Amalan haji adalah ijtima umat islam terbesar
dan kewajiban hanya sekali saja. Jika berhaji dengan betul, akan jadi wali
Allah. Jika niat berhaji tak betul, haji tanpa kesan, akan dilempar balik
seperti kain kotor yang dilemparkan. Begitupun ijtima, jika datang dengan niat
baik, maka satu ijtima cukup membuat cinta kepada Allah SWT. Satu ijtima yang
betul cukup bagi Allah SWT untuk membuat keputusan memberi hidayah untuk seluruh
alam.
Ijitima bukan untuk menghimpun manusia sebanyak-banyaknya, tapi untuk mengumpulkan dua usaha, sebelum ijtima (ruh ijtima), setelah ijtima (perhiasan ijtima).
Usaha sebelum ijtima adalah menjumpai setiap
orang islam agar hatinya berpaling dari selain Allah kepada Allah SWT sehingga
ada kemanisan untuk ta’at.
Dikarenakan adanya pengorbanan orang-orang sebelum ijtima, maka yang hadir di
ijtima mendapat hidayah, dan hidayah juga akan tersebar ke seluruh alam. Usaha
dalam ijtima adalah agar setiap orang terlibat dalam amal ijtimai dan infirodi.
Semakin terjaga amalan, maka semakin cepat turunnya hidayah. Hidayah ada 2 tahap
: untuk diri sendiri dan asbab hidayah untuk orang lain. Untuk menjadi asbab
hidayah maka niatkan untuk bergaul dengan semua orang dari semua negara, kita
merasa sebagai satu umat, hilangkan ashabiyah. Ashabiyah ini sangat dibenci
Allah dan menyebabkan tertolaknya amal seseorang.
Untuk menghilangkan ashobiyah : Allah SWT
perintahkan ibadah haji, shalat dan shaum. Dalam haji diperintahkan untuk
menyebarkan salam (untuk menghilangkan sifat sombong, merasa sebagai penanggung
jawab. Sehingga Nabi SAW selalu mendahului dalam memberi salam, tidak pernah
didahului oleh sahabat), bersikap lemah lembut, dan suka memberi makanan (jangan
menunggu untuk diikrom, tapi beri ikrom untuk satukan hati).
Di negara-negara anda akan diadakan ijtima dan
jika anda bersungguh-sungguh usaha atas ijtima ini, maka ijtima anda akan
menjadi asbab hidayah ke seluruh alam. Tanggal ijtima bukan awal ijtima, tapi
itu tanggal berakhirnya ijtima. Ijtima bermula sejak tanggal ijtima
ditetapkan.