Pada saat ini Allah telah memberi kita suatu
karunia yang besar yaitu Agama. Agama adalah segala ketentuan Allah untuk
manusia yang tidak boleh dibantah. Jika dilanggar maka akan membawa dampak
kerusakan dan penderitaan dalam kehidupan kita. Dengan Agama ini pula Allah
cucurkan Sakinah dan Rahmat kepada hambanya kepada hamba-hamba yang
disayanginya. Walaupun majelis ini yang dibicarakan hanya perkara Iman dan Amal
saja dan tidak bisa menghadirkan jutaan umat untuk mendengarkannya. Namun asbab
majelis ini Allah telah kirimkan malaikat-malaikat berdesak-desakan untuk datang
kemari dan mereka bersusun-susun sampai ke Arasy Allah SWT. Dan siapa saja yang
menghadiri majelis ini maka nama-nama mereka akan dibangga-banggakan oleh Allah
di hadapan mahluk-mahluk yang maksum dan mulia yaitu para Malaikat yang
do’anya pasti didengar oleh
Allah Ta’ala. Allah
senantiasa memandang mereka yang menghadiri majelis ini dengan pandangan Rahmat.
Sangking Berkahnya majelis ini orang yang hanya lewat mampir, juga Allah
ampunkan dosanya. Asbab majelis ini dalam suatu percakapan Allah dengan Malaikat
yang datang dari Majelis seperti ini, Allah akan jauhkan kita dari apa yang kita
takutkan dan memberikan apa yang kita idamkan. Dikatakan dalam suatu riwayat,
jika Allah turunkan Hujan Api dari langit maka yang akan selamat adalah para
Ahlul Mesjid yang sedang berada di dalam mesjid sedang menghidupkan
amalan.
Kalau ditanya siapa yang dicintai Allah
jawabnya mudah dan singkat yaitu para Ahlul Masjid. Jika Allah sudah cinta
kepada Ahlul Mesjid ini, siapa saja yang membenci mereka, memerangi mereka, maka
Allah akan menyatakan perang kepadanya. Jika Allah sudah menyatakan perang,
siapa yang dapat menang melawan Allah. Ketika Allah sudah mencintai seseorang,
maka Allah akan menjadi matanya yang dengannya ia melihat, Allah akan menjadi
telinganya yang dengannya ia mendengar, Allah akan menjadi mulutnya yang
dengannya ia berbicara, Allah akan menjadi tangannya yang dengannya ia memukul,
dan Allah akan menjadi kakinya yang dengannya ia melangkah. Inilah kemuliaan dan
keuntungan yang diberikan kepada mereka Ahlul Masjid, yaitu orang-orang yang
senantiasa memakmurkan mesjid Allah dan hatinya senantiasa terpaut kepada
mesjid. Untuk perkara ini perlu kita siapkan diri kita dan ambil keputusan agar
kita siap menjadi Ahlul Mesjid dan siap memakmurkan Mejid-mesjid Allah dimana
saja berada. Namun kenapa pada hari ini ketika dihamparkan Takaza kita masih
pikir-pikir dulu ini karena kita belum ambil keputusan.
Di dunia ini ada 2 tempat yang bertentangan
tetapi bersaing untuk diramaikan oleh manusia. Satu tempat disenangi Allah dan
Satu tempat lagi dibenci Allah:
- Mesjid Dicintai Allah
- Pasar Dibenci Allah
Yang namanya Ahlul Mesjid ini hatinya tidak
akan tergoda oleh pasar. Pasar itu adalah tempat dimana segala kemaksiatan wujud
dari penipuan, sumpah palsu, pengurangan timbangan, maling, zina mata, dan
lain-lain. Ketika dia melewati pasar Hatinya selalu terpaut kepada Allah,
lidahnya senantiasa basah dengan dzikir, dan yang dia fikirkan adalah apa
perintah Allah saat ini dan bagaimana Nabi SAW mencontohkan. Maka hanya dengan
sekali dzikir saja ia sudah dapat membawa sejuta pahala atau satu juta
keuntungan ketika ia melewati pasar tersebut. Jika dibanding dengan perdagangan
yang ada di pasar, perdagangan mana yang bisa mengalahkan keuntungan ahlul
mesjid yang melewati pasar dengan berdzikir.
Sedangkan Ahlul Pasar pergi ke mesjid maka
jangankan berdagang berbicara perdagangan saja dalam mesjid sudah mendatangkan
murka Allah dan dapat menjadi asbab tidak diterima seluruh amalnya selama 40
hari. Jika ia berdagang maka diperintahkan agar kita mendo’akan perdagangannya untuk tidak berkah
dan gagal.
Betul hari ini para pedagang sholat dengan
benar, pejabat sholat dengan benar, buruh, sholat dengan benar, petani sholat
dengan benar. Tetapi kenapa sholat ini tidak dapat mendatangkan pertolongan
Allah atau tidak dapat mencegah perbuatan yang mungkar. Hari ini orang sholat
tetapi maksiat jalan terus. Ini karena ketika sholat para pedagang memikirkan
perdagangannya, para petani yang memikirkan pertaniannya, para pejabat
memikirkan pemerintahannya, dan para buruh memikirkan kerjaannya. Begitu juga
ketika melakukan haji, zakat, puasa, dan amal ibadat lainnya fikirnya mereka
tetap dalam profesinya masing-masing. Sehingga ketika dikumpulkan di
Ka’bah, Thawaf,
Do’anya beda-beda. Pedagang
minta perdagangannya sukses, Petani minta pertaniannya maju, pejabat minta naik
pangkat, buruh minta gajinya naik dan lain-lain. Sehingga Agama telah terobek
robek, teracuhkan, dan tidak ada yang mempedulikan.
Beda dengan pedagang, petani, pejabat, dan
buruh yang membawa fikir agama, walaupun mereka berdagang, bertani, bekerja
sebagai pejabat dan buruh tetapi dia tetap membawa fikir agama. Maka orang-orang
seperti inilah yang dikatakan Nabi sebagai orang-orang yang tidak di lalaikan
dari profesinya dan pekerjaannya atau perdagangannya. Doa mereka semua sama
dimana saja dan ketika melakukan amalan apa saja yaitu Minta Hidayah. Ini asbab
fikir agama sehingga menimbulkan keseragaman dalam permintaan yaitu bagaimana
Agama atau Hidayah ada dalam diri mereka dan diri umat diseluruh alam. Maka
mereka inilah yang tidak dilalaikan oleh pekerjaan dan perdagangan mereka, nanti
di akherat mereka akan di panggil dengan rombongan yang akan masuk surga tanpa
Hisab.
Orang yang senantiasa membawa fikir agama
dalam setiap pekerjaannya maka dia akan dapat merasakan nikmatnya beramal
ibadah. Hatinya selalu senantiasa terpaut kepada Allah dan perintahNya. Maka
Allahpun seperti gayung bersambut akan mendengarkan doa-doanya dan menerima amal
ibadahnya.
Seperti dalam sholat ketika dia membaca
Fatihah Allah akan membalas bacaannya:
1. “Alhamdulillah” : Segala Puji Allah Tuhan
seluruh alam
“HambaKu telah memuji-muji
Aku”
2. “Ar Rahman ni Rahiim”: Yang Maha Pengasih
dan Maha Penyayang
“HambaKu Memuja Aku rupanya”
3. “Malikiyaw Middeen” :
“Penguasa Hari Pembalasan”
“HambaKu telah mengagungkan
Aku”
- Lalu ketika sampai ayat yang berhubungan dengan Tauhid dan Penghambaan, Allah akan membalas dengan mengatakan :
4. “Iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nashta’in”: Tempat Aku meminta dan
menyembah
“Ini antara Aku dan HambaKu
saja”
- Lalu do’a apa yang Allah ajarkan kepada kita untuk dibaca :
5. “Ihdinash Shiratal Mustaqim”:
Do’a Hidayah : “Tunjukilah
Aku Jalan yang lurus”
“Apa yang hambaKu minta”
- Apa itu jalan yang lurus yaitu jalanya para Nabiyin, Syahiddin, Shiddiqin, Sholihin, Muttaqin, dan orang2x yang Muqorrobbin :
6. “Shirothol Ladzi Na’an Amta Alaihim Ghoiril Magdu Bi Alaihim
walad Dhoollin” : Ke jalan orang2x yang kau Ridhoi bukan ke jalan orang2x yang
kau Murkai.
Sebaik-baiknya pemberian Allah adalah
bimbingan ke Jalan Lurus
Inilah yang namanya “Mi’rajul Muslimin” atau Mi’rajnya orang Muslim, jadi bukan hanya
Nabi saja yang Mi’raj kepada
Allah, tetapi Allah berikan kepada kita untuk dapat Mi’raj kepada Allah.
Kini seleruh segi keduniaan semakin maju,
toko, pabrik, ekonomi, kebendaan semakin maju dibanding dengan jaman Sahabat.
Namun mengapa pada hari ini dengan kemajuan yang didapat di segala bidang Agama
justru mundur. Bukankah hari ini orang bilang jika ekonomi maju, teknologi maju,
mesjid lebih bagus, Ilmu tersebar dimana-mana, maka agama akan berkembang dan
juga lebih maju. Tetapi kenapa pada kenyataanya justru Agama malah mundur. Jadi
Majunya agama ini bukannya karena teknologi yang canggih, ekonomi yang maju,
Ilmu yang tersebar, tetapi karena adanya orang-orang yang mengamalkan agama
secara sempurna.
Hari ini jika seorang salesman mobil atau
salesman proyek yang menawarkan kebendaan maka ketika mereka mengetuk pintu
mereka akan disambut dengan baik. Tetapi jika seseorang mengetuk pintu untuk
menawarkan agama maka tidak sedikit orang yang tidak suka dan menganggap
pekerjaan ini suatu yang aneh bahkan gila. Hari jika Agama ditawarkan kepada
petani maka mereka akan mengatakan tidak ada waktu karena sibuk dengan pertanian
mereka. Jika Agama ditawarkan ke pejabat maka para pejabat akan mengatakan tidak
ada waktu karena sibuk dengan pemerintahannya. Begitu juga ketika di tawarkan
kepada Karyawan, Dokter, Polisi, dan lain-lain. Semuanya tidak ada yang punya
waktu, sibuk dengan profesinya masing-masing. Agama hari ini sudah seperti anak
yatim, terkatung-katung, tidak ada yang mau menerima atau mengambilnya. Padahal
dahulu Nabi dan Sahabat mereka korbankan seluruh waktunya dan hidupnya untuk
Agama dan agar kita dapat mempunyai agama. Agama yang dulu dikejar-kejar
perintahnya oleh Sahabat untuk dikerjakan karena hausnya mereka terhadap
perintah agama, kini malah kita tinggalkan, kita jauhkan, bahkan kita langgar.
Padahal hanya dengan Agama saja manusia ini dapat sukses, bahagia, dan jaya.
Mengapa orang-orang banyak yang menolak Agama dan kita masih belum siap bekerja
sungguh-sungguh agar agama ini bisa wujud di seluruh alam ini karena kita belum
ambil keputusan. InsyaAllah kita siapkan diri kita untuk mengambil
keputusan.
Hari ini kita dengan niat saja untuk menjadi
ahlul masjid, Allah telah berikan kita keuntungan atau pahala. Begitu juga
dengan niat-niat yang lain seperti menjadi Hafidz, Alim, Syuhada. Beda dengan
Ahlul Pasar hanya sekedar niat maka tidak akan membawa keuntungan apa-apa, harus
ada kerja dulu yang sungguh-sungguh dan susah-susah. Jadi lebih beruntung jadi
ahlul masjid dibandingkan dengan ahlul pasar.
Natijah atau hasil yang diperoleh ahlul mesjid
dan ahlul pasar adalah berbeda. Ahlul Mesjid ini dengan amalannya akan
menghasilkan sifat. Sedangkan ahlul pasar yang dihasilkannya dari amalannya atau
pekerjaannya adalah uang atau kebendaan. Natijah dari Sifat baik ini adalah
disukai semua orang dan tidak ada musuh. Sedangkan Natijah yang dihasilkan dari
uang dan kebendaan adalah persaingan, permusuhan, dan sifat-sifat buruk yang
akan wujud. Kalau yang namanya ahlul pasar, jika kebendaan atau hartanya
meningkat, maka ini akan menghasilkan sifat-sifat seperti Qorun dan Firaun. Ini
adalah hasil usaha saya sendiri, tidak ada yang bantu, ini hasil kepintaran saya
dalam berdagang. Bahkan parahnya akan berkata siapa yang lebih pintar, lebih
kaya, lebih berkuasa dari saya. Tidak ada beda dengan Firaun ketika mengatakan
saya ini adalah Tuhan, bisa segalanya. Jadi Ahlul Pasar ini semakin kaya semakin
berkuasa semakin seperti Qorun dan Firaun. Inilah tendensi ahlul pasar yang jika
kebendaan atau kekuasaannya meningkat dan tidak ada usaha atas Iman, maka mereka
akan menjadi seperti Firaun dan Qorun.
Beda dengan Ahlul Masjid, dalam Do’anya saja sudah menunjukkan ke
Tawadhu’annya, kerendah
hatiannya : “Ya Allah sesungguhnya diriku ini tidak pantas di dalam Surga
FirdausMu tetapi diriku ini tidak mampu menerima siksaan di NerakaMu.” Jadi
Sifat Baik ini akan muncul jika kita mau tambah korban lagi semakin jauh semakin
baik. Dan yang namanya sifat ini dapat dibawa kemana-mana tanpa ada rasa susah,
cemas, kesulitan. Sedangkan kebendaan atau uang yang dibawa oleh ahlul pasar ini
belum tentu bisa dibawa kemana-mana. Kalaupun bisa maka akan mendatangkan rasa
cemas, ketakutan kalau uang banyak atau benda mahal, berat
dibawa-bawa.
Didalam Kubur nanti amalan ahlul masjid ini
akan wujud sebagai pemuda yang membela kita. Seperti Sholat akan wujud sebagai
pemuda tampan dan Al Qur’an
yang dibaca akan wujud sebagai pemuda yang membantu kita ketika menjawab
pertanyaan mungkar dan nakir. Amalan-amalan ini akan menjaga kita dari atas
kepala kita, dari kanan kita, dari kiri kita dan amalan-amalan yang lainnya.
Sedangkan ahlul pasar yang hartawan dan tidak mau taat pada perintah Allah maka
ketika dikubur yang diteriakkan adalah hartaku…hartaku….hartaku.
Dunia ini adalah tempat yang hina dan kita ini
juga mahluk yang hina jika tidak ada agama. Terbuat dari cairan yang kotor,
masuk ke dalam lobang yang kotor, keluar dari lobang yang sama. Segala sesuatu
yang bersih dan suci walaupun itu air zamzam dan daging yang ketika memotongnya
mengucapkan bismillah, tetap saja kalau sudah masuk ke perut keluar jadi
kotoran. Perut ini gudangnya kotoran, jadi kemana-mana kita pergi bawa kotoran.
Jika bukan karena agama kita sudah menjadi mahluk yang kotor dan hina beda tipis
dengan binatang. Bahkan banyak yang seperti binatang kerjanya makan, kerja,
tidur begitu aja terus-terusan. Bahkan lebih parah dari binatang karena kita
masih punya akal untuk mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, tetapi
masih melakukan hal yang buruk.
Namun yang meninggikan derajat manusia ini
adalah amal-amalnya. Inilah yang kekal disisi Allah selain dari itu hanya akan
habis dan terhenti untuk dunia ini saja. Coba kita bermuhasabbah mana rezki yang
Allah berikan yang terpakai buat menyenangkan Allah dan yang terpakai untuk
memuaskan nafsu. Lihat kebendaan kita yang ada di rumah dan lihat apa yang telah
kita korbankan untuk agama. Ini semua akan di hisab dan akan di mintakan
pertanggung jawabannya. Berapa banyak Rezki yang Allah telah kasih tetapi kita
selewengkan hanya untuk memuaskan nafsu kita bahkan untuk bermaksiat kepada
Allah. Allah Maha Tahu dan Allah punya team khusus yang bisa membuktikannya.
Sesungguhnya perhitungan Allah ini cepat, tepat dan akurat. Namun mengapa hari
ini ketika kita diminta untuk korbankan harta dan diri untuk agama kita masih
ragu-ragu, ini karena kita belum buat keputusan.
Allah telah menyembunyikan QudratNya dibalik
asbab. Orang yang mengusahakan asbab dan yakinnya terletak pada asbab maka orang
seperti ini akan celaka. Karena orang seperti ini Yakinnya hanya pada asbab,
ketika asbab itu sudah tidak ada lagi dia akan menderita dan merasa susah.
Inilah yang namanya ujian ketika Takaza dibentangkan kepada kita, yakin pada
Allah atau yakin pada asbab. Padahal sebenarnya manfaat dan mudharat suatu asbab
itu adalah Allah yang menentukan dan berubah-ubah sesuai dengan keinginan Allah
semata. Dan ini tersembunyi dibalik asbab sebagaimana tongkatnya Musa AS yang
berubah-ubah atas kehendak Allah saja.
Hari ini mengapa banyak orang yang
menghabiskan waktunya untuk perdagangan mereka, jabatan, dan pekerjaan mereka,
namun tidak mendapatkan keberkahan dari apa yang mereka kerjakan. Ini karena
mereka tidak melihat Amr atau perintah Allah dalam pekerjaan mereka. Jalankan
perintah Allah dalam setiap pekerjaan kita baru nanti Allah akan datangkan
keberkahan dan manfaat. Ada dalam suatu riwayat tentang Saidina Ali RA. Suatu
ketika Ali RA ketika hendak ke mesjid dia melihat seorang pemuda yang sepertinya
dalam kesusahan, bajunya kumal, dan seperti sedang kelaparan. Setelah Ali RA
mengikat Untanya maka ketika dia masuk kedalam mesjid dia berniat akan menolong
pemuda itu selepas dia sholat dua rakaat. Setelah Ali RA selesai menyelesaikan
sholatnya lalu dia keluar dia dapatkan pemuda itu sudah tidak ada dan unta yang
diikatnyapun juga tidak ada. Maka ketika itu Ali RA tidak langsung berprasangka
buruk terhadap pemuda tersebut. Dia berpikir untanya lepas karena ikatannya
mungkin kurang kuat. Ketika Ali RA melewati pasar ditemukannya Unta tersebut
yang ternyata sudah ada di tangan orang lain. Ali RA berkata, “Ini adalah unta
saya.” Orang tersebut berkata, “Tidak mungkin saya baru saja beli dari orang
lain.” Ali RA bertanya, “kamu beli dari siapa.” Orang itu menjawab, “Saya beli
dari seorang anak muda seharga 25 dinar.” Mendengar hal itu Ali RA menjerit,
ketika ditanya mengapa, Ali RA menjawab, “Saya sebenarnya hendak memberi pemuda
itu 25 dinar.” Disini dapat kita ambil pelajaran bahwa sebenarnya pemuda tadi
akan mendapatkan rizkinya dengan jalan Halal dari Ali RA. Namun karena pemuda
tersebut tidak sabar dan lebih mengikuti Nafsunya dibanding melihat perintah
Allah maka pemuda tadi mendapatkan Rizkinya dengan cara yang haram. Ini semua
sebenarnya ujian dari Allah. Kenapa kini banyak orang yang menipu, mencuri, dan
korupsi, ini karena mereka tidak yakin pada Allah dan Rizki yang telah Allah
tentukan.
Sebenarnya yang namanya Rezki itu telah Allah
tentukan, dan itu tidak akan berkurang atau bertambah menurut usaha kita. Rizki
mengejar kita sebagaimana mati mengejar kita, kita tidak bisa lari dari mati dan
begitu juga sebelum rizki. Kita tidak akan mati sebelum Rizki kita habis
walaupun itu hanya satu hirupan udara. Ini harus kita yakini, jika tidak maka
kita tidak akan lolos dari ujian dan keadaan yang Allah kasih. Kini orang
mengira dengan mencuri, merampok, korupsi, atau dengan meningkatkan bisnisnya,
rizkinya akan bertambah. Seseorang yang berusaha mati-matian untuk mendapatkan
rezki yang lebih dari apa yang Allah telah tetapkan ini adalah kemustahilan.
Tetapi bukannya kita berhenti kerja, karena kerja ini perintah Allah dan sunnah
nabi. Lihat perintah Allah dulu apakah dengan duduk saja nanti Allah yang
datangkan, atau kita disuruh menyebar mencari rizki. Lihat Perintahnya dulu
dalam masalah pekerjaan ini, Allah tidak pernah memerintahkan kita untuk
duduk-duduk saja tanpa bekerja. Namun jangan pernah tinggalkan perintah Allah
untuk mendapatkan rizki. Lakukan apa yang kamu mampu nanti Allah akan melakukan
apa yang kamu tidak mampu yaitu memberi keberkahan, kecukupan, ketenangan dan
jalan keluar dalam setiap masalah.
Mengapa hari ini, banyak orang yang meresa
susah rizkinya, jodohnya, asbab2xnya, dan lain-lain. Ini karena mereka tidak mau
menjaga perintah Allah dalam pekerjaan atau keadaan mereka. Jaga perintah Allah
dalam perdagangan, pertanian, perkantoran, dan profesi kita yang lain, maka
Allah yang akan berikan kita berkah dan manfaat. Ketika Musa AS hijrah, saat itu
dia adalah seorang pengangguran, tidak punya apa-apa. Namun asbab Musa AS jaga
perintah Allah dalam setiap keadaan maka Allah SWT memberinya jalan keluar dalam
setiap masalahnya.
Suatu ketika, Musa AS melihat seorang wanita
yang cantik berdiri diantara pohon. Melihat hal itu darah muda Musa AS naik,
lalu Musa AS menegur wanita tersebut mengapa dia tidak dirumah saja karena dapat
mengganngu pria-pria yang lain. Inilah perintah Alah SWT yang pertama yang
dijaga Musa AS. Namun wanita itu memberi alasan bahwa ayahnya sudah tua dan dia
kemari untuk mengambil air. Namun karena ketika itu banyak laki-laki yang
berebutan ambil air di sumur sehingga dia harus menunggu di balik pohon agar
tidak terlihat. Melihat hal itu Musa AS Iqrom mengambilkan air buat wanita itu
untuk dibawa kerumah wanita tersebut. Dan ini perintah Allah yang kedua yang
dijaga Musa AS yaitu menolong orang yang sedang berada dalam kesulitan. Dalam
perjalanan kerumahnya Musa AS yang berjalan dibelakang wanita itu tidak menyukai
posisinya karena Musa AS masih dapat melihat punggung dan kaki dari wanita
tersebut. Melihat punggungnya saja Musa AS sudah tidak mau, sehingga Musa AS
memerintahkan wanita itu untuk berjalan dibelakangnya, dan Musa AS meminta
wanita itu melempar kerikil sebagai arah jalan. Inilah perintah Allah yang
ketiga yang dijaga oleh Musa AS. Setelah sampai dirumah wanita tersebut ternyata
dia adalah anak seorang nabi yaitu Nabi Syuaib AS. Melihat kebaikan-kebaikan dan
akhlaq dalam diri Musa AS, Nabi Syuaib AS, memberinya pekerjaan, lalu diangkat
sebagai muridnya, diberi rumah, dan dinikahkan dengan anaknya. Padahal
sebelumnya ia hanya seorang pengangguran, miskin, gak ada tempat tinggal, dan
gak punya jodoh. Asbab menjaga perintah Allah, Allah berikan Musa AS jalan
keluar dari segala masalah yaitu pekerjaan yang halal dan berkah, rumah tempat
tinggal, dan dinikah dengan anaknya syuro’ yang jamilah dan alimah. Hari ini kenapa kita masih susah saja
padahal dari segi kehidupan kebendaan kita lebih baik dari yang dipunya Musa AS,
baju kita lebih baik, rumah kita lebih baik, dan makanan kita lebih baik dari
yang dimakan Musa AS. Ini karena kita belum buat kepustusan untuk menjaga
perintah Allah.
Namun Allah tidak menguji kita ketika susah
saja, Allahpun menguji kita ketika kita senang. Apakah kita masih mau menjaga
perintah Allah ketika senang. Ketika Musa AS sudah mendapatkan kebaikan yang
banyak maka turun perintah Allah Ta’ala kepada Musa AS untuk Khuruj Fissabillillah Dakwah kepada
Firaun. Jadi Allah uji kita bukan hanya dengan keadaan susah tetapi juga dengan
keadaan senang.
Suatu ketika istri Musa AS sedang sakit dan
kedinginan, Musa AS yang biasa menyalakan api dengan kayu agar dapat memberikan
kehangatan buat istrinya, kali ini apinya tidak menyala. Lalu Allah nampakkan
kepada Musa AS api yang menyala dari bukit Thursina. Demi istri Musa AS, sama
seperti kita rela bersusah-susah pergi jauh-jauh untuk mencarikan api buat
istrinya yang sedang kedinginan. Bedanya dengan kita, hari ini kita susah-susah
pergi jauh-jauh agar istri bisa terpuaskan keinginannya, ke hero, ke toko emas,
ke toko baju. Rela korbankan harta untuk keluarga, sehingga akhirnya duitnya
habis tidak jadi dipakai keluar di jalan Allah.
Ketika sampai di bukit Thur, Api yang
dilihatnya ternyata tidak ada. Disini Musa AS hendak ditarbiyah oleh Allah
Ta’ala, bahwa tidak perlu
api untuk menghangatkan, atau makanan untuk mengenyangkan, air untuk
menghilangkan haus, karena semua itu manfaat dan mudharatnya atas izin dari
Allah. Itulah yang Allah Ta’ala ajarkan kepada Musa AS ketika tongkatnya menjadi ular lalu
menjadi tongkat kembali atas perintah dari Allah Ta’ala. Memang secara logika perintah Allah
tidak masuk diakal, ini karena Allah sembunyikan QudratNya dibalik perintahNya.
Namun untuk menyempurnakan Iman dan Yakin ini perlu pengorbanan dengan jiwa dan
harta.
Maka walaupun Musa AS masih dalam keadaan
belum sempurna keyakinannya, Allah tetap perintahkan Musa AS untuk pergi Dakwah
kepada Firaun. Siapa itu Firaun yaitu Ahli Dunia yang mengaku sebagai Tuhan
karena merasa mampu melakukan segala-galanya. Disitu Musa AS harus membuat
keputusan, istri yang sedang sakit dan kedinginan, atau menunaikan perintah
Allah. Istri jelas-jelas sedang sakit tetapi Allah malah menyuruh Musa AS untuk
meninggalkan istrinya pergi di jalan Allah. Ini perintah Allah yang sangat
bertentangan dengan Nafsu Musa AS ketika itu. Ada masalah tetapi malah disuruh
pergi di jalan Allah. Musa AS bertanya kepada Allah bagaimana dengan istrinya
lalu Allah perintahkan Musa AS untuk memukul batu dengan kayunya. Setalah tiga
kali memukul hingga batu itu pecah menjadi batu yang lebih kecil didapati oleh
Musa AS, seekor ulat yang sedang memuji Allah karena Allah tidak melupakan
Rizkinya. Ulat dalam batupun masih dalam pemeliharaan Allah. Lalu Musa berkata
bahwa Firaun mempunyai Bala Pasukan yang banyak, dan ia meminta Harun diangkat
sebagai Nabi sebagai teman yang membantunya. Allah berkata mahfum kepada Musa
AS untuk tidak takut karena “Aku bersama Engkau”. Namun karena Musa AS
memberikan alasan agar Harun AS dapat membantunya dalam menyampaikan Dakwah
kepada Firaun, akhirnya do’a
Musa AS ini diterima.
Musa AS berdo’a kepada Allah :
Robbishrohli sodri : Ya Allah aku berlindung
kepadamu dari sesaknya dadaku
Harus buat keputusan karena banyaknya
pertimbangan.
Wayah sirli Amri : Ya Allah bantulah
urusanku
meninggalkan istri yang sedang sakit dan
sedang menunggunya untuk dirawat.
Wahlul uhdatam mi lisani yafqohu qouli : Ya
Allah mudahkan lidahku dalam menyampaikan
Musa AS mulutnya cadel tidak bisa bayan dengan
benar tetapi tidak menghalanginya untuk dakwah kepada Firaun, Bayan hanya
keperluan saja bukan kepentingan Dakwah. Yang penting adalah pengorbanannya
dalam menjalankan perintah Allah. Sampaikan walaupun satu ayat
Jangan jadikan alasan tidak bisa bayan tidak
mau dakwah atau keluar di jalan Allah. Lihat Musa AS tidak bisa bayan apakah ia
berhenti dari dakwah, dakwahnya jalan terus walaupun tidak bisa bayan. Walaupun
dalam kondisi yang sangat sulit, Musa AS nafikan Nafsunya dan buat keputusan
untuk ikuti maunya Allah, keluar ke negeri jauh. Tidak ada Musyawarah dengan
istri bahkan ia meninggalkan istri dalam keadaan sakit. Jadi apa yang di
korbankan Musa ketika itu, ada 3 perkara :
- Mal atau Harta Berupa domba2xnya dan tempat tinggalnya
- Hal atau Keadaan Keadaan yang sulit yaitu istri yang sedang sakit
- Al atau Keluarga Istri yang dicintai
Inilah Pengorbanan Musa AS demi perintah
Allah, dia nafikan keadaannya dan hanya membenarkan perintah Allah. Hari ini
kita logikan perintah Allah, sehingga kita bisa mudah mengikuti Nafsu kita.
Istri dan Anak belum diberi uang belum bisa berangkat. Dikira kita ini yang
menghidupkan dan memberi makan mereka sehingga perintah Allah kita logikan. Jaga
anak dan istri kan perintah juga, nanti kalau udah siap baru saya berangkat.
Siapnya kita adalah menurut Nafsu beda dengan siapnya Musa AS. Ini karena kita
belum mengambil keputusan, sehingga perintah Allah ini belum bisa kita kerjakan
secara sempurna.
Maka ketika Musa AS akan pergi, dia diberi
Bayan Hidayah dulu oleh Allah mahfum : “Sampaikanlah dengan hikmah mudah-mudah
dia sadar”. Maka ketika Musa AS sampai dihadapan Firaun Musa AS, Firaun
mengumpulkan para ahli sihirnya untuk mengalahkan Nabi Musa AS. Hanya saja
dibelakang Dai ada Allah Ta’ala. Jika Allah sudah menyatakan perang, siapa yang bisa menang
melawan Allah. Akhirnya penyihir Musa AS mengetahui hal ini, lalu mereka
bertobat dan menyatakan keislamannya. Sudah berbagai macam kebesaran yang Allah
nampakkan kepada Firaun, namun Firaun hatinya masih menolak karena gengsi bahwa
Musa ini dari kalangan hamba.
Ketika Musa AS membawa Bani Israil dari
cengkraman Firaun, Musa AS terjebak diantara lautan dan pasukannya Firaun yang
siap membantai Bani Israil. Inilah yang membedakan imannya seorang abid dan
seorang dai, Bani Israil berkata bahwa mereka celaka sebab laut didepannya dan
firaun dibelakang mereka. Tetapi apa kata Musa AS, “Allah bersama Saya”. Apa
yang dilakukan Musa AS ketika itu, dia menunggu perintah Allah, tidak buat
ide-ide dengan Nafsunya, seperti gunakan tongkat untuk memukul Firaun. Tetapi
perintah Allah memukulkan tongkatnya ke laut. Sehingga karena perintah Allah
laut terbelah menjadi dua belas jalan. Allah berikan Musa dan Bani Israil jalan
keluar dari masalah. Siapa yang menyelesaikan masalah ? Allah yang selesaikan
masalah.
Ketika Firaun berusaha mengikuti jalan Bani
Israil, Musa AS langsung pukulkan tongkatnya ke laut. Tetapi tidak membawa
perubahan apa-apa, ini karena tongkat Musa AS ini hanya mahluk, dan laut
terbelah atas perintah Allah. Jadi tongkatnya tidak bisa berbuat apa-apa selain
dari apa yang Allah telah perintahkan. Lalu Allah perintahkan kepada laut untuk
menenggelamkan Firaun dan Bala tentaranya. Ketika terombang ambing dalam laut,
Firaun mengakui Allah Tuhannya Musa AS dan Bani Israil. Namun apa kata Allah,
saat ini baru kamu mau bertobat setelah sejauh ini engkau menentangku, maka
tidak diterima oleh Allah.
Hari ini orang yang tidak taat kepada Allah
kelihatan seperti jaya dan bahagia, namun ujung-ujungnya hanya orang yang
beriman dan yang mau menjaga perintah Allah yang akan dimenangkan oleh Allah dan
yang akan bahagia. Sama seperti Firaun yang awalnya kelihatan bahagia dan Musa
kelihatan susah dan menderita tetapi ternyata akhirnya Musa AS lah yang di
menangkan oleh Allah dan di muliakan sampai akhir jaman. Jika kita jaga perintah
Allah maka Allah akan jaga kita. Untuk ini kita perlu buat keputusan dan buat
pengorbanan.