cara Allah mendistribusikan kebahagiaan dan kesuksesan, tergantung pada Doa dan pengorbanan kita yang sungguh-sungguh atas agama Allah.
Jangan takut atas perkara Rizki karena semua itu telah Allah atur dan Allah mempunyai caraNya sendiri dalam menyalurkan rizki itu. Tidak ada hubungannya antara rizki dan usaha kita. Seperti kisah 2 orang murid lulus dari universitas dengan gelar dan nilai yang sama. Tetapi setelah lulus yang satu mendapat kerja dengan gaji yang tinggi dan yang satu pengangguran tidak ada penghasilan apa-apa. Jadi semuanya telah diatur Allah, gelar kita tidak dapat menjamin apa-apa selain apa yang Allah telah tetapkan. Inilah bukti bahwa keduniaan yang kita miliki tidak bisa menjamin rizki yang telah ditetapkan oleh Allah. Apakah mereka kedua-duanya bisa bahagia, tentu bisa asal mereka mau taat pada perintah Allah. Jika yang berpenghasilan tinggi dia tidak taat dan yang pengangguran dia bisa taat pada perintah Allah, maka yang berpengangguranlah yang akan bahagia dan Allah berikan kesuksesan dunia dan akherat. Karena tolak ukur kesuksesan dan kebahagiaan ini hanya pada ketaatan terhadap perintah-perintah Allah saja.  Kebahagiaan akan datang kepada mereka yang mau taat pada perintah-perintah Allah, walaupun dia tidak punya gelar dan penghasilan apapun. Dan ini dapat dimulai dari keyakinan di hati terhadap agama.