Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata:
`Mengapa aku tidak melihat hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir.(QS. An
Naml 27:20)
Ayat ini menerangkan bahwa pada suatu hari
Nabi Sulaiman as memeriksa barisan tentaranya, termasuk di dalamnya tentara
burung, tetapi ia tidak melihat burung Hud-hud. Dengan nada marah dan heran ia
berkata. "Mengapa aku tidak melihat burung Hud-hud!
Apakah aku tidak melihatnya ataukah burung
Hud-hud itu sendiri yang telah pergi tanpa minta izin kepadaku lebih dahulu?
Perbuatan itu adalah perbuatan yang tidak pernah terjadi sebelumnya, dari ayat
ini dipahami sebagai berikut:
1. Nabi Sulaiman as mempunyai tentara, dan di
antaranya terdapat sejenis burung yang bernama burung Hud-hud. Burung Hud-hud
termasuk jenis burung pemakan serangga, yaitu sejenis burung pelatuk. Ia
mempunyai paruh yang panjang, berjambul di kepalanya, berekor panjang dan
berbulu indah beraneka warna. Ia hidup dengan membuat sarang atau lubang pada
pohon-pohon kayu yang telah mati.
2. Nabi Sulaiman selalu memeriksa tentaranya
itu , karena itu ia mengetahui tentaranya yang hadir dan yang tidak hadir waktu
pemeriksaan itu.
3. Setiap tentaranya bepergian atau melakukan
sesuatu pekerjaan hendaklah mendapat izin dari padanya terlebih dahulu. Jika ada
yang melanggar ketentuan ini akan mendapat hukuman dari Sulaiman.
4. Tentara Sulaiman itu mengikuti segala
perintahnya dengan patuh dan tidak pernah ada yang mengingkarinya. Karena itu
Sulaiman as merasa heran dan tercengang atas kepergian burung Hud-hud tanpa
pamit. Tidak pernah terjadi kejadian seperti yang demikian itu sebelumnya.
Karena itu ia mengancam burung Hud-hud dengan hukuman yang berat seandainya
nanti burung itu kembali tanpa mengemukakan alasan-alasan yang dapat
diterima.
Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya
dengan azab yang keras, atau benar-benar menyembelihnya atau benar-benar dia
datang kepadaku dengan alasan yang terang`.(QS. An Naml 27:21)
Ayat ini menerangkan ancaman Nabi Sulaiman as
kepada burung Hud-hud yang pergi tanpa pamit, waktu ia memeriksa tentaranya, ia
berkata: "Seandainya burung Hud-hud kembali nanti, tanpa mengemukakan alasan
yang kuat atas kepergiannya dengan tidak ini minta izin itu, maka aku akan
menyiksanya dengan mencabut bulu-bulunya, sehingga ia tidak dapat terbang lagi
atau akan kusembelih. Salah satu dari dua hukuman itu akan aku laksanakan
terhadapnya, agar dapat menjadi pengajaran bagi yang lain yang bertindak seperti
burung Hud-hud itu".
Dari ayat ini dipahamkan bahwa jika burung
Hud-hud itu dapat mengemukakan alasan-alasan kepergiannya tanpa pamit itu dan
alasan-alasan itu dapat diyakini kebenarannya, maka Sulaiman as tidak akan
melaksanakan hukuman yang telah diancamkan itu.
Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud),
lalu ia berkata: `Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya;
dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini,(QS. An
Naml 27:22)
Selang tidak beberapa lama, setelah
mengeluarkan ancaman hukum mati untuk burung Hud-hud, burung itupun kembali dan
Sulaiman pun menanyakan sebab-sebab kepergian burung Hud-hud yang tanpa pamit
itu.
Burung Hud-hud itu menerangkan alasan
kepergiannya, bahwa Ia telah pergi dan terbang mengarungi daerah yang jauh dan
telah sampai kepada suatu negeri yang bernama Saba'. Ia telah mengetahui hal
ihwal negeri itu yang Sulaiman sendiri belum mengetahuinya. Berita yang
dibawanya itu adalah suatu berita penting serta dapat diyakini
kebenarannya.
Burung Hud-hud telah menyampaikan berita
penting itu kepada Nabi Sulaiman as sedemikian rupa, dengan kata-kata yang manis
lagi hormat, enak didengar telinga, disertai dengan alasan-alasan yang kuat
pula. Sehingga kemarahan Sulaiman kepada burung Hud-hud itu berangsur-angsur
mencair dan meleleh, sehingga akhirnya menjadi hilang sama sekali. Bahkan dengan
keterangan itu Nabi Sulaiman as telah mendapat sesuatu yang berharga, sehingga
hukuman yang pernah diancamkannya itu tidak pernah dilaksanakannya.
Kesanggupan burung Hud-hud bepergian sejauh
itu dan menyampaikan berita penting kepada Nabi Sulaiman itu adalah suatu
perwujudan kekuasaan Allah dan ilham yang telah ditanamkan Nya ke dalam hati dan
pikiran burung Hud-hud itu. Ia telah sanggup pergi dan terbang mengarungi daerah
yang terletak antara negeri Palestina dan Yaman sekarang, suatu jarak yang cukup
jauh, mengarungi daerah padang pasir yang sangat panas. Dan ia telah sanggup
pula mengetahui dan mengerti keadaan negeri Saba dan dihubungkan pula dengan
tugas Nabi Sulaiman as yang bertugas sebagai seorang kepala negara dan sebagai
seorang Rasul Allah. Ia telah sanggup pula menyampaikan berita itu kepada Nabi
Sulaiman dan memberikan kepadanya suatu pengertian yang baik pula, sehingga Nabi
Sulaiman as langsung menanggapi berita yang dibawa burung Hud-hud
itu.
Nabi Sulaiman adalah seorang Nabi dan Rasul,
ia juga seorang raja yang bijaksana, yang mempunyai kekuasaan dan kekayaan yang
banyak. Ia mempunyai pengetahuan yang banyak di samping pengetahuan-pengetahuan
yang lain yang mungkin hanya kepadanya saja diberikan Allah. Sedang burung
Hud-hud hanyalah seekor burung yang tidak mempunyai arti sama sekali, bila
dibanding dengan apa yang ada dan dimiliki oleh Nabi Sulaiman as. Sekalipun
demikian ada pengetahuan burung Hud-hud yang belum diketahui oleh Nabi Sulaiman
dalam melaksanakan tugasnya sebagai raja, terutama pula dalam melaksanakan
tugas-tugasnya sebagai seorang Nabi dan Rasul Allah. Dalam menghadapi burung
Hud-hud, baik burung itu dalam keadaan bersalah karena telah pergi tanpa pamit,
maupun burung itu sebagai sumber dan pembawa berita penting. Nabi Sulaiman telah
bersikap dengan sikap wajar, sebagai seorang hamba Allah.
Kisah Nabi Sulaiman as dan burung Hud-hud ini,
hendaknya menjadi tamsil dan ibarat bagi manusia, terutama bagi orang-orang yang
telah mengaku dirinya beriman kepada Allah. Janganlah hendaknya seseorang merasa
sombong dan takabur, karena pengetahuan, kekuasaan dan kekayaan yang telah
diberikan Allah kepada mereka. Yang diberikan itu walau berapapun banyaknya
menurut dugaan seseorang, namun yang diperoleh itu hanyalah sedikit sekali bila
dibanding dengan pengetahuan, kekuasaan dan kekayaan yang ada pada Nya. Karena
itu jangan sekali-kali menganggap rendah, enteng dan hina sesuatu atau
seseorang. Kemungkinan Allah SWT telah memberikan kepada sesuatu yang dianggap
hina dan rendah itu, sesuatu yang tidak dipunyai oleh orang lain, yang ada pada
suatu saat akan diperlukan untuk sesuatu keperluan dan kepentingan yang amat
besar, sebagaimana yang telah dianugerahkan Nya kepada burung Hud-hud. Allah SWT
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dan memuliakan manusia. Karena itu hendaklah
manusia hidup berkasih-kasihan, tolong-menolong dan saling menghormati antara
sesama manusia. Tirulah sikap Nabi Sulaiman as kepada burung Hud-hud, dia selalu
mengasihi dan menghormatinya.
Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang
memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana
yang besar.(QS. An Naml 27:23)
Ayat ini menerangkan bahwa burung Hud-hud
menyampaikan kepada Nabi Sulaiman as pengetahuan-pengetahuan dan
pengalaman-pengalaman yang diperolehnya lama dalam perjalanan. Ia telah
menemukan suatu negeri yang benar besar dan kaya raya yang diperintah oleh
seseorang ratu yang cantik, yang mempunyai singgasana yang besar lagi
indah.
Dalam ayat ini dipahami bahwa tiga hal
mengenai negeri Saba' yang disampaikan oleh burung Hud-hud kepada Nabi Sulaiman
as:
1. Negeri Saba' itu diperintah oleh ratu
cantik, yang memerintah negerinya dengan baik dan bijaksana.
2. Ratu itu memerintah dengan perlengkapan
yang cukup, yaitu segala sesuatu yang diperlukan dalam pemerintahan, seperti
harta dan kekayaan, tentara yang kuat dan sebagainya.
3. Ratu mempunyai singgasana yang indah lagi
besar, yang menunjukkan kebesaran dan pengaruh kekuasaannya, baik terhadap
rakyat maupun terhadap negeri-negeri yang berada di sekitarnya.
Menurut sejarah, Saba' adalah ibu kota
kerajaan Saba' atau Sabaiyah. Kerajaan Saba' atau Sabaiyah ini didirikan oleh
Saba' Yasyjub bin Ya'rub bin Qahtan yang menjadi cikal bakal penduduk Yaman
tahun kurang lebih 955 Sebelum Masehi di Yaman. Nama kota Saba' terambil dari
nama Saba' bin Yasyjub itu, begitu juga nama kerajaan Saba' atau Sabaiyah itu.
Kota Saba' kemudian dikenal dengan nama "Ma`rib ", letaknya kurang lebih 96 Km
sebelah laut timur San'a' yang sekarang.
Kaum Saba' itu termasyhur di dalam sejarah
sebagai orang-orang yang bergerak dalam bidang perniagaan. Jalan-jalan
perniagaan laut dan darat bertemu di negeri Yaman itu. Barang perniagaan itu
dibawa dari timur jauh (Indonesia, Malaya, India, dan Cina) ke benua Barat
dengan melai Persia, Yaman, Suriah, dan Mesir, dari Suriah dan Mesir diteruskan
ke Eropa. Dengan demikian daerah Yaman merupakah sebuah mata rantai dari daerah
rantai perniagaan yang menghubungkan benua timur dengan benua barat. Kaum Saba'
memegang peranan yang besar dalam melancarkan perniagaan antara benua Timur dan
benua barat itu. Negeri Yaman mempunyai armada laut dan kafilah-kafilah darat
untuk mengangkut perniagaan itu, sedang kota Ma'rib di waktu itu merupakan suatu
kota internasional. Barang-barang yang diperniagakan ialah hasil bumi dan
barang-barang kerajaan Timur Jauh itu, ditambah dengan hasil bumi negeri Yaman
yang melimpah ruah, karena memang daerah Yaman adalah-daerah yang amat makmur.
Di waktu kembali dari Eropah, Mesir dan Suriah saudagar-saudagar itu membawa
tekstil ke Timur.
Kemakmuran negeri Yaman disebabkan adanya
bendungan-bendungan air yang dibangun oleh raja-raja Sabaiyah itu. Di antaranya
sebuah bendungan raksasa di kota Ma'rib yang dikenal dengan bendungan Ma'rib.
Dengan adanya bendungan Ma'rib ini kaum Saba' dapat mengadakan irigasi yang
teratur, yang menyebabkan daerah Yaman menjadi subur, dan mengeluarkan hasil
yang melimpah sehingga Alquran sendiri menyebutkan bahwa kesuburan negeri Yaman
itu adalah salah satu dari tanda-tanda kekuasaan Tuhan.
Adapun wanita atau raja yang memerintah kaum
Saba' yang disebutkan dalam ayat itu dikenal dengan nama "Balqis" yang masa
pemerintahannya adalah semasa dengan pemerintahan Nabi Sulaiman as. Ia adalah
putri dari Syurahil yang juga berasal dari keturunan Ya'rub bin Qahtan.
Sekalipun Balqis adalah seorang wanita, namun ia sanggup membawa rakyat Saba'
kepada kemakmuran dan ketenteraman. Ia adalah seorang yang dicintai oleh
rakyatnya. Dalam sejarah dikenal dengan sebutan "Malikatus Saba'" (Ratu Saba':
The Queen of Sheba).
Kerajaan Saba' ini lama juga hidupnya,
kemudian oleh karena mereka berpaling dari seruan Tuhan dan mendustakan para
Rasul dan tidak mensyukuri nikmat Allah, bahkan tenggelam dalam segala macam
kenikmatan dan kemewahan hidup, maka Tuhan menghancurkan mereka dengan air bah
yang amat besar. Air ini ditimbulkan dengan runtuhnya Saddu Ma'rib bendungan
raksasa yang tadniya menjadi sumber kemakmuran negeri mereka. Dengan runtuhnya
bendungan Ma'rib ini dan terjadinya air bah yang amat besar itu maka hancurlah
kota Ma'rib, dan robohlah kerajaan Sabaiyah itu'. (Lihat Q.S. Saba:
15-17)
Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah
matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah
perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga
mereka tidak dapat petunjuk,(QS. An Naml 27:24)
Burung Hud-hud menerangkan kepada Nabi
Sulaiman as agama yang dianut oleh kaum Saba'. Dalam penyampaian berita itu
nampak burung Hud-hud telah menanggapi agama dan perbuatan-perbuatan penduduk
negeri Saba' itu, dan diperbandingkannya dengan kepercayaan dan agama yang
diyakini sebagai agama yang benar.
Hud-hud mengatakan: "Bahwa dia mendapati raja
putri itu bersama kaumnya menyembah matahari sebagai Tuhan, dan mengerjakan
pekerjaan-pekerjaan maksiat yang bertentangan dengan agama yang benar. Mereka
meIakukan yang demikian itu adalah karena setan telah berhasil memperdayakan
mereka. Setan telah menjadikan baik dan indah menurut pikiran dan pandangan
mereka perbuatan buruk yang dilarang Allah mengerjakannya. Mereka tidak lagi
mengikuti ajaran-ajaran dan agama yang dibawa para Rasul dahulu. Mereka tidak
lagi sujud kepada Allah, tetapi mereka sujud kepada matahari, karena itu mereka
tidak mendapat petunjuk.
agar mereka tidak menyembah Allah yang
mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan Yang mengetahui apa
yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan.(QS. An Naml 27:25)
Setan telah dapat memalingkan mereka, sehingga
hilanglah keyakinan dan kepercayaan akan kekuasaan dan keesaan Allah. Hilanglah
dari pikiran mereka bahwa hanya Allah saja yang berhak disembah. Mereka tidak
lagi mempercayai bahwa Allah mengetahui segala yang tersembunyi di langit dan di
bumi, dan bahwa Dialah Allah yang melahirkan dan menimbulkan segala sesuatu,
seperti tumbuh-tumbuhan, barang-barang logam yang tersembunyi di dalam bumi dan
di dalam laut.
Allah, tiada Tuhan Yang disembah kecuali Dia,
Tuhan Yang mempunyai Arsy yang besar`.(QS. An Naml 27:26)
Selanjutnya Hud-hud mengatakan bahwa,
sebenarnya Allah lah yang berhak disembah. Dialah yang mempunyai `Arasy yang
besar, mempunyai kekuasaan yang mutlak, tak ada sesuatupun yang dapat
mengatasinya.
Nabi Sulaiman as heran dan tercengang
mendengar keterangan dan tanggapan burung Hud-hud itu. Kenapa burung itu sanggup
dalam waktu yang singkat mengetahui keadaan negeri Saba', tata cara
pemerintahannya, kekayaan dan pengaruhnya, dan mengetahui pula agama yang mereka
anut. Burung Hud-hud juga tahu dan meyakini kekuasaan dan keesaan Allah,
mengikuti bahwa Tuhan yang berhak disembah hanyalah Allah semata, tidak ada yang
lain. Menyembah matahari adalah kepercayaan yang batil, dan mengakui pula macam
perbuatan yang baik menurut agama dan perbuatan yang tidak baik. Dari ayat ini
dipahami bahwa berdasar pengetahuan dan pengalamannya di negeri Saba' itu,
seakan-akan burung Hud-hud itu menganjurkan kepada Nabi Sulaiman as agar beliau
segera menyeru ratu Balqis dan rakyatnya untuk beriman kepada Allah dan
mengikuti seruan Nabi Sulaiman as.
Berkata Sulaiman: `Akan kami lihat, apa kamu
benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta.(QS. An Naml
27:27)
Mendengar keterangan burung Hud-hud yang jelas
dan meyakinkan itu, maka Nabi Sulaiman as menangguhkan hukumannya yang telah
dinyatakan itu, dan mengatakan kepada burung Hud-hud: "Hai burung Hud-hud, kami
telah mendengar semua keterangan-keteranganmu dan memperhatikannya. Dalam pada
itu kami tetap akan menguji kamu, apakah keterangan yang kamu berian itu adalah
benar atau dusta?".
Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu
jatuhkan kepada mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan`.(QS. An
Naml 27:28)
Untuk menguji kebenaran burung Hud-hud itu
Nabi Sulaiman as memerintahkan agar burung Hud-hud itu menyampaikan suratnya
kepada ratu Balqis itu, serta memperhatikan bagaimana reaksi dan sikap ratu
Balqis membaca surat yang dibawanya itu.
Hud-hud pun membawa surat Nabi Sulaiman as
itu. Setelah ia melemparkan surat itu kepada ratu Balqis, lalu ia bersembunyi
dan memperhatikan sikapnya terhadap isi surat itu, sesuai dengan yang
diperintahkan Sulaiman as.
Berkata ia (Balqis): `Hai pembesar-pembesar,
sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia.(QS. An Naml
27:29)
Setelah ratu Balqis membawa surat Nabi
Sulaiman as yang dicampakkan burung Hud-hud itu, iapun mengumpulkan
pemuka-pemuka kaumnya dan mengadakan persidangan. Dalam persidangan itu ratu
Balqis menyampaikan isi surat tersebut dan meminta pertimbangan kepada yang
hadir: "Wahai pemimpin kaumku, bahwasanya aku telah menerima surat yang mulia
yang dikirimkan oleh seseorang yang mulia pula."
Dalam ayat ini diterangkan bahwa ratu Balqis
merundingkan dan memusyawarahkan isi surat Sulaiman dengan pemuka-pemuka
kaumnya. Sekalipun yang melakukan permusyawaratan itu adalah ratu Balqis dan
pemuka-pemuka kaumnya yang belum beriman, tetapi tindakan ratu Balqis itu
disebut Allah dalam firman Nya. Ratu ini menunjukkan bahwa prinsip musyawarah
itu adalah prinsip yang diajarkan Allah kepada manusia dalam menghadapi
persoalan-persoalan yang mereka alami dalam kehidupan mereka. Karena itu
siapapun yang melakukannya, maka tindakan itu adalah tindakan yang dipuji
Allah.
Dalam ayat ini disebutkan bahwa surat Sulaiman
yang dikirimkan kepada ratu Balqis itu disebut "Kitabun karim" (surat yang
berharga). Biasanya perkataan "karim" itu digandengkan dengan perkataan
"Alquran", atau perkataan-perkataan yang lain berarti Alquran seperti "Alquranul
karim". Hal ini menunjukkan bahwa surat Nabi Sulaiman itu adalah surat yang
mulia dan berharga karena:
1. Surah itu ditulis dalam bahasa yang baik,
dan pakai stempel.
2. Surah itu berasal dari Sulaiman, sebagai
seorang raja dan sebagai seorang Nabi.
3. Dimulai dengan "Bismillahir Rahmanir
Rahim".
Menurut suatu riwayat: Surah Sulaiman ini
adalah surat yang pertama kali dimulai dengan
"Bismillahirrahmiirrahim".
Cara membuat surat seperti cara yang dilakukan
Nabi Sulaiman ini adalah cara yang baik dicontoh oleh setiap kaum Muslimin pada
setiap mereka membuat surat, yaitu memulainya dengan
"Bismillahirrahmanirrahim".
Dalam surat itu ada beberapa hari yang
merupakan keistimewaan surat Sulaiman itu, di antaranya ialah:
1. Surah itu dapat disampaikan burung Hud-hud
dalam waktu yang singkat kepada ratu Balqis.
2. Kesanggupan burung Hud-hud menerima pesan
menangkap pembicaraan dalam perundingan ratu Balqis dengan
pembesar-pembesarnya.
3. Surah itu dapat pula dimengerti dan
dipahami oleh penduduk negeri Saba'.
4. Para utusan pemuka kaum Balqis dapat
menyatakan pendapat mereka dengan bebas, tidak ada sesuatupun yang menghalangi
mereka mengemukakan pendapat masing-masing sehingga hasil perundingan itu adalah
hasil yang sesuai dengan pikiran dan pendapat rakyat negeri Saba'.
Sesungguhnya surat itu, dari Sulaiman dan
sesungguhnya (isi) nya:` Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang.(QS. An Naml 27:30)
Janganlah kamu sekalian berlaku sombong
terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri `.(QS.
An Naml 27:31)
Ayat ini menerangkan isi surat Nabi Sulaiman
as kepada ratu Balqis, yaitu agar ratu Balqis dan kaumnya, jangan bersikap
sombong dan angkuh. Dan Sulaiman mengharapkan kepada mereka agar mereka datang
kepadanya dalam keadaan tunduk dan menyerah diri kepada Allah dan asma Nya telah
dijadikan pembuka kata dalam suratnya. Jangan mereka sekali-kali menentang agama
Allah itu.
Dari surat Sulaiman itu dipahami bahwa hanya
itulah yang diminta oleh Sulaiman, yaitu agar mereka segera beriman kepada
Allah, dan ia tidak menuntut sesuatupun yang lain selain dari permintaannya
itu.
Berkata dia (Balqis):` Hai para pembesar
berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini), aku tidak pernah memutuskan
sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis (ku) `.(QS. An Naml
27:32)
Ayat ini menerangkan tentang pelaksanaan
prinsip-prinsip musyawarah di negeri Saba'. Sekalipun ratu Balqis telah
mempunyai pendapat sendiri dalam menanggapi isi surat Sulaiman, tetapi ia masih
memerlukan musyawarah dengan pembesar-pembesarnya. Ia berkata kepada
pembesar-pembesannya: "Wahai para pemimpin rakyatku yang bijaksana, kemukakanlah
pendapat dan tanggapan terhadap isi surat Sulaiman yang telah disampaikannya
kepadaku. Aku tak akan melaksanakan sesuatu keputusan, kecuali
keputusan-keputusan yang telah kita sepakati bersama".
Mereka menjawab:` Kita adalah orang-orang yang
memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat (dalam peperangan),
dan keputusan berada di tanganmu; maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu
perintahkan `.(QS. An Naml 27:33)
Mendengar perkataan ratu Balqis itu, maka di
antara pembesar itu ada yang merasa tersinggung dengan isi surat Sulaiman itu.
Mereka merasa dihina oleh surat itu, seakan-akan mereka diperintahkan oleh
Sulaimn tunduk dan patuh kepadanya. Pada hal mereka semua adalah orang-orang
yang terpandang, berilmu pengetahuan, disegani oleh negeri-negeri tetangga yang
berdekatan dengan mereka. Mereka berkata: "Wahai ratu kami, kami yang hadir ini,
semuanya adalah orang-orang yang terpandang, mempunyai pegetahuan dan keahlian
dalam peperangan, mempunyai perlengkapan yang cukup. Dalam pada itu segala
urusan dan damai kami serahkan kepadamu, kami telah siap melakukan semua yang
engkau perintahkan, pikirkan dengan sebaik-baiknya keputusan yang akan engkau
ambil".
Dia berkata:` Sesungguhnya raja-raja apabila
memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan
penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian pulalah yang akan mereka
perbuat.(QS. An Naml 27:34)
Ayat ini menerangkan kebijaksanaan ratu Balqis
dalam menghadapi sikap kaumnya terhadap surat Sulaiman itu. Ia tidak terpengaruh
sikap sombong dan merasa diri kuat yang tercermin dari ucapan-ucapan mereka.
Ratu Balqis berkata: "Wahai kaumku, ini adalah surat dari seorang raja, jika
kita menentang dan memeranginya, mungkin kita menang dan mungkin pula kita
kalah. Seandainya kita kalah, maka raja dan tentaranya itu akan merusak negeri
kita, membinasakan dan menghancurkan semua yang telah kita bangun selama ini.
Pada umumnya sikap dan tabiat raja-raja itu akan sama, sama-sama suka menindas
dan membunuh secara kejam musuh-musuh yang dikalahkannya, mereka akan merusak
kota-kota dan menghina pembesar-pembesar negeri yang telah ditaklukkannya itu.
Untuk menghindarkan semua kejadian yang tidak diinginkan itu aku mempunyai suatu
pikiran yang jika dilaksanakan akan membawa keuntungan bagi kita semua. Caranya
ialah kita berusaha melunakkan hati Sulaiman dengan mengirimkan hadiah-hadiah
kepadanya. Hadiah itu kita kirimkan dengan diantar orang-orang yang berilmu
pengetahuan sehingga kita dapat mengetahui dengan pasti keadaan mereka dengan
perantaraan utusan-utusan kita itu, barulah kita tetapkan bersama tindakan yang
tepat yang akan kita laksanakan dalam menghadapi Sulaiman itu.
Para pembesar negeri Saba' menyetujui pendapat
yang dikemukakan oleh ratu mereka.
Dan sesungguhnya aku akan mengirim utusan
kepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan (aku akan) menunggu apa yang akan
dibawa kembali oleh utusan-utusan itu.
(QS. An Naml 27:35)
Ayat ini menerangkan kebijaksanaan ratu Balqis
dalam menghadapi sikap kaumnya terhadap surat Sulaiman itu. Ia tidak terpengaruh
sikap sombong dan merasa diri kuat yang tercermin dari ucapan-ucapan mereka.
Ratu Balqis berkata: "Wahai kaumku, ini adalah surat dari seorang raja, jika
kita menentang dan memeranginya, mungkin kita menang dan mungkin pula kita
kalah. Seandainya kita kalah, maka raja dan tentaranya itu akan merusak negeri
kita, membinasakan dan menghancurkan semua yang telah kita bangun selama ini.
Pada umumnya sikap dan tabiat raja-raja itu akan sama, sama-sama suka menindas
dan membunuh secara kejam musuh-musuh yang dikalahkannya, mereka akan merusak
kota-kota dan menghina pembesar-pembesar negeri yang telah ditaklukkannya itu.
Untuk menghindarkan semua kejadian yang tidak diinginkan itu aku mempunyai suatu
pikiran yang jika dilaksanakan akan membawa keuntungan bagi kita semua. Caranya
ialah kita berusaha melunakkan hati Sulaiman dengan mengirimkan hadiah-hadiah
kepadanya. Hadiah itu kita kirimkan dengan diantar orang-orang yang berilmu
pengetahuan sehingga kita dapat mengetahui dengan pasti keadaan mereka dengan
perantaraan utusan-utusan kita itu, barulah kita tetapkan bersama tindakan yang
tepat yang akan kita laksanakan dalam menghadapi Sulaiman itu.
Para pembesar negeri Saba' menyetujui pendapat
yang dikemukakan oleh ratu mereka.
Maka tatkala utusan itu sampai kepada
Sulaiman, Sulaiman berkata: `Apakah (patut) kamu menolong aku dengan harta?,
Maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang
diberikan-Nya kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu.
(QS. An Naml
27:36)
Maka berangkatlah suatu rombongan utusan ratu
Balqis menghadap Sulaiman dengan membawa hadiah-hadiah yang tidak ternilai
harganya. Setelah para utusan itu menghadap Sulaiman maka Sulaiman berkata
kepada mereka: "Hai para utusan ratu Balqis, apakah kamu bermaksud memberikan
harta-hartamu kepadaku. Aku tidak akan mencari dan meminta kesenangan dan
kekayaan duniawi, yang aku inginkan ialah kamu semua beserta rakyatmu mengikuti
agamaku yang menyembah Allah semata, Tuhan Yang Maha Esa tidak menyembah
matahari, sebagaimana yang kamu lakukan. Allah SWT telah menganugerahkan
kepadaku nikmat-nikmat yang tak terhingga banyaknya seperti nikmat kenabian,
ilmu pengetahuan, dan kerajaan yang besar. Karena nikmat itu aku dapat menguasai
jin, berbicara dengan binatang-binatang, menguasai angin dan banyak lagi
pengetahuan yang telah dianugerahkan Allah SWT kepadaku. Jika aku bandingkan
nikmat yang aku peroleh dengan nikmat yang kamu peroleh, maka nikmat yang kamu
peroleh itu tidak ada artinya bagiku sedikitpun. Karena kamu tidak mengetahui
agama Allah, maka kamu anggap bahwa harta yang banyak dan kesenangan duniawi itu
dapat memuaskan hatimu. Bagiku harta itu tidak ada artinya dan tidak akan
memuaskan hatiku. Kesenangan dan kebahagiaan yang aku cari ialah kesenangan dan
kebahagiaan yang abadi, sesuai dengan yang dijanjikan Allah kepada hamba-hamba
Nya yang saleh. Selanjutnya Sulaiman menyatakan kepada para utusan ratu Balqis:
"Jika kamu sekalian tidak memenuhi seruanku, maka kembalilah kamu kepada kaummu.
Kami akan datang membawa pasukan tentara yang lengkap yang terdiri atas manusia,
jin, dan binatang-binatang yang tidak sanggup kamu melarangnya. Dan kami akan
mengusir setiap orang yang menentang tentaraku itu dari negeri dan kampung
halaman mereka, dan mereka dijadikan orang-orang yang hina, dan selebihnya
tawananku itu dijadikan budak.
Kembalilah kepada mereka, sungguh kami akan
mendatangi mereka dengan bala tentara yang mereka tidak kuasa melawannya, dan
pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba) dengan terhina dan mereka
menjadi (tawanan-tawanan) yang hina dina.`
(QS. An Naml 27:37)
Maka berangkatlah suatu rombongan utusan ratu
Balqis menghadap Sulaiman dengan membawa hadiah-hadiah yang tidak ternilai
harganya. Setelah para utusan itu menghadap Sulaiman maka Sulaiman berkata
kepada mereka: "Hai para utusan ratu Balqis, apakah kamu bermaksud memberikan
harta-hartamu kepadaku. Aku tidak akan mencari dan meminta kesenangan dan
kekayaan duniawi, yang aku inginkan ialah kamu semua beserta rakyatmu mengikuti
agamaku yang menyembah Allah semata, Tuhan Yang Maha Esa tidak menyembah
matahari, sebagaimana yang kamu lakukan. Allah SWT telah menganugerahkan
kepadaku nikmat-nikmat yang tak terhingga banyaknya seperti nikmat kenabian,
ilmu pengetahuan, dan kerajaan yang besar. Karena nikmat itu aku dapat menguasai
jin, berbicara dengan binatang-binatang, menguasai angin dan banyak lagi
pengetahuan yang telah dianugerahkan Allah SWT kepadaku. Jika aku bandingkan
nikmat yang aku peroleh dengan nikmat yang kamu peroleh, maka nikmat yang kamu
peroleh itu tidak ada artinya bagiku sedikitpun. Karena kamu tidak mengetahui
agama Allah, maka kamu anggap bahwa harta yang banyak dan kesenangan duniawi itu
dapat memuaskan hatimu. Bagiku harta itu tidak ada artinya dan tidak akan
memuaskan hatiku. Kesenangan dan kebahagiaan yang aku cari ialah kesenangan dan
kebahagiaan yang abadi, sesuai dengan yang dijanjikan Allah kepada hamba-hamba
Nya yang saleh. Selanjutnya Sulaiman menyatakan kepada para utusan ratu Balqis:
"Jika kamu sekalian tidak memenuhi seruanku, maka kembalilah kamu kepada kaummu.
Kami akan datang membawa pasukan tentara yang lengkap yang terdiri atas manusia,
jin, dan binatang-binatang yang tidak sanggup kamu melarangnya. Dan kami akan
mengusir setiap orang yang menentang tentaraku itu dari negeri dan kampung
halaman mereka, dan mereka dijadikan orang-orang yang hina, dan selebihnya
tawananku itu dijadikan budak.
Berkata Sulaiman: `Hai pembesar-pembesar,
siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku
sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri`.(QS. An
Naml 27:38)
Setelah para utusan ratu Balqis itu kembali ke
negerinya, mereka menyampaikan kepada ratu Balqis, apa yang dimaksud oleh Nabi
Sulaiman dengan suratnya itu, yaitu agar mereka memperkenankan seruannya beriman
kepada Allah. Dan disampaikan pula keadaan mereka yang dipimpin oleh Sulaiman
keadaan balatentara dan kekayaannya. Karena itu Balqis mengambil keputusan ingin
pergi sendiri ke Yerusalem menemui Sulaiman dengan membawa hadiah yang besar
baginya. Maka diberi tahukanlah niatnya kepada Sulaiman as.
Setelah Sulaiman as mengetahui bahwa ratu
Balqis akan berkunjung ke negerinya, maka ia membuat sebuah istana yang besar
dan megah yang lantainya terbuat dari kaca, dan dengan membuat istana yang
demikian ia ingin memperlihatkan kepada ratu Balqis sesuatu yang belum pernah
dilihatnya.
Maka berangkatlah Balqis ke Yerusalem
mengunjungi Sulaiman as, dan Sulaimanpun telah mengetahui pula akan
keberangkatan ratu Balqis itu. Setelah ratu Batqis sampai ke Yerusalem dan
sebelum kedatangannya itu. Sulaiman ingin memperlihatkan kepada ratu Balqis
tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah, dan kekuasaan yang telah dilimpahkan
Nya, agar ratu Balqis dan kaumnya beriman kepada Allah. Beliau bermaksud membawa
singgasana tempat bersemayam ratu Balqis yang tinggal di negerinya itu ke
Yerusalem dalam waktu yang singkat dan akan dijadikan tempat duduk ratu Balqis
di istananya yang baru dibuatnya pada waktu kedatangan ratu Saba itu.
Sulaiman berkata kepada para pembesarnya
menyampaikan maksud itu: "Wahai para pembesar, siapakah di antara kamu yang
sanggup membawa singgasana ratu Balqis yang ada di negerinya itu ke tempat ini,
sebelum rombongan mereka sampai ke sini.
Berkata Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin:
`Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu
berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya
(dan) dapat dipercaya`.(QS. An Naml 27:39)
Mendengar permintaan Sulaiman itu menjawab
Ifrit yang cerdik, yang termasuk golongan jin: "Aku akan datang kepadamu membawa
singgasana itu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu itu dan aku benar-benar
sanggup melaksanakannya dan dapat dipercayai kesanggupanku itu".
Yang dimaksud dengan "sebelum kamu berdiri
dari tempat dudukmu" ialah sebelum Sulaiman meninggalkan tempat itu. Beliau
biasanya meninggalkan tempat itu sebelum tengah hari.
Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al
Kitab: `Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip`. Maka
tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata:
`Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau
mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur untuk (kebaikan)
dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya
lagi Maha Mulia`.(QS. An Naml 27:40)
Sulaiman belum puas dengan kesanggupan Ifrit
itu, ia ingin agar singgasana itu sampai dalam waktu yang lebih singkat lagi,
maka ia meminta lagi kesanggupan hadirin yang lain. Maka menjawablah seorang
yang telah memperoleh ilmu dari Al Kitab, yaitu malaikat Jibril. Menurut
pendapat yang lain, orang itu ialah Al Khidir: "Aku akan membawa singgasana itu
kepadamu dalam waktu sekejap mata saja". Dan apa yang dikatakan orang itu
terjadilah, dan singgasana ratu Balqis itu telah berada di hadapan
Sulaiman.
Melihat peristiwa yang terjadi hanya dalam
sekejap mata, maka Nabi Sulaiman berkata: "Ini termasuk karunia yang telah
dilimpahkan Tuhan kepadaku. Dengan karunia itu aku diujinya, apakah aku termasuk
orang-orang yang mensyukuri karunia Tuhan atau termasuk orang-orang yang
mengingkarinya". Dari sikap Nabi Sulaiman as itu nampak kekuatan iman dan
kewaspadaannya, ia tidak mudah diperdaya oleh siapapun yang datang kepadanya,
karena semua yang datang itu baik berupa kebahagiaan atau kesengsaraan, semuanya
merupakan ujian Tuhan kepada hamba-hamba Nya.
Sulaiman mengucapkan yang demikian itu karena
telah yakin seyakin yakinnya bahwa barangsiapa yang mensyukuri nikmat Allah,
maka faedah mensyukuri nikmat Allah itu akan kembali kepada dirinya sendiri,
karena Allah akan menambah lagi nikmat-nikmat itu, sebaliknya orang yang
mengingkari nikmat Allah maka dosa pengingkarannya itu juga akan kembali
kepadanya. Dia akan disiksa oleh Allah karena pengingkarannya itu.
Selanjutnya Sulaiman mengatakan: "Bahwa Tuhan
yang disembahnya itu adalah Tuhan Yang Maha Kaya, tidak memerlukan sesuatu pun
dari makhluk Nya, tetapi makhluk-makhluk Nya lah yang memerlukannya, dan Tuhan
yang disembahnya itu adalah Tuhan Yang Maha Pemurah kepada hamba-hamba Nya
dengan balasan yang berlipat ganda.
Sikap Nabi Sulaiman as dalam menerima nikmat
Allah adalah sikap yang harus dijadikan contoh teladan oleh setiap muslim. Sikap
demikian itu akan menghilangkan sifat angkuh dan sombong yang ada pada diri
seseorang dan juga akan menghilangkan rasa putus asa dan rendah diri bagi
seseorang yang dalam keadaan sengsara dan menderita. Karena dia mengetahui
semuanya itu adalah cobaan dan ujian dari Tuhan kepada hamba-hamba
Nya.
Dia berkata: `Robahlah baginya singgasananya;
maka kita akan melihat apakah dia mengenal ataukah dia termasuk orang-orang yang
tidak mengenal (nya)`.
(QS. An Naml 27:41)
Sulaiman as memerintahkan kepada
pemimpin-pemimpin kaumnya agar merubah sebahagian bentuk dari singgasana Balqis
yang telah sampai di hadapannya itu, karena ia ingin melihat apakah ratu Balqis
mengetahui bahwa yang didudukinya itu ialah singgasananya atau ia tidak
mengetahui sama sekali.
Dengan cara yang demikian itu diharapkan agar
ratu Balqis bertambah yakin bahwa Sulaiman adalah Rasul Allah, ia tidak
mengharapkan sesuatu selain keimanan ratu Balqis dan kaumnya.
Dan ketika Balqis datang, ditanyakanlah
kepadanya: `Serupa inikah singgasanamu?` Dia menjawab: `Seakan-akan singgasana
ini singgasanaku, kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah
orang-orang yang berserah diri`.(QS. An Naml 27:42)
Setelah ratu Balqis datang, Sulaiman bertanya
kepadanya: "Apakah seperti ini singgasanamu? Balqis menjawab: "Benar,
singgasanaku ini seakan-akan singgasanaku".
Menurut Mujahid, ratu Balqis mengetahui bahwa
singgasana itu adalah singgasananya, karena tanda-tanda menunjukkan bahwa
sebenarnyalah singgasana itu kepunyaannya, akan tetapi dia merasa heran, kenapa
singgasana itu berada di istana Sulaiman.
Melihat kenyataan itu dan dihubungkan dengan
pengetahuannya tentang burung Hud-hud, maka Balqis berkata: "Sebenarnya telah
diberikan kepada kami, sebelum terjadinya mukjizat ini, pengetahuan bahwa Tuhan
yang berhak disembah itu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Dia Maha Kuasa, demikian
pula tentang burung Hud-hud, sebagai burung yang luar biasa yang dengan,
kekuasaan Tuhan telah dapat menghubungkan negeri kami dengan kamu dan juga
dengan memperhatikan berita-berita yang kami terima dari para utusan kami. Semua
itu menunjukkan bahwa engkau hai Sulaiman benar-benar seorang Rasul Allah yang
diutus kepada kami untuk menyampaikan agama Nya.
Karena itu kami bersama-sama dengan kaum kami
menyatakan beriman kepada engkau, kami akan meninggalkan agama kami yang selama
ini kami anut. Dan engkau hai Sulaiman tidak perlu lagi mengemukakan kepada kami
mukjizat yang lain, karena kami telah beriman.
Dan apa yang disembahnya selama ini selain
Allah, mencegahnya (untuk melahirkan keislamannya), karena sesungguhnya dia
dahulunya termasuk orang-orang yang kafir.(QS. An Naml 27:43)
Ayat ini menerangkan apa sebab ratu Balqis
belum mau menerima Islam sebelum ini, sebabnya ialah: karena pemuka-pemuka
kaumnya yang kafir menyembah matahari. Dia khawatir kalau-kalau kaumnya
mengecilkannya. Setelah ia berhadapan dengan Sulaiman barulah ia berani
menyatakan keislamannya dan berani pula menyatakan kandungan hatinya.
Dikatakan kepadanya: `Masuklah ke dalam
istana`. Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang
besar, dan disingkapkannya kedua betisnya `. Berkatalah Sulaiman:` Sesungguhnya
ia adalah istana licin terbuat dari kaca `. Berkatalah Balqis:` Ya Tuhanku,
sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri
bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam `.(QS. An Naml
27:44)
Menurut sesuatu riwayat, bahwa setelah Nabi
Sulaiman as mengetahui dari Allah akan kedatangan ratu Balqis ke negerinya, maka
ia memerintahkan kaumnya membuat suatu istana yang besar, dan indah yang
lantainya terbuat dari kaca yang mengkilap yang mudah memantulkan cahaya. Di
bawah lantai kaca itu terdapat kolam yang berisikan macam-macam ikan, dan air
kolam itu seakan-akan mengalir seperti sungai. Di waktu kedatangan ratu Balqis,
Nabi Sulaiman menerimanya diistananya yang baru itu. Maka dipersilahkannya ratu
Balqis masuk istananya. Ratu Balqis heran dan terkejut waktu memasuki istana.
Sulaiman itu, menurut penglihatannya ada sungai yang terbentang yang harus
dilaluinya untuk menemui Sulaiman. Karena itu ia menyingkapkan kainnya, sehingga
nampaklah kedua betisnya. Melihat yang demikian itu Sulaiman berkata: "Apa yang
kau lihat itu bukanlah air atau sungai, tetapi lantai kaca yang di bawahnya ada
air mengalir. Mendengar ucapan Sulaiman itu ratu Balqis segera menurunkan
kainnya dan ia mengakui dalam hatinya bahwa kerajaan Sulaiman lebih besar dan
lebih bagus dari istananya.
Kemudian oleh Nabi Sulaiman diserulah Balqis
agar menganut agama Islam, dan diterangkannya kesesatan menyembah matahari itu.
Seruan Sulaiman itu diterima dengan baik oleh Balqis, dan disesalinya
kekafirannya selama ini, karena dengan demikian berarti dia berbuat aniaya
kepada dirinya sendiri, dan dinyatakanlah bahwa dia bersedia berserah diri
bersama Sulaiman kepada Allah Tuhan semesta alam. Kepada Nyalah dia beribadat
dengan seikhlas-ikhlasnya.
(Dan dikatakan pula kepadanya, "Masuklah ke
dalam istana!") yang lantainya terbuat dari kaca yang bening sekali, kemudian di
bawahnya ada air tawar yang mengalir yang ada ikannya. Nabi Sulaiman sengaja
melakukan demikian sewaktu ia mendengar berita bahwa kedua betis ratu Balqis dan
kedua telapak kakinya seperti keledai. (Maka tatkala dia melihat lantai istana
itu dikiranya kolam air) yakni kolam yang penuh dengan air (dan disingkapkannya
kedua betisnya) untuk menyeberangi yang ia duga sebagai kolam, sedangkan Nabi
Sulaiman pada saat itu duduk di atas singgasananya di ujung lantai kaca itu,
maka ternyata ia melihat kedua betis dan kedua telapak kakinya indah. (Sulaiman
berkata) kepada Balqis, ("Sesungguhnya ia adalah istana licin) dan halus (yang
terbuat dari kaca") kemudian Nabi Sulaiman mengajaknya untuk masuk Islam.
(Balqis berkata, "Ya Rabbku! Sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap
diriku sendiri) dengan menyembah selain Engkau (dan aku berserah diri) mulai
saat ini (bersama Sulaiman kepada Allah, Rabb semesta alam.") kemudian Nabi
Sulaiman berkehendak untuk mengawininya tetapi ia tidak menyukai rambut yang ada
pada kedua betisnya. Maka setan-setan membuat cahaya untuk Nabi Sulaiman, dengan
cahaya itu lenyaplah bulu-bulu betisnya. Nabi Sulaiman menikahinya serta
mencintainya, kemudian Nabi Sulaiman mengakui kerajaannya. Tersebutlah, bahwa
Nabi Sulaiman menggilirnya sekali setiap bulan, kemudian ia tinggal bersamanya
selama tiga hari untuk setiap giliran. Disebutkan di dalam suatu riwayat, bahwa
Nabi Sulaiman telah diangkat menjadi raja sejak ia berumur tiga belas tahun.
Pada saat ia meninggal dunia umurnya mencapai lima puluh tiga tahun; Maha Suci
Allah yang tiada habis bagi kerajaan-Nya.
(QS. An Naml 27 : 20-44)
Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari
kisah yang terdapat dalam Al-Quran ini. Asbab pikirnya satu burung Hud-Hud satu
negeri telah menganut agama Islam.