Allah SWT mencibtakan manusia dari tanah.
Sedikit banyaknya sifat-sifat tanah ini akan mempengaruhi manusia. Kalau tanah
ini diusahakan makan akan membawa manfaat bagi manusia tapi kalau tidak
diusahakan akan menjadi mudhorat buat manusia.
Kalau tanah ini tidak diusahakan maka
diatasnya akan tumbuh rumput-rumputan. Kalau diatas tanah itu terdapat
rumput-rumputan maka yang datang kepada tanah itu adalah binatang ternak,
seperti : kambing, sapi, kerbau, yaitu pemakan rumput. Begitulah keadaan manusia
ini kalau tidak diperjuangkan, dia sifatnya akan seperti binatang ternak. Apa
sifat binatang ternak ? Sifat binatang ternak itu “Makan” dan “Kawin”. Hanya
memikirkan makan saja, sehari-hari hanya memikirkan makan saja. Dan ketika makan
itu dia tidak akan memikirkan nasib teman-temannya., tetangganya, kerabatnya,
yang penting dia kenyang sendiri. Setelah kenyang sahwat pun akan naik dan
kemudian kawin tanpa nikah dan adab.
Surat pertama (Yang awal-awal) dalam Al Qur'an
adalah AL BAQARAH (SAPI BETINA) dan diakhiri dengan AN-NAAS (MANUSIA). Maknanya
manusia ini akan hina seperti binatang (sapi betina) kalau tidak mengamalkan Al
Qur'an. Tapi kalau Al Qur'an kita amalkan dalam kehidupan kita. Sifat binatang
yang ada dalam diri kita akan berubah menjadi manusia yang bermanfaat buat yang
lain.
Kalau kita bisa berbicara dengan lembu dan
bertanya : “Lembu mau kemana…? Mau cari rerumputan”. Hati Manusia pun kalau
tidak diusahakan akan sama seperti Lembu. Pikirnya hanya makan dan kawin
saja.
Allah SWT berfirman : “Dan sesungguhnya Kami
jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka
mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah)
dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat
(tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). MEREKA ITU SEBAGAI BINATANG TERNAK, BAHKAN MEREKA LEBIH SESAT
LAGI. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al
A'raaf 179)
Didalam sahibul hikayat diceritakan :
Dahulu kala ada seorang alim ulama yang
bermaksud pergi dari keramaian manusia (uzlah). Kemudian di tengah jalan ia
bertemu dengan Anjing dan Babi yang atas kehendak Allah SWT bisa berkata-kata.
si Anjing berkata seraya mengucap syukur : "Alhamdulillahilladzi ja'alani
kalban, walaa ja'alani khinzir". "Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan
aku Anjing, dan tidak menjadikan aku Babi". Rupanya si Anjing ini bersyukur
kepada Allah karena ada salah satu dari bangsanya yang dimuliakan, yang kelak
akan masuk surga (yaitu Anjing yang setia menemani Ashhabul Kahfi). Mendengar si
Anjing mengucap syukur, si Babi kemudian berucap : "Alhamdulillahilladzi
ja'alani khinzir, walaa ja'alani tarkish sholah". "Segala puji bagi Allah yang
telah menjadikan aku Babi, dan tidak menjadikan aku (orang) yang meninggalkan
Shalat"
Allah SWT berfirman : atau apakah kamu mengira
bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. MEREKA ITU TIDAK LAIN, HANYALAH SEPERTI BINATANG TERNAK, BAHKAN
MEREKA LEBIH SESAT JALANNYA (DARI BINATANG TERNAK ITU). (QS. Al Furqaan 44)
Manusia pun bisa lebih mulia dari pada
Malaikat kalau ada agama dalam dirinya dan ada usaha memperbaiki hati.
Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS. At Tiin 4)
Allah SWT berfirman : dan (ingatlah) ketika
Kami berfirman kepada Para Malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," Maka sujudlah
mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia Termasuk golongan
orang-orang yang kafir. (QS. Al Baqarah 34)
Sujud di sini berarti menghormati dan
memuliakan Adam, bukanlah berarti sujud memperhambakan diri, karena sujud
memperhambakan diri itu hanyalah semata-mata kepada Allah.
Ketika Isra' Mi'ra penghulunya malaikat
(Jibril As) dan penghulunya manusia (Nabi Muhammad SAW) sama mengadakan
perjalanan. Setelah sampai di batas yang ditentukan Jibril berkata : Ya Nabi
Allah, saya tidak bisa lagi melanjutkan perjalanan. Kalaulah Aku melangkah satu
langkah saja. Niscaya aku akan binasa. Jadi, perjalanan dilanjutkan Nabi SAW
untuk berjumpa dengan Allah (Disini menunjukkan bahwa manusia itu lebih mulia
dari pada malaikat). Kemudian terjadi dialog antara Nabi SAW dan Allah SWT :
Nabi SAW berkata : “Attahiyyatul Mubarakaatush sholawaatuth thayyibatu
lillaah”. “Ya Allah, segala penghormatan, keberkahan,
sholawat dan kebaikan hanya milik-Mu ya Allah”
Allah SWT pun berfirman : “Assalaamu’alaika ayyuhan nabiyyu warahmatullaahi wabarakaatuh”. “Wahai Nabi selamat sejahatera semoga tercurah kepada Engkau
wahai Nabi Muhammad, semoga juga Rahmat Allah dan Berkah-Nya pun tercurah
kepadamu wahai Nabi”
Nabi SAW berkata : “Assalaamu’alaina wa’alaa
‘ibaadillaahish
shoolihiin”. “Semoga salam sejahtera tercurah kepada
kami dan hamba-hamba-Mu yang sholeh”.
Nabi SAW ketika itu masih mendokan kita :
“Semoga salam sejahtera tercurah kepada kami dan hamba-hamba-Mu yang sholeh”.
Begitulah sayangnya Nabi SAW kepada kita.
Kalau tanah ini tidak diusahakan lagi maka
padang rumput itu akan berubah menjadi semak belukar, menjadi padang
alang-alang. Dan ketika sudah berubah menjadi padang ilalang maka yang akan
datang adalah bukan lagi binatang ternak, tetapi binatang buas seperti singa,
harimau, srigala. Kalau binatang ternak tadi sifatnya egois, mementingkan diri
sendiri, tetapi dia tidak merusak kepada yang lain. Kalau binatang buas ini
untuk kepentingan dirinya, untuk mengenyangkan dirinya, dia binasakan hewan yang
lain. Maka begitu juga jika diri manusia ini jika tidak diperjuangkan maka dia
akan merosot akhlaqnya seperti akhlaq binatang buas. Untuk kepentingan dirinya
dia hancurkan yang lain, dan dia binasakan yang lain. Yang semacam ini sudah
kita lihat banyak pada diri manusia saat ini. Bentuknya manusia tetapi sifatnya
seperti binatang buas. Pekerjaannya membinasakan, menghancurkan, menyusahkan
kehidupan daripada yang lainnya, untuk kepentingan dari pada dirinya.
Kalau tanah ini tidak diusahakan lagi maka
maka hutan ini akan menjadi hutan belantara, tumbuh pohon-pohon besar yang
rindang-rindang sehingga menyebabkan hutan menjadi lembab dan sinar matahari
tidak dapat masuk. Maka di tempat-tempat seperti ini akan hidup
binatang-binatang berbisa seperti ular, kalajengking, dan sebagainya. Sifat
binatang ini lebih buruk daripada sifat binatang lainnya tadi. Seperti ular jika
dia mematuk binatang yang lain bukan untuk dimakan tetapi hanya untuk kebanggaan
saja. Jika ular itu mematuk kerbau, maka tidak untuk dimakan kerbau itu, tetapi
si ular bangga bisa membunuh kerbau yang besar dengan bisanya itu. Kerbau
tersebut ditinggalkan begitu saja dan tidak dimakan oleh si ular. Hanya untuk
kebanggaan, hanya untuk kesenangan, hanya untuk kepuasan hati, dibinasakannya
binatang-binatang yang lain oleh ular. Begitu juga jika manusia tidak
diperjuangkan akan sampai ke tahap itu. Manusia macam ini hanya untuk iseng saja
demi kesenangan dia semata, mampu membinasakan, merugikan, dan menghancurkan
daripada yang lain. Dan orang-orang yang semacam inipun sudah banyak di dunia
ini. Inilah yang terjadi jika kita meninggalkan usaha atas diri manusia ini.
SMS : Senang Melihat orang Susah
SMS : Susah Melihat orang Senang
Kalau sifat binatang-binatang ada dalah hati
kita.
Untuk maksud inilah Allah SWT hantar Nabi
Muhammad SAW keatas dunia ini. Untuk mengusahakan hati-hati manusia yang lebih
hina dari binatang menjadi manusia yang lebih mulia dari pada malaikat. Ini akan
terjadi jika manusia ini diusahakan dengan usaha atau kerja kenabian.
Rasullullah SAW telah berhasil merubah mereka dari mempunyai sifat kehewanan
yang wujud dalam diri mereka meningkat menjadi memiliki sifat malaikat.
Setelah Nabi SAW buat kerja secara terus
menerus, menjalankan usaha kenabian ini, maka nampaklah perubahan dalam diri
manusia. Sehingga manusia-manusia yang jahil tadi berubah, dari yang tadinya
mempunyai sifat membinasakan orang lain menjadi mempunyai sifat suka
menyelamatkan orang lain.
Kalau kita mau mengambil usaha dakwah ini,
maka pertama-tama yang Allah SWT akan perbaiki adalah diri kita kemudian
keluarga kita dan umat seluruh alam.
Inilah pentingnya kita keluar 3 hari untuk
mengusahakan hati kita dari sifat hewani akan berubah menjadi sifat malaikat.
Sudah banyak contoh dahulunya preman setelah
keluar 3 hari menjadi orang yang senantiasa menjaga shalat berjamaah dimesjid.
Umar bin khattab dahulunya preman besar di Kota Mekkah telah berubah menjadi
seorang khalifah.
Bagi yang belum pernah 3 hari insya Allah niat
keluar 3 hari …