Hari hari kita pikirkan dan bicarakan tentang kepentingan dunia, mari kita luangkan sedikit waktu untuk pikirkan dan bicarakan tentang perkara agama, tentang kebesaran Alloh, satu satunya bekal kita nanti pulang ke "Kampung Akhirat" dan untuk apa sebenarnya kita sebagai manusia Alloh SWT ciptakan di dunia ini...

Sunday, December 4, 2011

Jamaah Tabligh dan Ta’lim Masail



Tidak benar jika ada tuduhan, bahwa Jamaah Tabligh tidak mempedulikan fiqih. Sama sekali tidak dinafikan kepentingan fiqih. Namun hal ini dikembalikan kepada bimbingan alim ulama masing-masing, yaitu dengan beberapa alasan, diantaranya adalah :

1. Rawannya perselisihan yang timbul karena pembahasan masalah Fiqih, dan tidak sedikit yang menjurus ke arah perpecahan.

2. Perluya seseorang faqih yang ahli dalam pembahasannya, karena tidak semua orang dapat menyampaikannya. Apabila sembarang orang, niscaya dikhawatirkan akan menimbulkan perpecahan.

3. Perbedaan sisi pemahaman masing-masing yang masih perlu dikemas sedemikian rupa, sehingga tidak menimbulkan perpecahan.

Atas pertimbangan tersebut, maka langkah Jamaah Tabligh adalah menghidupkan semangat pengalaman agama melalui talim fadhail, dan menghidupkan gairah masail fiqih melalui talim infiradi (individu).

Talim fadhail ibarat pembuka untuk menumbuhkan semangat iman. Setelah iman tumbuh dengan baik, maka akan mengantarkan dirinya kepada kepedulian terhadap fiqih. Sebagaimana yang terjadi pada masa sahabat ra..

Ibnu Umar ra. Meriwayatkan, “Kami hidup beberapa tahun, dan sesungguhnya seseorang dari kami dikaruniai iman sebelum Al Quran. Dan ketika turun Al Quran kepada Muhammad SAW, maka ia mempelajari halalnya dan haramnya, dan ia tidak diperkenankan untuk berhenti di situ dari mempelajarinya sebagaimana kalian mempelajari Al Quran. Kemudian aku saksikan orang-orang yang dikarunia Al Quran sebelum keimanan; ia membaca dari surat Fatihah hingga penutupnya, tetapi ia tidak mengetahui apa perintahnya dan apa larangannya, dan ia tidak diperkenankan berhenti di situ dari mempelajarinya dan menyebarkannya seperti menyebarkan kurma.

Jundub bin Abdullah ra. berkata, “kami bersama Nabi saw. dan pada saat itu kami adalah pemuda-pemuda yang hampir baligh. Maka kami mempelajari iman sebelum kami mempelajari Al Quran. Kemudian barulah kami mempelajari Alquran, sehingga meningkatlah iman kami dengannya.”

Ali ra. Berkata, “Apabila ada suatu surat yang turun pada masa Rasulullah SAW. ataupun satu ayat atau lebih, maka keimanan dan kekhusyuan  kaum muslimin bertambah.”

Dari Abi Abdurrahman, disampaikan kepada kami orang yang membacakan kepada kami diantara sahabat ra., bahwa mereka dibacakan dari Rasulullah SAW. sepuluh ayat. Dan mereka tidak mempelajari dulu sepuluh ayat berikutnya, sehingga mereka mengetahui apa yang dimaksud dengan ayat itu ilmunya dan amalannya. Maka kami mempelajari ilmu dan amal sekaligus.”

Dalam riwayat lain ada tambahan,”…maka kami mempelajari Alquran dan amalan bersamaan. Sesungguhnya akan diwariskan Al Quran ini setelah kami, suatu kaum yang mempelajarinya seperti minum air yang tidak melewati tulang leher, bahkan  tidak melewati di sini.”
Dan ia menunjukkan jarinya ke tenggorokannya.

Dengan metode talim tersebut, Jamaah Tabligh telah menghasilkan orang-orang yang bersemangat mengamalkan agama, sekaligus memahami masalah hukum dan fiqihnya, serta bertanggung jawab untuk menyebarkan dan menyampaikannya kepada yang lainnya.