Tidak benar jika ada tuduhan, bahwa Jamaah Tabligh tidak mempedulikan fiqih. Sama sekali tidak dinafikan kepentingan fiqih. Namun hal ini dikembalikan kepada bimbingan alim ulama masing-masing, yaitu dengan beberapa alasan, diantaranya adalah :
1. Rawannya perselisihan yang timbul karena
pembahasan masalah Fiqih, dan tidak sedikit yang menjurus ke arah
perpecahan.
2. Perluya seseorang faqih yang ahli dalam
pembahasannya, karena tidak semua orang dapat menyampaikannya. Apabila sembarang
orang, niscaya dikhawatirkan akan menimbulkan perpecahan.
3. Perbedaan sisi pemahaman masing-masing yang
masih perlu dikemas sedemikian rupa, sehingga tidak menimbulkan
perpecahan.
Atas pertimbangan tersebut, maka langkah
Jamaah Tabligh adalah menghidupkan semangat pengalaman agama melalui
ta’lim fadhail, dan
menghidupkan gairah masail fiqih melalui ta’lim infiradi (individu).
Ta’lim fadhail ibarat pembuka untuk menumbuhkan semangat iman. Setelah
iman tumbuh dengan baik, maka akan mengantarkan dirinya kepada kepedulian
terhadap fiqih. Sebagaimana yang terjadi pada masa sahabat ra..
Ibnu Umar ra. Meriwayatkan, “Kami hidup
beberapa tahun, dan sesungguhnya seseorang dari kami dikaruniai iman sebelum Al
Qur’an. Dan ketika turun Al
Qur’an kepada Muhammad SAW,
maka ia mempelajari halalnya dan haramnya, dan ia tidak diperkenankan untuk
berhenti di situ dari mempelajarinya sebagaimana kalian mempelajari Al
Qur’an. Kemudian aku
saksikan orang-orang yang dikarunia Al Qur’an sebelum keimanan; ia membaca dari
surat Fatihah hingga penutupnya, tetapi ia tidak mengetahui apa perintahnya dan
apa larangannya, dan ia tidak diperkenankan berhenti di situ dari mempelajarinya
dan menyebarkannya seperti menyebarkan kurma.’
Jundub bin Abdullah ra. berkata, “kami bersama
Nabi saw. dan pada saat itu kami adalah pemuda-pemuda yang hampir baligh. Maka
kami mempelajari iman sebelum kami mempelajari Al Qur’an. Kemudian barulah kami mempelajari
Alquran, sehingga meningkatlah iman kami dengannya.”
Ali ra. Berkata, “Apabila ada suatu surat yang
turun pada masa Rasulullah SAW. ataupun satu ayat atau lebih, maka keimanan dan
kekhusyu’an kaum muslimin
bertambah.”
Dari Abi Abdurrahman, disampaikan kepada kami
orang yang membacakan kepada kami diantara sahabat ra., bahwa mereka dibacakan
dari Rasulullah SAW. sepuluh ayat. Dan mereka tidak mempelajari dulu sepuluh
ayat berikutnya, sehingga mereka mengetahui apa yang dimaksud dengan ayat itu
ilmunya dan amalannya. Maka kami mempelajari ilmu dan amal
sekaligus.”
Dalam riwayat lain ada tambahan,”…maka kami
mempelajari Alquran dan amalan bersamaan. Sesungguhnya akan diwariskan Al
Qur’an ini setelah kami,
suatu kaum yang mempelajarinya seperti minum air yang tidak melewati tulang
leher, bahkan tidak melewati di sini.”
Dan ia menunjukkan jarinya ke
tenggorokannya.
Dengan metode ta’lim tersebut, Jamaah Tabligh telah
menghasilkan orang-orang yang bersemangat mengamalkan agama, sekaligus memahami
masalah hukum dan fiqihnya, serta bertanggung jawab untuk menyebarkan dan
menyampaikannya kepada yang lainnya.