Asas dakwah yang diamalkan wali songo 600
ratus tahun lalu sama dengan asas dakwah harakatul iman ( jemaah
tabligh)
Dari KH Mukhlisun
Ponpes Sirojulmukhlisin, Payaman – Magelang Jawa tengah,
Indonesia
(mazhab syafi’e, sunni, keturunan sunan
kalijaga)
Wasiat sunan kalijaga dalam kitabnya
:
“Yen wis tibo titiwancine kali-kali ilang
kedunge, pasar ilang kumandange, wong wadon ilang wirange mangka enggal
– enggala tapa lelana
njlajah desa milang kori patang sasi aja ngasik balik yen during olih pituduh
(hidayah) saka gisti Allah”
Artinya lebih kurang :
“Jika sudah tiba zamannya di mana
sungai-sungai hilang kedalamannya (banyak orang yang berilmu yang tidak amalkan
ilmunya), pasar hilang gaungnya (pasar orang beriman adalah masjid, jika
masjid-masjid tiada azan, wanita-wanita hilang malunya (tidak menutup aurat dan
sebagainya) maka cepat-cepatlah kalian keluar 4 bulan dari desa ke desa (dari
kampung ke kampung), dari pintu ke pintu (dari rumah ke rumah untuk dakwah),
janganlah pulang sebelum mendapat hidayah dari Allah swt”
Kalau kita buat dakwah berpegang dengan asas
dakwah ini maka dakwah kita akan mirip dengan dakwah nabi dan para sahabat
sehingga menjadi asbab hidayah ke seluruh alam.
Asas dakwah wali songo ada 10
:
1. Sugih tanpa banda (kaya tanpa
harta)
Artinya : jangan yakin pada harta, kebahagiaan
dalam agama, dakwah jangan bergantung dengan harta
2. Ngluruk tanpa bala (menyerbu tanpa banyak
orang/ tentera)
Artinya : jangan yakin dengan banyaknya jumlah
kita, yakin dengan pertolongan Allah
3. Menang tanpa ngasorake (menang/unggul tanpa
merendahkan orang)
Artinya : dakwah jangan menganggap hina
musuh-musuh kita, kita pasti unggul tapi jangan merendahkan orang lain (jangan
sombong).
4. Mulya tanpa punggawa (mulia tanpa anak
buah)
Artinya : kemuliaan hanya dalam iman dan
amalan agama bukan dengan banyaknya pengikut.
5. Mletik tanpa sutang (melompat jauh tanpa
tanpa galah/ tongkat panjang)
Artinya : niat untuk dakwah ke seluruh alam,
Allah yang berangkatkan kita bukan asbab-asbab keduniaan seperti harta dan
sebagainya.
6. Mabur tanpa lar (terbang tanpa
sayap)
Artinya : kita bergerak jumpa umat…dari orang
ke orang, jumpa ke rumah-rumah mereka .
7. Digdaya tanpa aji-aji (sakti tanpa
ilmu-ilmu kedigdayaan)
Artinya : kita dakwah, Allah akan bantu (jika
kalian bantu agama Allah, maka pasti Allah akan tolong kalian dan Allah akan
menangkan kalian).
8. Menang tanpa tanding (menang tanpa
berperang)
Artinya : dakwah dengan hikmah, kata-kata yang
sopan, akhlak yang mulia dan doa menangis-nangis pada Allah agar umat yang kita
jumpai dan umat seluruh alam dapat hidayah, bukan dengan kekerasan.
Nabi saw bersabda yang maknanya lebih kurang :
‘Haram memerangi suatu kaum
sebelum kalian berdakwah (berdakwah dengan hikmah) kepada mereka”
9. Kuncara tanpa wara-wara (menyebar/ terkenal
tanpa gembar-gembur/ iklan-iklan dan sebagainya)
Artinya : bergerak terus jumpa umat, tidak
perlu disiar-siarkan atau diumum-umumkan.
10 Kalimasada senjatane ( senjatanya kalimat
iman (syahadat))
Artinya : selalu mendakwahkan kalimat iman,
mengajak umat pada iman dan amal salih.
Asas dakwah ini sudah dikenal pada 600 tahun
yang lalu, ternyata mirip dengan asas dakwah yang diamalkan Syaikh Maulana
Ilyas, adakah Syaikh Maulana Ilyas sengaja mereka-reka usaha ini mengikut akal
fikirannya, sudah tentunya tidak, kerana apa? Kerana sumber dakwah wali songo
ini dan dakwah tabligh berasal dari sumber yang sama iaitu sunnah Nabi Muhammad
s.a.w. maka bagaimana mungkin dapat berbeza. Pelik juga usaha lain yang ingin
mengembangkan Islam tetapi masih mengikuti cara orang kafir?