Ketika orang dilahirkan di dunia ini, walaupun
mereka semua dilahirkan dengan cara yang sama yaitu dari rahim seorang ibu,
tetapi mereka dilahirkan dengan membawa status yang berbeda-beda. Inilah cara
Allah memberi pelajaran pada manusia, walaupun mereka lahir dalam keadaan yang
berbeda-beda tetapi semuanya harus tunduk dengan keputusan Allah jika mau
mendapatkan yang namanya kebahagiaan. Semuanya dari yang miskin, yang kaya, yang
sehat, yang cacat, semuanya kalau mau mendapatkan kebahagiaan harus ikut cara
Allah, yaitu dengan agama, tidak ada cara lain. Untuk bisa menjadikan Agama
sebagai jalan mendapatkan kebahagiaan ini diperlukan Hidayah dari Allah. Penting
saat ini kita fikirkan bagaimana kita berusaha untuk mendapatkan Hidayah. Tidak
ada seorangpun yang bisa mendapatkan Hidayah tanpa ada usaha untuk
mendapatkannya. Berbeda dengan kekayaan yang bisa didapatkan tanpa usaha seperti
melalui warisan dan keturunan dalam tahta kerajaan. Tetapi Hidayah ini hanya
bisa didapat dengan melakukan usaha atas hidayah. Jadi usaha yang paling penting
bukan usaha atas keduniaan, tetapi usaha atas hidayah. Usaha atas hidayah inilah
yang namanya Jalan keselamatan. Apa itu Jalan keselamatan yaitu Jalan Hidayah
atau Sunnanul Huda. Allah telah berikan kepada Nabi SAW Sunnanul Huda :
jalan-jalan petunjuk atau jalan-jalan hidayah, agar manusia bisa mendapatkan
yang namanya kebahagiaan dan keselamatan. Siapa saja yang berjalan diluar
Sunnanul Huda niscaya mereka akan tersesat dan jauh dari petunjuk Allah. Jika
kita tidak diberi petunjuk maka kita akan sengsara hidup di dunia ini dan di
akherat nanti. Seperti orang buta yang kehilangan tongkat, jalannya akan
menderita, nabrak sana nabrak sini, terjatuh-jatuh. Begitulah orang yang hidup
tanpa hidayah.
Hari ini orang islam banyak yang hidup dengan
cara Yahudi dan Nasrani, padahal satu-satunya kehidupan yang di ridhoi Allah dan
yang Allah telah jamin hanya kehidupan Nabi SAW. Kehidupan Nabi SAW ini adalah
suatu kehidupan yang didasari atas wahyu Allah, langsung petunjuknya dari Allah.
Sehingga ketika Nabi SAW mengamalkan petunjuk atau wahyu itu dengan sempurna
maka kehidupan Nabi SAW penuh dengan keberkahan dan pertolongan Allah. Beda
dengan kehidupan kita hari ini yang penuh dengan kesulitan dan tidak ada
pertolongan Allah. Hari ini kita setiap ada masalah baru lari ke ulama minta
do’a karena merasa
do’anya tidak didengar oleh
Allah. Tetapi setelah minta do’a, ketika pulang kehidupannya tidak berubah, sama saja dengan
kehidupan Yahudi dan Nasrani. Bagaimana Allah akan tolong kita jika kita masih
seperti itu cara hidupnya. Beda dengan sahabat setiap ada masalah langsung lari
kepada Allah, diselesaikan dengan sholat dan do’a, maka pertolongan Allah langsung turun
saat itu juga. Mengapa doa sahabat ijabah dan sedangkan doa kita tidak ? padahal
Tuhannya sama, Nabinya sama, Kitabnya sama, Kiblatnya sama. Ini disebabkan
kehidupan yang kita jalani berbeda dengan sahabat RA.
Keyakinan kita kini belum benar karena masih
terkait pada Asbab dan Dunia. Seperti keyakinan kita hari ini meyakini bahwa
onta ini hanya bisa lahir dari onta yang hidup bukan dari onta yang mati.
Padahal Onta ini untuk dapat melahirkan onta berhajat pada Allah Ta’ala. Sedangkan Allah tidak berhajat pada
Onta untuk bisa melahirkan onta. Onta tidak bisa melahirkan dengan sendirinya
tanpa izin dari Allah Ta’ala. Allah mampu menciptakan onta dengan onta. Dan Allah mampu
menciptakan onta tanpa lahir dari seekor onta seperti onta Nabi Sholeh yang
keluar dari batu. Inilah kekuasaan Allah, Allah mampu mengeluarkan benda yang
hidup dari benda yang mati. Jadi Allah mampu menciptakan onta dari onta ataupun
tanpa onta, mudah saja bagi Allah. La Illaha Illallah.
Asbab keyakinan kita yang belum benar ini
sehingga Agama saat ini sulit untuk dijalankan secara sempurna. Yakin kita masih
bergantung pada logika dan asbab, sedangkan manfaat dari agama ini akan nampak
jika kita beramal dengan keyakinan yang sempurna. Sahabat hanya dengan sholat 2
rakaat saja Allah tundukkan alam untuk mereka. Sahabat karena mempunyai yakin
yang sempura sehingga ketika beramal, hanya dengan sholat saja dapat
menyelesaikan segala masalah. Kini toko-toko kecil telah berkembang menjadi
industri asbab meningkatnya keinginan manusia akan kebendaan. Orang-orang yang
tadinya hanya bersepeda dan berkuda, kini telah mengendarai mobil-mobil mewah.
Semua asbab keduniaan telah mengalami peningkatan qualitas dan kemajuan, tetapi
mengapa pada hari ini pengamalan agama oleh manusia malah mengalami kemunduran
yang drastis jauh dibandingkan dengan pengamalan agama di jaman Sahabat RA.
Mengapa Agama justru mengalami kemunduran, padahal kini kondisi ekonomi jauh
lebih baik, teknologi jauh lebih baik, dan fasilitas manusia untuk mengamalkan
agama jauh lebih lengkap dari pesawat sampai mesjid yang nyaman. Sangking
mundurnya agama, bahkan kini seorang anakpun tidak mampu memandikan jenazah dan
memimpin sholat jenazah untuk orang tuanya. Dunia ini telah Allah berikan bahkan
kepada musuhnya juga, tetapi Hidayah hanya Allah berikan kepada orang yang mau
mengusahakannya. Dunia ini tidak ada nilainya walaupun hanya sebelah sayap
nyamuk disisi Allah. Dan barang siapa yang mengejar dunia dengan meninggalkan
perintah Allah, maka orang ini akan Allah buat susah mendapatkan apa yang dia
ingini. Sedangkan dia tidak akan mendapatkan lebih dari apa yang Allah telah
tetapkan di Lauh Mahfudz. Orang yang seperti ini akan menjadi hina disisi Allah
karena dia rela meninggalkan sesuatu yang punya nilai disisi Allah demi dunia
yang tidak punya nilai disisi Allah. Jadi jangan sampai kita tertipu dan jangan
sampai kita salah bergantung. Tawajjuhkan diri kita hanya kepada perintah Allah,
nanti Allah akan cukupkan keperluan kita dan Allah akan selesaikan
masalah-masalah kita.
Ka’bah adalah rumah pertama yang dibangun untuk Allah di mekkah,
padahal Allah tidak memerlukan rumah. Sedangkan rumah terbesar ini adalah hati
manusia. Hati ini jika di isi dengan nafsu dan kebendaan walaupun seluruh isi
langit dan bumi ini dimasukkan kedalam hati, maka hati ini tetap akan merasa
kurang dan tidak akan pernah merasa cukup. Tetapi jika hati ini ada Taqwa, maka
nanti Allah yang akan datangkan rasa cukup walapun dia ini hidupnya sehari makan
sehari tidak. Hati yang mempunyai Taqwa maka terhadap keduniaan dia akan selalu
merasa cukup, sedangkan untuk agama selalu merasa kurang dan ingin tambah lagi.
Setan ini adalah mahluk yang telah mempersembahkan hidupnya untuk menjauhkan
manusia dari Allah dan Amal Agama. Hari ini banyak sekali manusia yang
terperangkap oleh tipu daya setan. Seseorang berkata ketika ditaskil, “Saya akan
keluar nanti setelah saya pensiun.” Ini namanya terperangkap oleh setan. Padahal
apa jaminannya dia bisa hidup selama itu. Lalu ketika sudah tua nanti dia akan
berkata, “saya sudah tua, sudah pikun, dan sudah lemah, sekarang ini adalah
tugas yang muda untuk fissabillillah”. Sehingga orang yang sama, bisa mati tanpa
pernah buat usaha atas hidayah, mati tanpa ada usaha untuk menyempurnakan agama
pada dirinya sendiri. Tanpa usaha atas hidayah atau usaha atas keimanan,
seseorang bisa mati seperti orang kafir, tidak ada tanda-tanda keislaman. Amal
baik ini akan membuat ruh kita menjadi suci dan bersih, sedangkan amal buruk
akan membuat ruh kita kotor dan rusak. Sedangkan Ruh yang dapat memasuki Jannah
hanya Ruh manusia yang suci dan bersih dari dosa. Sedangkan Ruh yang kotor dan
berdosa tidak akan bisa memasuki Jannah. Jannah ini bukan tempat untuk sesuatu
yang kotor, jadi untuk itu harus dibersihkan terlebih dahulu di Neraka. Segala
sesuatu di dunia ini agar mempunyai nilai disisi Allah ada adabnya dan
do’anya. Dengan demikian
maka kehidupan seseorang ini akan bernilai disisi Allah sejauh mana dia mau ikut
adab dan do’a yang telah
Allah ajarkan kepada Nabi SAW. Kini orang berharap bisa mempunyai anak yang baik
dan sholeh, tetapi ketika berhubungan intim dengan istri (Jima’) dilakukan tanpa adab dan
do’a. Akhirnya asbab tidak
menggunakan adab, maka nutfah kita menjadi tumpangan setan. Binatang dalam
melakukan sesuatu tanpa adab oleh sebab itu anaknya tetap seperti binatang.
Inilah penting kita mulai segala sesuatu dengan mengucapkan “Bismillah” dan
pakai adab.
Jika kita buat kerja atas agama dengan benar
maka Allah akan selamatkan kita dari segala musibah sebagaimana Allah selamatkan
Nabi Luth dari bencana atas kaumnya. Hari ini fikir kita bukannya justru ingin
menjadi da’inya Allah tetapi
malah ingin menjadi pengusaha, pedagang, petani, ilmuwan, dokter, ini justru
yang kita utamakan. Seharusnya kita tawajjuhkan diri kita terhadap apa yang
Allah mau atas diri kita bukan nafsu kita. Jika kita tawajjuhkan diri kita
kepada Allah dalam setiap perbuatan dan keputusan yang kita ambil, maka Allah
akan bantu kita dan memberi kita jalan keluar bahkan dari arah yang tidak
disangka-sangka. Tetapi jika kita tawajjuhkan diri kita pada nafsu dan mahluk
maka nanti Allah akan hinakan kita dan akan buat kita bersusah payah mendapatkan
apa yang kita ingini. Kedamaian ini hanya dapat datang melalui perintah-perintah
Allah. Jika semua orang taat pada perintah Allah maka keinginan terhadap
keduniaan dan kebendaan akan berkurang hingga hilang dari diri kita. Ketika ini
terjadi, maka tidak akan ada lagi kejahatan dan kebathilan. Sahabat ketika
penaklukan Persia, harta ghanimah datang bertumpuk-tumpuk ke pintu rumah mereka
tetapi apa yang mereka lakukan ? mereka menangis dikarenakan Nabi SAW tidak
pernah mengajarkan kepada mereka untuk menumpuk-numpukkan harta. Jadi keinginan
akan dunia dan kebendaan telah Allah angkat dari mereka asbab ketaatan mereka
pada perintah-perintah Allah. Kini karena ummat sudah meninggalkan agama maka
masalah berdatangan dan kemauan menjadi banyak.
Waktu saat ini adalah jalan menuju masa depan
yang akan terlewatkan. Malaikat Maut akan datang menjemput kita pasti dan pasti,
walaupun kepada orang yang beriman dan yang tidak beriman. Waktu yang telah
terlewatkan, adalah kerugian bagi seseorang jika dilewati tanpa amal. Setiap
waktu yang terlewatkan tanpa amal ini bisa menjadi asbab bagi kita mendapatkan
hisaban yang keras dari Allah ta’ala. Kebendaan itu bisa datang dan bisa pergi, jika hilang bisa
diusahakan kembali, tetapi waktu yang terlewatkan tanpa amal adalah kerugian
yang sebenarnya. Amal ini walaupun itu hanya sebesar debu dapat menyelamatkan
kita dari Adzab Allah di akherat dan Allah akan balas dengan surga yang luasnya
10 kali lipat lebih besar daripada Dunia beserta isinya. Untuk perkara ini perlu
kita fikirkan bagaimana waktu yang akan kita lewati dapat terlewatkan dengan
amal-amal agama. Jangan kita ambil kebanggaan dari kebendaan yang kita miliki,
status yang kita dapati, atau kekuatan yang kita punyai karena itu semua dapat
mejadi asbab kehancuran kita. Kita perlu belajar dari sejarah bagaimana Allah
hancurkan musuh-musuhnya karena kesombongan mereka. Seperti Qorun yang mengambil
kebanggaan dari hartanya, Firaun dari kekuasaannya, kaum ad dari kekuatannya,
dan kaum-kaum yang lain, semuanya Allah musnahkan. Segala yang mereka punya
tidak dapat menyelamatkan mereka dari adzab Allah. Allah tidak dapat dibeli oleh
apapun dan siapapun.
Kalau kita ingin bahagia kita harus bawa Allah
kedalam hati kita karena melalui hati seluruh tubuh kita bergerak. Jika di hati
ada kebesaran wanita maka tubuh kita akan kita arahkan geraknya menuju wanita
tersebut. Jika di hati ada kebesaran perdagangan maka kita akan bergerak menuju
perdagangan. Jika ada kebesaran Allah di hati maka seluruh anggota tubuh kita
akan tergerak menuju Allah. Penting kita benarkan hati dan amal kita. Di hati
ini tidak boleh ada selain Allah. Jangan sampai hati ini terkesan kepada selain
Allah walaupun itu pada air ketika haus. Jika di hati ini hanya ada Allah maka
kita tidak akan tertarik untuk mencari yang selain Allah. Jika keyakinan sudah
terbentuk maka seseorang siap melakukan apa saja untuk yang dia yakini. Itulah
sebabnya ketika di taskil untuk keluar di jalan Allah tidak semua orang siap dan
mau. Khalid bin Walid RA sebelum wafat berkata bahwa saya selalu mencari
malaikat maut dalam setiap peperangan. Khalid RA sudah pergi dalam banyak
pertempuran dan mengambil banyak takaza agama dalam kondisi apapun. Apa yang dia
harapkan yaitu mati syahid di jalan Allah. Beda dengan keinginan kita hari ini
yang dicari justru kenyamanan dan kemudahan. Siap pergi kalau usahanya tidak
terganggu, kalau dapat cuti, kalau tempatnya aman, ini bukan pengorbanan
namanya, tidak ada rasa takut pada Allah. Ciri-ciri orang yang Taqwa itu adalah
kesiapan dia untuk bermujahaddah menjalankan perintah Allah dimana saja dan
kapan saja. Tidak siap dan tidak mau bermujahaddah belum taqwa
namanya.
Nabi Zakaria AS selalu berdo’a untuk diberikan anak laki-laki karena
dia tau bahwa kerja ini harus ada penerusnya. Sebagaimana Yacob telah Allah
berikan Yusuf AS, Daud AS Allah telah berikan Sulaiman AS, Ibrahim AS Allah
telah berikan Ishak AS dan Ismail AS. Fikir mereka adalah bagaimana kerja ini
dapat diteruskan oleh keturunan mereka. Do’a inilah yang perlu kita minta kepada
Allah, agar Allah jadikan keturunan kita sebagai penerus-penerus kerja dakwah.
Namun perlu kita sadari bahwa di dalam setiap kerja atau usaha selalu ada ujian
dan cobaan yang harus kita lewati. Untuk kerja dunia saja kita akan mengalami
berbagai macam ujian dan rintangan. Melalui ujian dan rintangan kita akan
memiliki pengalaman, sehingga kita menjadi manusia yang lebih baik. Begitu juga
dalam kerja agama, Allah akan beri kita kondisi-kondisi untuk menguji kita.
Melalui ujian ini maka seseorang akan menjadi manusia yang lebih baik qualitas
sifatnya dan keimanannya. Iman dan Sifat ini akan datang pada kita melalui
Mujahaddah atas cobaan yang Allah berikan kepada kita. Semakin Allah cinta pada
seseorang maka semakin di uji dia oleh Allah. Semakin sering dia lulus dari
ujian yang Allah beri, semakin sempurna Iman dan sifatnya.
Jika seseorang merasa telah membuat maju kerja
agama ini dan merasa bahwa keberhasilan kerja agama ini ini adalah asbab usaha
dia, maka Allah akan singkirkan dia dari kerja agama ini. Usaha ini bukan usaha
atas hasil dan ketrampilan, tetapi ini adalah usaha atas perbaikan diri dan
peningkatan qualitas kita sebagai hamba Allah. Hasil dari usaha ini tidak ada
hubungannya dengan ketrampilan kita, tetapi semata-mata karena hidayah Allah
SWT. Allah yang memberikan hasil dan kita hanya dijadikan sebagai asbab hidayah
karena Allah hendak memuliakan kita. Usaha ini adalah Allah yang punya kerja
seorang diri dan Allah pulalah yang menjaganya tanpa bantuan yang lain. Allah
tidak perlu siapapun dalam menjaga kerja dakwah. Bagi Allah membuat orang taat
semudah membalikkan telapak tangan, dalam sekejap semua orang bisa taat.
Sedangkan yang Allah mau lihat dari seseorang adalah pengorbanannya dan
keinginannya atas hidayah. Usaha ini mulia bukan karena ada orang kaya, orang
berpangkat, orang pintar, bukan, tetapi justru asbab usaha agama ini mereka
menjadi mulia.
Ketika kita keluar di jalan Allah kita harus
banyak buat do’a atas
hidayah terutama kepada orang yang kita kunjungi. Jika mereka menjamu kita
dengan makanan bagaimana kondisi hati kita, senang atau risau ? mengapa kita
harus risau, jangan-jangan Allah ganti doa hidayah kita dengan makanan. Usahakan
ketika kita di jalan Allah jangan pernah mengeluh terhadap apapun, cukup
do’a saja mengadu kepada
Allah. Jika ini bisa kita amalkan ketika keluar di jalan Allah, Insya Allah
nanti ketika pulang kita akan mempunyai kekuatan untuk melepaskan gantungan kita
kepada mahluk. Jika ketika keluar di jalan Allah saja kita tidak bisa berubah
menjadi baik, apalagi ketika kita tidak keluar di jalan Allah yaitu di rumah,
akan lebih susah lagi untuk berubah menjadi baik. Jika di mesjid saja kita tidak
bisa tawajjuh kepada Allah bagaimana kita bisa tawajjuh kepada Allah di luar
mesjid. Jangan kita sampai terkesan pada keadaan senang dan susah, ini hanya
keadaan-keadaan saja yang semuanya datang dari Allah. Jangan sampai kita
terjebak dalam kondisi-kondisi seperti ketika senang menjadi lalai dan ketika
susah putus harap kepada Allah. Sambungkan diri kita dengan Allah dalam setiap
keadaan dan jaga diri kita dari perbuatan dosa. Jika kita bisa bersyukur dan
bersabar atas semua keadaan yang Allah berikan kepada kita, maka nanti Allah
akan tunjukkan QudratNya sebagaimana yang telah Allah tunjukkan QudratNya kepada
para sahabat RA.
Semua kekuatan dan kekuasaan didunia ini
adalah semu, tidak nyata. Semuanya permainan dan tipuan saja, kelihatannya
seakan-akan punya kekuasaan dan kekuatan, padahal sebenarnya selain dari Allah
semua kekuasaan dan kekuatan itu tidak ada dan tidak nyata. Semua kekuasaan dan
kekuatan itu milik Allah dan datang dari Allah. Jika kita sambungkan diri kita
dengan Allah nanti Allah akan ubah segala keadaan dengan QudratNya. Untuk bisa
mendapatkan keyakinan ini perlu pengalaman Iman yang didapat melalui ujian dan
latihan. Akan datang masa semua kekuatan dan kekuasaan kita akan bertambah
diluar batas kemampuan yang dapat kita bayangankan. Kini jika kita melihat
matahari saja tidak mampu, nanti di akherat Allah akan tingkatkan kemampuan mata
kita, jangankan melihat matahari, bidadari saja yang nurnya dapat membuat
matahari cahayanya menjadi redup dan pudar, dapat kita lihat tembus dari lapisan
bajunya sampai ke tulang sumsumnya. Tembokpun tidak akan bisa menghalangi mata
kita untuk melihat pemandangan dibaliknya. Inilah mata super yang Allah berikan
kepada kita yaitu mata tembus pandang. Inilah kekuatan mata manusia surga, belum
lagi kekuatan mereka yang lain.
Design dari tubuh manusia ini merupakan
teknologi tercanggih yang tidak mempunyai kelemahan. Tujuan penciptaan tubuh
manusia yang sangat rumit ini agar manusia dapat menyempurnakan Ibadah kepada
Allah Ta’ala. Kecacatan yang
ada pada diri kita bukanlah kesalahan atau kelemahan dalam penciptaan tetapi
merupakan sarana untuk ibadah kepada Allah. Begitu pula Keterbatasan pendengaran
kita dan penglihatan kita semata-mata untuk memudahkan manusia beribadah kepada
Allah. Jadi kekurangan pada manusia bukanlah kesalahan atau kelemahan tetapi
merupakan bagian dari Ibadah kepada Allah. Binatang mempunyai pendengaran yang
tidak terbatas seperti kemampuan pendengaran untuk mendengarkan siksa kubur.
Jika manusia mampu mendengarkan siksa kubur bagaimana mereka bisa mampu
beribadah. Jadi keterbatasan dan kekurangan ini semuanya Allah ciptakan untuk
peribadatan kepada Allah.
Allah mampu ciptakan manusia yang berbeda-beda
dari Rahim yang sama. Dari Rahim yang sama manusia bisa lahir membawa perbedaan
fisik, sifat, dan ketentuan hidup di dunia dari Allah. Lalu Allah uji mereka
dengan keadaan-keadaan agar terlihat mana yang terbaik dari mereka keimanannya.
Jadi yang perlu kita lakukan jika ujian itu tiba adalah Sabar dan Tahammul agar
bisa bertahan dalam Mujahaddah mempertahankan agama setiap waktu, tempat, dan
keadaan. Allah pasti akan beri hidayah dan rahmat kepada seseorang jika selama
dia mau berusaha untuk sabar dan tahammul dalam ujian yang Allah kasih.
Seseorang ingin punya keluarga dan keturunan maka dia akan berusaha untuk nikah.
Namun hasil dari pernikahan berupa keturunan atau anak ini tidak ada jaminannya
walaupun kita telah mengusahakannya. Beda dengan usaha atas keturunan melalui
pernikahan yang tidak ada jaminannya, usaha atas Iman ini hasilnya mutlak adalah
hidayah bagi yang mengusahakannya. Jangan pernah kita putus asa dari hidayah dan
rahmat Allah, jaga prasangka baik kepada Allah setiap saat agar Allah jadikan
kita hambanya yang terbaik dari Keimanan dan Ketaqwaannya. Syukuri atas segala
nikmat yang Allah beri terutama Nikmat Iman dan Islam. Bagaimana kita mensyukuri
nikmat Iman dan Islam ini yaitu dengan meningkatkan quantitas dan qualitas amal.
Jika kita Allah golongkan sebagai orang-orang yang tau mensyukuri nikmat Allah,
maka nanti Allah akan tambah kenikmatan kita dalam mentaati perintah Allah dan
menjauhi larangannya. Jangan kita terkesan pada kondisi ketika ada makanan
ataupun ketika tidak ada makanan, jadikan segala kondisi sebagai sarana mengenal
Allah. Jika manusia tahu bahwa Allah adalah satu-satunya penyebab segalanya
terjadi dan pemelihara segala sesuatu, “That Allah is the doers”, maka segala
kekhawatiran atas segala sesuatu akan hilang. Ketika itu maka kedamaian akan
masuk dan kesusahan sirna dari hati. Sibukkan diri kita hanya dalam amal nanti
Allah akan datangkan keadaan-keadaan yang baik untuk kita. Hidupkan dakwah maka
amal akan wujud dalam diri kita, kampung kita, tetangga kita, keluarga kita dan
manusia seluruh alam.
Nabi SAW selalu mengajarkan keluarganya baik
dalam keadaan senang ataupun susah untuk tawajjuh pada amal-amal Agama.
Rasullullah SAW lebih senang melihat keluarganya dalam keadaan sabar dan tegar
menghadapi kesusahan dibanding dalam keadaan senang yang bisa melalaikan mereka
dari tawajjuh pada amal. Walaupun itu terhadap anak kesayangannya sendiri. Suatu
ketika Nabi SAW datang kerumah anaknya ternyata Nabi SAW dapati bahwa Fatimah
R.ha dan cucunya sudah 2 hari tidak makan. Namun ketika itu Nabi SAW tidak
bereaksi dengan marah-marah karena kondisi mereka sehingga mencari Ali RA untuk
minta pertanggung jawaban. Tetapi apa yang Nabi SAW nasehatkan kepada mereka
adalah untuk bersabar, padahal ini adalah anak dan cucu kesayangannya yang sudah
2 hari tidak makan. Inilah yang Nabi SAW ajarkan kepada mereka yaitu untuk
sabar, dan inilah yang disukai Nabi SAW yaitu ketika beliau SAW melihat
keluarganya dapat sabar dan tegar menghadapi cobaan. Tidak pernah tercatat dalam
riwayat manapun ketika Nabi SAW melihat kondisi keluarganya yang susah lalu
memerintahkan Ali RA menantunya untuk mengejar dunia agar dapat merubah kondisi
keluarganya yang susah. Sebaliknya Ali RA ketika itu melihat keluarganya belum
makan 2 hari diapun segera pergi keluar rumah mencari rezeki Allah dengan kerja
atau ikhtiar. Ali RA berhasil mendapatkan pekerjaan dari seorang yahudi dengan
imbalan secukupnya. Namun secukupnya sahabat ini benar-bener cukup tidak kurang
dan tidak lebih yaitu hanya 4 kurma : 1 untuk istrinya, 1 untuk hasan, 1 untuk
hussein, dan 1 untuk dirinya sendiri. Walaupun ketika itu si yahudi menawarkan
kerja tambahan atau lembur, dengan tambahan gaji yang lebih tinggi, Ali RA
menolaknya dengan alasan bahwa apa yang dia telah terima telah mencukupi bagi
keluarganya. Namun hari ini orang kerja lembur, “overtime”, berlebihan mengira
bahwa dengan uang lebih dia akan bisa mendapatkan kebahagiaan dan masalahnya
dapat terselesaikan. Inilah yang namanya menyelesaikan masalah sengan masalah,
sehingga bukannya masalah selesai tapi bertambah. Asbab keyakinan yang seperti
ini banyak orang yang terjebak dalam kondisi-kondisi yang menyulitkan mereka
sendiri. Waktu dengan keluarga berkurang, kesehatan menurun, beban bertambah dan
lain-lain. Sedangkan Ali RA lebih memilih merasa cukup apa adanya sehingga dia
tidak terjebak dalam koindisi-kondisi seperti kita saat ini.
Rasullullah SAW hingga akhir hayatnya tidak
pernah merasakan perut kenyang dan makanan yang mewah. Beliau SAW lebih memilih
hidup untuk bersabar dalam kekurangan dan kesusahan, lalu bersyukur ketika
tercukupkan. Makanan beliau saja yang di makan isehari-hari yang kadang-kadang
ada dan kadang-kadang tidak adalah roti tepung gandum yang belum di tapis agak
kasar, sehingga ketika memakannya memerlukan air untuk menelannya. Tetapi Nabi
SAW tidak pernah mengeluh akan kehidupan yang dihadapinya. Bahkan beliau mampu
menemukan kenikmatan dari kesusahan yang beliau lewati, salah satunya dengan
menjadikan roti seperti itu menjadi roti kesukaannya yang dimakan dengan minyak
zaitun. Sedangkan hari ini kita makan tidak pernah puas, padahal makanannya
sudah terdiri dari berbagai macam jenis. Namun kita tidak penah peduli akan
perbedaan kehidupan kita dengan kehidupan Nabi SAW. Apakah pantas kita mengakui
cinta kepada Nabi SAW padahal Nabi SAW hidup dalam keadaan yang sangat terbatas,
sementara kita hidup berlebih-lebihan, dan tidak ada sedikitpun kesedihan dihati
kita melihat perbedaan ini. Sedangkan :
- Umar bin Khattab RA saja jika melihat sajian makanan lebih dari 2 jenis makanan maka dia akan langsung meninggalkan jamuan makanan, tidak jadi makan.
- Aisyah R.ha ketika dihidangkan makanan seperti daging ayam, ia bisa segera menangis, ingat akan Nabi SAW yang tidak pernah makan kenyang dan enak.
- Abdurrahman bin Auf RA walaupun dia seorang pedagang yang kaya raya, namun ketika makanan mewah dan nikmat disajikan dihadapannya, maka dia akan menangis terisak-isak teringat kehidupannya bersama Nabi SAW dulu.
Sementara kita jika ada makanan mewah kita
langsung melihat kesempatan, tanpa ada rasa takut dan risau bisa langsung
menyantapnya tanpa pikir-pikir dahulu. Bahkan kalau kurang quantitas dan
qualitasnya kita tidak sungkan-sungkan mengeluh. Didalam sebuah hadits dikatakan
mahfum barang siapa yang kekurangan makan dan minum ketika di dunia maka Allah
akan berbangga dengannya dihadapan para malaikat, seraya berfirman, ”Lihatlah
Aku telah uji dia dengan kekurangan makanan dan minuman tetapi dia telah
bersabar terhadapnya. Maka saksikanlah bahwa aku akan meninggikan derajatnya di
surga mengikuti setiap suap yang dia kurangkan untuk dimakan.” Jadi nilai
kesabaran inilah yang menyebabkan Nabi SAW lebih suka melihat keluarganya
bersabar terhadap ujian dari Allah berupa kekurangan dan kelaparan walaupun itu
terhadap putrinya sendiri. Daripada melihat mereka dalam kesenangan tetapi
ganjaran yang Allah berikan kepada mereka tidak semaksimal ketika sabar dalam
kesusahan. Dan kesabaran dalam kesusahan, yaitu dengan sehari lapar dan sehari
cukup agar beliau SAW bisa sabar ketika tidak ada makanan dan bersyukur ketika
cukup, inilah yang dipilih Nabi SAW ketika ditawarkan harta dunia oleh Allah
Ta’ala. Nabi SAW bersabda
dalam mahfum hadits, “Barangsiapa yang paling kenyang di dunia maka dia akan
menjadi orang yang paling lapar di akherat, dan barangsiapa yang paling lapar di
dunia naka ia akan menjadi orang yang paling kenyang di akherat.” Untuk
mendapatkan kesiapan bersabar seperti Nabi SAW dalam segala kondisi, maka kita
perlu latihan keluar di jalan Allah. Tidak bisa hanya dengan 3 hari, 40 hari,
atau 4 bulan, tetapi dengan latihan yang terus menerus secara istiqomah sampai
mati. Mesin mobil ini jika tidak dipanaskan maka dia akan rusak sehingga tidak
bisa digunakan lagi. Begitu juga kesiapan kita, jika tidak dipanaskan atau
dilatih maka nanti akan hilang dari diri kita. Tingkatkan pengorbanan, hanya
dengan pengorbanan Allah akan beri kita keimanan untuk menghadapi segala
ujian.