Allah SWT berfirman : Berkata Zakariya: "Berilah aku suatu tanda (bahwa isteriku telah mengandung)." Allah berfirman: "Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia SELAMA TIGA HARI, kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari." (QS. Ali 'Imran 41)
Setelah Zakaria mendengar jawaban itu dari
malaikat Jibril maka dia berkata: "Tuhanku berilah aku sesuatu tanda bahwa
istriku akan hamil". Menurut Hasan Al-Basri, Nabi Zakaria bertanya demikian itu
adalah untuk segera memperoleh kegembiraan hatinya atau untuk menyambut nikmat
dengan syakur, tanpa menunggu sampai anak itu lahir.
Kemudian Allah menjelaskan bahwa tanda
istrinya mengandung itu ialah, bahwa dia sendiri tidak dapat berbicara dengan
orang lain selama tiga hari. Selama tiga hari itu dia hanya dapat mempergunakan
isyarat dengan tangan, kepala dan lain-lainnya. Dan beliau tidak lalai dari
berzikir dan bertasbih kepada Allah. Dan Allah menjadikan Zakaria tidak bisa
berbicara selama tiga hari itu adalah, agar seluruh waktunya digunakan untuk
zikir dan bertasbih kepada-Nya, sebagai pernyataan syukur yang
hakiki.
Menurut Al Qurtubi, sebagian mufassirin
mengatakan bahwa tiga hari Zakaria menjadi bisu itu adalah sebagai hukuman Allah
terhadapnya, karena dia meminta pertanda kepada Malaikat sehabis percakapan
mereka.
Di akhir ayat ini Allah memerintahkan kepada
Zakaria agar tetap ingat kepada Allah dan berzikir sebanyak-banyaknya pada waktu
pagi dan petang hari, sebagai tanda syukur kepada-Nya.
Menurut Jalalain, (Maka katanya, "Wahai
Tuhanku! Berilah aku suatu ciri.") atau tanda bahwa istriku telah hamil.
(Firman-Nya, "Tandanya ialah bahwa kamu tidak dapat berbicara dengan manusia)
artinya terhalang untuk bercakap-cakap dengan mereka tetapi tidak terhalang
untuk berzikir kepada Allah swt. (selama tiga hari) dan tiga malam (kecuali
dengan isyarat) atau kode (dan sebutlah nama Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta
bertasbihlah) maksudnya salatlah (di waktu petang dan pagi.") di penghujung
siang dan di akhir malam.
Menurut Ibnu Katsir, Allah memerintahkan
kepada Zakariya agar banyak berzikir, bertakbir dan membaca tasbih selama masa
tersebut (tiga hari).
Para mufassirin berkata tanda diterimanya doa
Zakariya ialah dia tidak boleh bercakap selama tiga hari kecuali dengan isyarat.
Pada masa itu Allah SWT telah memerintahkan Zakariya supaya berzikir
sebanyak-banyaknya dan meninggalkan perkataan-perkataan dunia untuk menambah
penghampirannya kepada Allah SWT.
Daripada ayat ini para ulama berpendapat bahwa
sekiranya manusia dapat mengasingkan diri keluar dijalan Allah selama tiga hari
dengan membersihkan diri dari fakir dunia. Meninggalkan percakapan dunia dan
menyibukkan diri dengan amalan dakwah, beribadah, belajar dan mengajar dan duduk
dalam suasana agama sudah pasti akan memberi kesan didalam hati sanubari
seseorang itu. Cinta pada agama akan datang. Manusia akan membersihkan diri
daripada dosa. Bertaubat dan lebih hampir kepada Allah SWT.
Didalam Sahih Bukhari jilid kedua bab Maghazi
dinukilkan bahwa seorang lelaki bernama Sumamah bin Ausal dari banu Hanafiah
telah ditawan dan diikat didalam masjid Nabi. Selama 3 hari beliau telah melihat
amalan orang Islam yang sibuk dengan amalan dakwah, belajar dan mengajar,
beribadat dan berkhidmat diantara satu sama lain. Hari yang pertama beliau tidak
mau menerima Islam. Begitu juga pada hari yang kedua. Pada hari yang ketiga
baginda Rasulullah SAW telah membebaskannya. Setelah dibebaskan dari tawanan
beliau merasakan sesuatu didalam hatinya, lantas beliau mandi dan datang kembali
ke masjid Nabi, bertemu dengan baginda Rasulullah SAW dan terus memeluk agama
Islam. Betapa besarnya perubahan pada diri Sumamah yang amat berkesan dengan
amalan masjid pada ketika itu. Dalam masa tiga hari menjadi sumber hidayah
kepadanya.
Rasulullah SAW. Mengutus Abdurrahman bin Auf
ke Dumah al Jandal Untuk Berdakwah
Diriwayatkan oleh Daraquthni dan Ibnu Umar ra,
katanya: Rasulullah saw. memanggil Abdur Rahman bin Auf dan bersabda kepadanya,
“Bersiap-siaplah karena aku akan mengutusmu bersama satu sariyah.”
Kemudian Ibnu Umar menceritakan hadits
tersebut selengkapnya, di dalamnya dinyatakan: Kemudian Abdur Rahman pun keluar
sampai menyusul sahabat-sahabatnya dan berjalan bersama mereka hingga tiba di
Dumah al Jandal sebuah negeri yang terletak di antara Syam dan Madinah, dekat
dengan gunung Tha’i. Ketika
beliau memasuki negeri itu, SELAMA TIGA HARI beliau menyeru mereka kepada Islam.
Pada hari yang ketiga, seorang bernama Asbagh bin Amr al Kalbi masuk agama
Islam. Sebelum memeluk islam ia adalah seorang Nasrani dan ketua bagi kaumnya.
Abdur Rahman Auf ra. menulis surat kepada Rasulullah SAW. yang dibawa oleh
seorang laki-laki dan Juhainah bernama Rafi’ bin Makits dan memberi tahu beliau hal
tersebut. Maka Nabi SAW. pun membalas suratnya dan memberi tahu Abdur Rahman bin
Auf ra. supaya menikahi anak gadis al Asbagh. Lalu Abdur Rahman menikahi
putrinya yang bernama Tumadhir, dan sesudah itu Tumadhir melahirkan seorang anak
lelaki untuk Abdur Rahman bin Auf ra. Yang bernama Abu Salamah bin Abdur Rahman.
Riwayat ini tertulis dalam kitab al
Ishaabah (1/108).
Rasulullah SAW Mengutus Khalid bin Walid Ke
Najran
Dinukilkan oleh lbnu Ishaq bahwa Rasulullah
saw. mengutus Khalid bin Walid ra. kepada Bani Harits bin Ka’b di Najran (pada bulan Rabiul Akhir
atau Jumadil Ula 10 H.) dan memerintahkannya supaya menyeru mereka kepada agama
Islam SELAMA TIGA HARI, sebelum memerangi mereka. Jika mereka menerima seruan
itu, maka terimalah mereka. Jika tidak, perangilah mereka. Maka Khalid pergi
hingga ke Najran. Khalid ra. mengutus pasukan berkuda untuk pergi ke setiap
tempat dan menyampaikan dakwah Islam. Adapun seruan mereka adalah: “Wahai
sekalian manusia, masuklah kalian ke dalam Islam, niscaya kalian akan
selamat.”
Maka mereka pun memeluk agama Islam. Khalid
ra. tinggal untuk sementara waktu bersama mereka, mengajari mereka mengenai
Islam dan kitab Allah serta sunnah Nabi-Nya sebagaimana yang diperintahkan oleh
Rasulullah SAW, jika mereka mau menerima Islam dan tidak memerangi.
Riwayat ini tertulis dalam kitab Hayatus Shahabah (1/128).
Surat Umar ra. Kepada Sa’ad Supaya Mendakwahkan Manusia Kepada
Agama Islam Selama Tiga Hari
Diriwayatkan oleh Abu Ubaidah dan Yazid bin
Abu Habib katanya :
Umar bin al Khaththab menulis sepucuk surat
kepada Sa’ad bin Abu Waqas
ra. yang isinya, “Sesungguhnya aku menulis surat kepadamu agar mendakwahi
manusia kepada agama Islam SELAMA TIGA HARI, maka barangsiapa yang menerima
seruan dakwah ini dan memeluk Islam sebelum terjadinya perang, maka ia adalah
laki-laki dan kalangan orang Islam. Ia mempunyai hak dan kewajiban sebagaimana
orang-orang Islam lainnya. Ia mempunyai hak untuk memperoleh bagian dalam harta
rampasan (ghanimah). Barangsiapa yang menerima seruanmu setelah selesainya
perang atau setelah kekalahan mereka, maka hartanya adalah fa’i bagi orang-orang Islam, karena
sesungguhnya mereka telah mempertahankannya sebelum ke-Islamannya. Maka ini
adalah perintah dan surat kepadamu.” (al Kanz)
Dakwah Salman al Farisi Selama Tiga Hari Pada
Han Istana-Istana Putih di Persia
Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam kitab al Hilyah dan Abu al
Bukhtari bahwa sepasukan tentara Islam yang dipimpin oleh Salman al Farisi ra.
telah mengepung sebuah istana dan istana-istana putih di Persia. Tentara-tentara
itu berkata kepada Salman, “Ya Abu Abdullah, apakah tidak kita serang saja
mereka?”
Salman menjawab, “Biarlah aku yang
mengurusnya, aku akan mendakwahkan Islam kepada mereka terlebih dahulu SELAMA
TIGA HARI sebagaimana yang telah aku dengar dan Rasulullah SAW. dan sebagaimana
kebiasaan dakwah mereka.”
Salman benkata kepada onang-orang Persia itu,
“Aku adalah seorang lelaki dati kalangan kamu, bangsa Persia. Apakah kamu tidak
melihat bahwa orang-orang Arab telah menaatiku, maka jika kamu memeluk Islam,
kamu akan mempunyai hak dan kewajiban sebagaimana kami mempunyai hak dan
kewajiban. Sebaliknya, jika kamu ingkar dan terus berpegang kepada agamamu, maka
kami akan membiarkanmu untuk terus berpegang kepada agama itu, tetapi kamu harus
membayar jizyah dan kamu adalah taklukan kami.”
Salman berbicara kepada mereka dengan bahasa
Persia, antara lain katanya, “Kamu tidak akan disanjung dan dipuji jika kamu
menolak agama Islam dan kami akan menyamaratakan di antara kamu.”
Orang-orang Persia itu menjawab, “Kami tidak
akan beriman dan tidak akan membayar jizyah, bahkan kami akan memerangi
kalian.”
Tentara-tentara Islam pun berkata kepada
Salman, “Ya Abu Abdullah, kita serang saja mereka.”
Jawab Salman, “Tidak.”
Maka Salman melakukan dakwah kepada mereka
SELAMA TIGA HARI. Tetapi setelah tiga hari berlalu, mereka tetap menolak Islam.
Maka Salman pun berkata kepada sahabat-sahabatnya, “Bangunlah dan perangi
mereka.”
Tentara Islam pun bangun dan memerangi
orang-orang Persia itu sampai akhirnya mereka dikalahkan.
Dikeluarkan juga oleh al Hakim dalam kitab al
Mustadrak dan Ahmad dalam musnadnya sebagaimana dalam kitab Nasbirra’yah yang mengeluarkan hadits-hadits
hidayah dengan maknanya: Ketiga tiba hari keempat, Salman memerintahkan
orang-orang Islam supaya menyerang pada pagi hari dan menawannya.
Dikeluarkan juga oleh Ibnu Abu Syaibah
sebagaimana dalam al Kanz dan dikeluarkan juga oleh Ibnu Jaris dan Abu al Bukhtari, katanya,
“Pimpinan orang Islam ketika itu adalah Salman al Farisi, yang telah diangkat
oleh mereka untuk menyeru orang-orang Persia kepada Islam.”
Dakwah Huzaifah bin Mihsan dan al Mughirah bin
Syu’bah Kepada Rustam Pada
Hari Kedua dan Hari Ketiga
Kemudian pada Hari yang kedua, Rustam meminta
agar dikirimkan kepadanya seorang lelaki lain. Sa’ad kemudian mengutus Huzaifah bin
Mihsan. Huzaifah lalu berbicara kepada Rustam sebagaimana Rib’i berbicra. Kemudian pada HARI YANG
KETIGA al Mughirah bin Syu’bah diutus kepada Rustam, dan ia berbicara kepada Rustam dengan
pembicaran yang panjang dan baik sekali.
Rustam berkata, “Sesungguhnya, dengan cara
bagaimana kamu masuk ke negeri kami. Apakah seperti lalat yang menjumpai
madu.”
Al Mughirah menjawab, “Barangsiapa yang dapat
menyampaikanku ke tempat itu (madu), Ia akan memperoleh dua dirham. Apabila ia
jatuh ke dalamnya, lalu ia meminta agar dikeluarkan darinya, tetapi tidak
memperoleh pertolongan. Maka ia berkata, ‘Barangsiapa yang membebaskanku, akan aku beri upah empat
dirham.’ Perumpamaan kamu
itu seperti serigala yang lemah yang memasuki sebuah ladang anggur. Pemilik
ladang itu merasa kasihan melihatnya, lalu membiarkan begitu saja. Ketika
serigala itu menjadi gemuk, lalu binatang itu membuat kerusakan di dalam ladang
itu. Pemilik ladang itu datang dengan membawa sebatang kayu, lalu menyuruh
seorang pembantunya untuk mengusirnya keluar. Serigala itu berusaha keluar dan
ladang itu, tetapi tidak mampu karena kegemukan. Oleh karena itu, pemilik ladang
itu memukulnya hingga mati. Seperti itulah kamu akan keluar dan negeri
kami.”
Maka Rustam pun sangat marah dan bersumpah
demi matahari akan membunuh orang-orang Islam keesokan harinya.
Al Mughirah berkata, “Engkau akan
mengetahuinya besok.”
Rustam berkata, “Aku akan memerintahkan
orang-orangku agar memberimu pakaian, dan kepada amirmu akan aku berikan uang
seribu dinar, pakaian dan kendaraan. Dengan begitu, kalian harus meninggalkan
kami.”
Al Mughirah berkata, “Akankah itu terjadi
setelah kami memusnahkan kerajaanmu dan melemahkan kekuatanmu? Kami hanya
mempunyai waktu yang sedikit saja dan akan mengambil bayaran jizyah darimu, dan
kamu akan berada di bawah taklukan kami dan menjadi hamba kami, akibat dan
kekerasan hatimu.”
Betapa geramnya Rustam mendengar perkataan
itu.
Sebagaimana yang diceritakan dalam kitab
al Bidaayah. Juga telah
diriwayatkan oleh at Tabari dan Ibnu ar Rufail dan ayahnya dan Abu Usman an
Nahdi dan yang lainnya.