Amal ini adalah kata lain dari kerja atau
action dalam bahasa arab. Penting kita buat hati kita untuk ikut atau tunduk
pada amal sehingga kita bisa istiqomah dalam beramal. Kita harus kerja keras dan
bertafakkur, berfikir, dengan keras sejauh mana kita sudah buat peningkatan atas
kerja agama. Seperti pohon, jika ia semakin tinggi maka dia akan berbuah atau
menghasilkan sesuatu. Tetapi ranting yang telah berhenti berkembang maka dia
akan menciut atau mengkerut. Begitu juga kita saat ini, jika kita dorong kerja
kita lebih keras lagi dan buat peningkatan terus menerus dalam kerja agama ini,
maka pada akhirnya suatu saat nanti akan menghasilkan atau mendatangkan manfaat.
Tetapi jika kita berhenti bekerja dan tidak buat peningkatan maka suatu saat
nanti akan melemah, seperti mengkerutnya ranting pada pohon yang berhenti
berkembang. Sehingga tanpa disadari kita mati tidak membawa Iman dan amal yang
cukup. Itulah pentingnya kita harus bergerak maju dalam kerja kita, kalau perlu
kita paksakan untuk istiqomah, jangan sekali-kali berhenti. Jika kita berhenti
maka kita akan seperti ranting yang berhenti pertumbuhannya sehingga dia
mengkerut lalu layu (mundur) dan mudah patah, lalu mati terpisah dari
dahannya.
Allah telah beri kita kepercayaan atau amanah
yang besar kepada manusia. Dan Amanah ini merupakan ghanimah atau kekayaan yang
besar dari Allah Ta’ala yang
telah diberikan kepada kita. Namun karena kita tidak menyadari kekayaan yang
besar ini, semakin hari Allah cabut keberkahan amanah ini dari kehidupan kita.
Kini kita tidak mengerti pentingnya dan nilainya Amanah Allah tersebut, sehingga
tanpa kita sadari telah hilang dari tangan kita. Sangking tingginya tanggung
jawab atas amanah tersebut, alampun takut untuk menerimanya. Amanah Allah apakah
yang demikan besarnya sehingga alampun takut untuk menerimanya ? Amanah itu
adalah agama. Alam ini tidak memerlukan kebahagiaan dan kesuksesan, tetapi jika
alam memerlukannya, maka dengan agama, alampun akan sukses dan bahagia.
Kerusakan alam terjadi asbab mundurnya agama. Jika agama ini mundur berarti
kondisi manusia saat itu lagi jauh dari agama, dan ini membuat kondisi yang
tidak menguntungkan buat alam. Manusia jadi brutal dan suka merusak karena
jauhnya mereka dari agama. Hutan menjadi gundul, udara tercemar, binatang
menjadi punah, tanah rusak, dan lain-lain, asbab manusia jauh dari agama. Namun
jika agama dijalankan dengan sempurna oleh manusia maka manusiapun akan baik
amalnya dan akhlaqnya. Sehingga alampun jauh dari kerusakan, bahkan alampun akan
tunduk pada manusia seperti dijaman Sahabat RA. Ketika itu sahabat dapat
mendatangkan hujan, mengalirkan air sungai yang kering, menghentikan gempa, dan
lain-lain. Firaun setiap ada masalah berupa bencana alam dari air darah, katak,
hama, kekurangan buah-buahan, selalu pergi ke Musa AS untuk minta do’a agar masalah selesai. Beda dengan
Firaun yang yakinnya masih pada asbab, Musa AS yang yakin pada perintah Allah
dan amal agama, dengan do’a
saja dapat menyelesaikan segala masalah yang dihadapi Firaun. Walaupun masalah
telah selesai asbab do’a
Musa As, namun tetap saja Fir’aun Laknatullah Alaih tidak berfikir bahwa masalah akan selesai
jika Iman dan Amal kita kepada Allah benar. Firaun masih tetap saja mengingkari
Allah dan RasulNya Musa AS. Sehingga kahirnya masalah tetap berdatangan dan
diselesaikan asbab do’a Musa
AS, sampai pada akhirnya adzab Allah datangkan kepada Firaun asbab
kesombongannya. Allah tenggelamkan Firaun di laut sebagai pelajaran buat manusia
yang tidak mau berfikir atas kebenaran yang dibawa oleh Rasul Allah. Begitu juga
kita hari ini jika kita tidak bisa mengambil pelajaran dan hikmah dari cobaan
yang Allah beri kepada kita dan tidak ada niat islah diri, maka Allah akan
hancurkan kita sebagaimana Allah hancurkan Firaun.
Setiap kondisi yang tidak menguntungkan
seperti tidak ada hujan, tidak ada udara yang sejuk, kemarau yang panjang,
gerhana matahari, hujan petir dan badai, apa perintahnya ? yaitu laksanakan
sholat. Inilah perintah Allah kepada kita setiap ada masalah yaitu selesaikan
dengan sholat. Segala masalah atau keadaan kita harus kembalikan kepada kehendak
Allah, “apa yang Allah mau atas diri saya saat ini ?”. Alam ini adalah ciptaan
Allah, mahluk Allah, dan Allah telah berikan cara atau solusi kepada manusia
untuk menghadapi perubahan alam yaitu dengan agama. Ini karena Allah telah
berikan alatnya dalam agama yaitu dengan sholat. Inilah effek dari amal agama
yaitu suatu tindakan yang dapat menghasilkan total kontrol dari alam semesta.
Dengan agama segala sesuatu akan menjadi baik dan agama ini telah Allah
percayakan kepada kita, maka kita harus yakin terhadap amal-amal agama ini.
Tetapi jika yakin kita salah, maka manfaat dari agama tidak akan bisa kita
rasakan. Hanya amal yang berkeyakinan yang dapat mendatangkan manfaat. Jika kita
yakinnya masih terletak pada asbab maka keyakinan kita tidak jauh berbeda dengan
keyakinan Qorun yang yakinnya terletak pada harta, Firaun pada kekuasaan, Hamman
pada jabatan, dan kaum-kaum yang lain yang yakinnya terletak pada asbab-asbab
keduniaan. Penting kita perbaiki keyakinan kita agar kita bisa mengambil manfaat
dari agama ini. Kekayaan dan kekuasaan tidak bisa mendatangkan keadaan-keadaan
yang baik, tetapi keadaan baik akan datang kepada mereka yang beramal dengan
keyakinan yang benar. Amal yang baik akan mendatangkan keadaan yang baik seperti
air yang memberikan effek yang baik pada pertumbuhan pohon.
Allah Ta’ala telah menceritakan kisah-kisah di
dalam Al Qur’an agar kita
bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari kisah tersebut. Seperti kisah kaum Saba
yang mempunyai perkebunan yang besar dan makmur. Allah telah kirim 30 Nabi
kepada mereka agar mereka mau ingat kepada Allah dan bersyukur atas nikmat yang
telah Allah berikan kepada mereka. Namun masalahnya setiap orang yang telah
mendapatkan kekayaan dan kenyamanan hidup, maka kecenderungan mereka adalah
menolak Agama dan dakwahnya para Nabi AS. Asbab keingkaran mereka terhadap
nabi-nabi mereka, maka Allah hancurkan bendungan yang mereka bangun diantara 2
gunung. Sehingga tumpah menghancurkan perkebunan yang mereka bangga-banggakan.
Akhirnya semua asbab kejayaan kaum Saba Allah telah hancurkan sehingga tidak ada
lagi yang bisa dibangga-banggakan. Jadi jangan lupa jika kita nanti dalam
keadaan senang, lalu datang seseorang mengingatkan kita tentang Allah dan
kampung akherat jangan kita ingkari atau kita sudutkan dia dengan dalil-dalil
logika kita. Jika kita ingkari dan kita sudutkan da’i Allah, maka ini bisa menjadi asbab
datangnya Adzab Allah dan segala nikmat yang kita terima akan Allah cabut dari
kita.
Allah yang menciptakan kehidupan ini, dan
Allah pulalah yang memberikan asbab-asbab kehidupan. Allah yang menciptakan
kematian, dan Allah pulalah yang mendatangkan asbab-asbab kematian. Semua
kejadian dan peristiwa yang terjadi tidak ada hubungannya dengan asbab-asbab
karena semuanya merupakan hasil kerja dari pada Allah Ta’ala semata. Asbab ini Allah letakkan
hanya sebagai ujian atas keyakinan kita, yakin pada asbab atau Rabbul asbab.
Apakah kita tidak perlu kerja atau tidak perlu uang ? bukan itu pertanyaannya,
tetapi bagaimana asbab-asbab yang kita punya kita gunakan sesuai dengan
sunnah-sunnah kehidupan Rasullullah SAW. Mengapa kita harus kerja ? karena kita
harus membawa kehidupan Nabi SAW ke dalam kerja atau muamalah kita. Jadi jika
kita tidak kerja maka kita rugi tidak mengamalkan sunnah nabi atau perintah
Allah dalam bermuamalah. Jika kita bisa mengaplikasikan kehidupan Nabi SAW ini
ke dalam muamalah atau pekerjaan kita, maka Allah akan senang dan ridho pada
kita. Kita gunakan asbab yang kita punya untuk menghidupkan sunnah dan kehidupan
Rasullullah SAW kedalam kehidupan kita sehari-hari. Nabi SAW bukan dari kalangan
jin atau malaikat, tetapi Nabi SAW adalah dari kalangan manusia biasa seperti
kita juga. Nabi SAW juga mempunyai hajat dan kebutuhan seperti makan, minum,
tidur, berkeluarga, pakaian dan bersosialisasi dengan sesama manusia. Ini
merupakan tanda bagi manusia agar mereka bisa mengambil manfaat dan pelajaran
dari kehidupan Nabi SAW yang juga manusia biasa seperti kita. Kita harus bisa
mengambil manfaat dari kehidupan Nabi SAW walaupun itu hanya dari dengkurannya
Nabi SAW. Dari sihir yang menyakiti Nabi SAW, laparnya, tawanya, sampai
ngantuknya Nabi SAW, ini semua merupakan effek kemanusiaan yang ada pada diri
Nabi SAW. Tetapi bagaimana Nabi SAW menghadapinya itulah yang perlu kita ikuti.
Bagaimana Nabi SAW menikah, berkeluarga, membesarkan anak, berhubungan dengan
istri, bertetangga, bersahabat, berdagang, inilah yang harus kita ikuti. Jika
kita bisa mengaplikasikan kehidupan Nabi SAW ini kedalam kehidupan kita, barulah
yang namanya kebahagiaan, keberkahan, rahmat, dan ketenangan akan
datang.
Untuk bisa mengamalkan agama secara sempurna
dengan keyakinan yang benar, maka kita harus tanamkan dalam diri kita keyakinan
bahwa hanya Allah sajalah pemelihara tunggal kita. Bukan toko, warung, sawah,
uang, nasi, perdagangan, jabatan, keluarga yang memberi saya hidup tetapi hanya
Allahlah satu-satunya yang memberi saya hidup dan kehidupan. Tetapi walaupun
begitu saya harus bawa tarekat atau jalan kehidupan Nabi SAW kedalam toko saya,
sawah saya, perdagangan saya, jabatan saya, dan keluarga saya. Ini karena sunnah
atau tarekat Nabi SAW adalah perkara yang Allah sukai. Jika saya ingin Allah
mencintai saya, maka saya harus ikut tarekat atau jalan Nabi SAW ini. Inilah
yang namanya beriman kepada Allah dan RasulNya. Bagaimana tarekat Nabi SAW dalam
berdagang ? inilah yang harus kita aplikasikan yaitu berkata jujur dan memberi
timbangan yang lebih, bukannya malah menguranginya. Bawa sifat Ihsan dalam
perdagangan kita yaitu perasaan selalu diperhatikan oleh Allah. Dengan sifat
Ihsan ini, maka kita akan bisa menjalankan seluruh perintah Allah ketika
berdagang. Jadi bukan karena asbab saya bekerja tetapi karena tarekat Nabi SAW
saya bekerja. Yakin yang salah dalam berdagang adalah ketika dia meyakini bahwa
untung akan datang dari menabung dan mengirit dalam memberi. Ini bisa
menyebabkan seseorang untuk tidak adil dalam menimbang bahkan curang. Kita perlu
lihat sejarah bagaimana akhir dari orang-orang yang tidak adil dalam
perdagangannya dan kita lihat bagaimana kiat Nabi SAW menjadi pedagang yang
sukses. Kaum Madyan diperingatkan oleh nabi mereka mengenai perkara Riba dalam
berdagang, namun mereka malah mengingkarinya. Sehingga Allah hancurkan mereka
dan asbab-asbab mereka yang ada. Lihat Nabi SAW bagaimana beliau SAW menjaga
kejujuran dan prinsip keadilan dalam berdagang, dan ini adalah perintah Allah,
sehingga semua orang datang kepadanya untuk berbisnis. Semua keadaan ini pada
hakekatnya datang dari Allah SWT karena Allah Ta’alalah yang menciptakan asbab dan
keadaan-keadaan tersebut. Jadi penting kita kembalikan segala keadaan pada Allah
dan perintahnya dalam keadaan tersebut.
Ketika dakwah yang Haq ditegakkan maka Allah
akan hancurkan keyakinan yang bathil. Dakwah ini adalah cara dari Allah untuk
menghancurkan yang bathil dan menghadirkan yang Haq. Allah tidak perlu tentara
untuk menghancurkan kebathilan, Allah punya banyak cara. Bagaimana Allah
hancurkan pasukan Abrahah dengan burung-burung kecil yang membawa batu, lalu
kaum Ad dengan angin, kaum Luth dengan gempa dan gunung, Saba dengan banjir,
kaum Tsamud dengan teriakan malaikat, dan lain-lain. Ketika pasukan Abrahah
hendak menyerang Mekkah, orang kafir Quraish saat itu percaya pada Allah tetapi
mereka juga percaya ada tuhan-tuhan lain selain Allah. Inilah masalah agama yang
terjadi saat itu. Jadi ketika pasukan Gajah Abrahah hendak menghancurkan
Ka’bah, seorang kafir
Quraish membisikkan pada Gajah, ”Wahai Gajah, ini adalah rumah Allah. Apa yang
kamu pikirkan hendak menghancurkan rumah Allah ?” Padahal gajah sekali seruduk
saja Ka’bah bisa hancur,
tetapi Gajah tersebut lebih memilih duduk karena takut pada Allah, walaupun
telah dipukuli dan dipaksa maju oleh tentara Abrahah. Inilah kekuasaan Allah dan
Allah punya banyak cara. Si orang Quraish tadi berdakwah kepada si Gajah,
sehingga si gajah tadi takut untuk melakukannya. Ketika ada Dakwah atas perkara
yang Haq maka yang batil akan sirna dan musnah seperti musnahnya ular-ular
firaun yang palsu dimakan oleh tongkat Musa AS yang berubah menjadi ular. Semua
bentuk kebathilan ini hanya seperti tipuan saja bagi Allah Ta’ala. Sehingga semua penyihir Firaun
menyadari hal itu, lalu bertobat dan masuk islam. Siapa yang mampu merubah
seseorang dari kafir menjadi muslim dalam sekejap ? jawabnya adalah Allah
semata, dan bukan Musa AS. Bahkan ketika itu Musa AS dalam keadaan takut namun
Allah menenangkan Musa AS dengan perintah Allah. Apa perintahnya ? Allah
perintahkan Musa AS untuk meletakkan tangannya di dadanya, sehingga hilanglah
rasa takutnya. Lalu Allah perintahkan Musa AS untuk melemparkan tongkat
menghadapi ular tipuan penyihir-penyihir Firaun. Walaupun secara logika perintah
Allah tidak masuk diakal seperti melawan ular dengan tongkat tetapi jika
dilakukan ada hasilnya. Inilah yang harus kita lakukan, setiap ada masalah
jalankan saja perintah Allah, nanti Allah akan bantu kita menyelesaikan masalah
kita. Bahkan nanti Allah akan paksakan keadaan-keadaan yang tidak mungkin
menurut logika kita dari arah yang tidak diduga duga untuk selesaikan masalah
kita. Hanya dengan perintah Allah sajalah hati ini akan menjadi tenang dan bukan
dengan asbab-asbab keduniaan. Sebagaimana tenangnya hati Musa AS setelah ikuti
perintah Allah ketika menghadapi Firaun.
Jika kita kakukan Dakwah sebagai hamba Allah
bukan dengan kebanggaan atas kemampuan, nanti Allah berikan kita pertolongan.
Seorang Da’i akan Allah
berikan ketenangan dan kecukupan dalam hatinya jika dia yakin, “Allah bersama
saya”. Dan ini adalah satu-satunya modal para Nabi AS seperti Musa AS, Ibrahim
AS, Nuh AS, Isa AS, Muhammad SAW, dan yang lainnya dalam berdakwah, yaitu
keyakinan, “Allah bersama saya”. Begitu juga modal para Masyaikh kita dari
Maulana Ilyas Rah.A, Maulana Yusuf Rah.A, dan Hadratji Innamul Hasan Rah.A.
Mereka semua Allah telah berikan kondisi-kondisi untuk menguji Iman mereka.
Bahkan Musa AS pun punya rasa takut ketika menghadapi musuh Allah, tetapi Allah
menenangkan Musa dengan pertolongannya. Musa AS hanya diperintahkan untuk
menjalankan saja perintah Allah dan pergi saja dakwah ke Firaun. Nanti
selebihnya Allah yang akan melakukan apa yang Musa AS tidak bisa lakukan seperti
memberikan hidayah, mengalahkan penyihir Firaun, membelah lautan dan
lain-lain.
Asbab adanya kerja dakwah maka keyakinan akan
yang Haq diyakini secara merata di kalangan sahabat RA. Di jaman Sahabat RA,
Seorang anak kecil dapat mengingatkan ibunya untuk tidak mencampur susu dengan
air karena Allah ada bersama kita dan Allah dapat melihat apa yang kita
kerjakan. Inilah keyakinan seorang anak kecil di jaman sahabat asbab adanya
dakwah. Sehingga seorang anak kecilpun dapat mempunyai rasa taqwa dan ihsan
dalam diri mereka. Jika sifat Taqwa dan Ihsan ada dalam diri kita, maka Allah
akan masukkan rasa cukup atau qona’ah kedalam hati kita. Jadi sifat-sifat inilah yang perlu kita bawa
kedalam muamalah dan muasyarah kita. Mereka inilah yang nantinya termasuk dalam
orang-orang yang tidak dilalaikan perdagangannya dari mengingat Allah. Untung
dan Rugi bukan tujuan, tetapi bagaimana kita bisa melakukan apa yang dilakukan
oleh nabi ketika berdagang walaupun secara logika bisa merugikan. Segala sesuatu
yang dilakukan oleh Nabi SAW akan menghasilkan keberkahan. Hanya dengan cara
Nabi yang namanya keberkahan akan datang bukan dengan cara analisa ekonomi atau
strategi business. Orang yang melakukan penipuan dalam perdagangan walaupun dia
seorang muslim sekalipun maka ia akan Allah buat susah dan mendapatkan banyak
kesulitan.
Salah satu tanda-tanda ketika seseorang
bergerak dari yang haq kepada yang batil adalah rasa ketidak tenangan. Bagaimana
cara menenangkan hati yaitu dengan ingat kepada Allah dalam setiap waktu dan
keadaan. Allah berfirman didalam Al Qur’an “…ingatlah hanya dengan berdzikir hati akan menjadi tenang ”(13
: 28 ). Jika kita bisa mengingat Allah dalam setiap waktu dan keadaan, maka akan
mudah kita menegakkan yang haq dan menghindari yang bathil. Penting kita ingat
Allah dalam mengerjakan muamalah agar Allah beri kita manfaat dan keberkahan
dalam muamalah kita. Hanya orang yang terlepas hubungannya dari Allah yang akan
mengalami kesusahan. Seperti kisah seekor burung yang dipelihara oleh seorang
Raja, tetapi suatu saat burung itu kabur. Pada saat burung tersebut kabur
terbang menuju kerumah seorang nenek tua yang buta, burung tersebut masih dalam
keadaan sempurna dan penuh keindahan. Namun karena nenek tua ini buta dan bodoh
maka ketika dia menangkap burung tersebut diperlakukannya seperti manusia,
hingga rusak keindahannya. Burung itu dipotong kukunya karena si nenek merasa
kukunya kepanjangan, dipotong paruhnya hingga tidak bisa makan karena dia pikir
mungkin si burung sulit makan dengan paruh yang panjang, dan sayapnya dicukur
biar si burung tidak keberatan terbangnya. Sehingga burung tersebut menjadi
rusak. Namun si nenek tidak menyadarinya bahwa dia telah merusaki burung
tersebut. Suatu ketika si nenek mengetahui bahwa burung tersebut adalah milik
raja maka dia memohon pengampunan dari raja karena ketidak tahuannya agar tidak
dihukum. Ketika burung tersebut dikembalikan oleh si nenek dalam keadaan rusak
kepada Raja, Sang Raja tidak marah. Apa kata Raja, “Biarkan saja, inilah
akibatnya bagi dia karena telah durhaka kepadaku.” Begitu juga kita hari ini
kalau kita tidak taat kepada Allah dan lepas hubungan dari Allah, maka Allah
akan biarkan kita rusak dan celaka oleh perbuatan kita sendiri. Jadi seseorang
jika dia lari dari agama maka dia akan rusak sebagaimana rusaknya burung tadi.
Orang yang lari dari agama, maka cara makannya akan rusak, cara tidurnya akan
rusak, sehingga kehidupannya akan menjadi rusak.
Kita harus punya keyakinan pada agama Allah
sebelum Allah penuhi hati kita dengan ketenangan. Kapal Nuh AS ketika angin
kencang dan ombak datang saat banjir bergejolak, semua yang berada di dalam
kapal merasa tenang, tidak ada rasa ketakutan. Ini karena mereka telah di dakwah
tentang kebesaran Allah oleh Nabi Nuh AS bertahun-tahun, sehingga yakin yang
benar masuk kedalam hati mereka. Dengan Dakwah, hati akan tenang karena yang haq
akan masuk dan yang bathil akan keluar atau hilang. Rasullullah SAW tidak diutus
untuk menunjuki manusia kepada jalan keuangan, ekonomi, perdagangan, atau
teknologi, tetapi menunjuki manusia kepada jalan Allah yaitu Darussalam, jalan
keselamatan. Inilah sebabnya Nabi SAW adalah Rahmatan Lil Alamin, Rahmat bagi
seluruh alam, bukan hanya untuk kaum atau golongan tertentu tetapi untuk semua
mahluk Allah. Dari golongan jin, binatang, manusia, bahkan tumbuh-tumbuhan dapat
mengambil manfaat dengan kehadiran beliau SAW. Tetapi masalahnya hari ini
kesibukan kita telah menghabiskan waktu kita untuk yang namanya uang. Mereka
kira tanpa uang bagaimana bisa menyambung hidup, sehingga yang ada dalam hati
hanya ketidak tenangan. Sehari-hari yang dipikirin bagaimana bisa dapat uang,
tidak ada habis-habisnya selalu dikejar-kejar waktu dan rasa tidak aman. Ini
karena kita sudah menjadikan uang sandaran kira untuk hidup. Jika orang
menyandarkan dirinya pada Allah dan meyakini bahwa Allah satu-satunya pemelihara
dia, bukan uang tanpa uang dia tetap bisa hidup, maka ketenangan hati akan
datang. Bagi mereka yang mempunyai ketenangan hati yang paling penting adalah
mempunyai sambungan dengan Allah dan menjalankan perintah-perintahnya. Hanya
dengan agama hati seseorang akan menjadi tenang.
Senjata tanpa peluru maka tidak akan ada
gunanya. Begitu juga seorang yang beriman tetapi tidak mengerjakan dakwah maka
dia tidak ada gunanya, seperti senjata tetapi tidak ada peluru. Dia seorang yang
beriman tetapi tidak berguna untuk orang lain dan agama, maka orang seperti ini
tidak berguna disisi Allah. Seseorang yang bernilai dan berguna disisi Allah
adalah orang beriman yang berguna bagi orang lain dan agama. Kita harus bisa
menjadi orang-orang yang memberikan sesuatu pada Agama bukan mengambil sesuatu
dari agama, berkorban bukannya beruntung atau berlaba dari agama. Siapa saja
yang berkorban untuk agama maka Allah akan berkorban untuk dia. Siapa saja yang
membantu atau memberikan kontribusi apapun pada agama, maka Allah akan membantu
dia dan akan membalasnya dengan kebaikan-kebaikan. Allah ketika memberi tidak
pernah perhitungan, Allah hanya memberi, dan ketika memberi tidak ada batasan,
hanya Allah yang tahu batasannya, baik dengan asbab ataupun tanpa asbab. Atas
perkara ini perlu kita tambah korban kita untuk agama Allah dengan begini nanti
Allah akan bukakan kepada kita kefahaman seperti kefahaman para sahabat atas
agama Allah.