Perkara yang patut disyukuri sebenarnya adalah
perkara Iman dan Amal. Untung dan ruginya seseorang bukanlah disebabkan karena
bertambahnya atau berkurangnya kebendaan yang dimiliki tetapi dilihat dari
bertambah atau berkurangnya Iman dan Amalnya. Inilah tolok ukur yang ditetapkan
Allah SWT. Jika kita bersyukur maka Allah akan tambah keimanan dan amal sholeh
kita. Harta dan kebendaan yang kita miliki hanya berlaku selama disini saja,
tetapi Iman dan Amal walaupun hanya sebesar biji Dzaroh adalah untuk selama
lamanya. Kita perlu bersyukur setinggi-tingginya melebihi syukur kita terhadap
benda yang kita dapati. Orang yang beruntung adalah orang yang amal-amal
sholehnya bisa melebihi daripada amal buruknya. Apa itu amal sholeh yaitu amalan
yang bisa membawa orang tersebut ke surganya Allah Ta’ala. Jadi Amal sholeh yang bisa kita
lakukan itu sebenarnya karena rahmat dan kasih sayang Allah. Tanda kasih sayang
Allah itu adalah jika Allah menyibukan diri kita dalam amal-amal agama. Ketika
amal ini naik kepada Allah dengan ikhlas nanti Allah akan buat keputusan yang
baik.
Manusia tidak tahu persis bahagia itu seperti
apa, karena sesungguhnya kebahagiaan manusia itu hanya Allah yang tahu. Manusia
semuanya ingin bahagia tapi mereka punya kesimpulan masing-masing tentang arti
kebahagiaan itu. Seperti Qorun merasa letak kebahagiaannya pada harta,
Fir’aun pada kekuasaan,
Hamman dalam karir politiknya, kaum Ad dalam kesehatan, kaum saba dalam
pertanian, dan lain-lain. Qorun ketika diminta oleh Musa AS untuk membayar
Zakat, dia merasa kebahagiaannya terusik. Musa AS berkata bahwa yang kamu dapat
ini, semuanya datang dari Allah. Tetapi apa jawab Qorun, “Ini semua adalah hasil
jerih payahku, dan karena kepintaranku.” Begitu juga dengan Firaun yang Allah
beri mimpi bayi yang akan menggantikan posisinya sebagai Raja, sehingga dia
membunuh 70.000 bayi tiap tahunnya. Hamman yang merasa terganggu oleh kehadiran
Musa dalam kekuasaan, dan kaum-kaum yang lainnya. Ketika Kebahagiaaan mereka
merasa terganggu maka mereka akan melakukan tindakan yang Bathil.
Mereka telah Allah peringati tetapi mereka
tidak mau dengar, akhirnya ujung-ujungnya adalah kebinasaan. Semua manusia punya
cara masing-masing dalam mencapai kebahagiaan namun ujung-ujungnya hanya orang
beriman yang mau ikuti kehendak Allah saja yang bahagia. Kebahagiaan manusia
seluruhnya ada di tangan Allah SWT, dan hanya mereka yang mau ikut kehendak
Allah yang akan sukses dan bahagia. Semua cara-cara selain cara yang telah di
contohkan oleh Rasulullah SAW dalam mencapai kebahagiaan akan berujung pada
kegagalan dan kebinasaan.
Karena sayangnya Allah pada kita maka Allah
beri kita agama. Sesungguhnya hanya Allah yang paling mengerti apa yang kita
butuhkan. Untuk ini kita perlu sepaham dan sepakat dengan Allah, karena jika
sudah di akherat kesaksian kita sudah tidak laku lagi. Nanti di akherat ketika
semua manusia dikumpulkan baru mereka semua sepakat: “Kami menyadari dan kami
menyesal, kembalikan kami ke dunia niscaya kami akan beramal.” Tetapi ketika ini
penyesalan sudah tidak ada gunanya lagi.
Jadi kita perlu punya kesepakatan bahwa kita
butuh Allah dan Allah tidak butuh kita. Allah yang punya segala sesuatu dan
semuanya bergantung pada Allah SWT semata. Selain dari Allah tidak buat bisa
apa-apa. Semuanya terjadi atas kehendak Allah. Ia berkuasa atas segala sesuatu.
Allah adalah pemilik segala suasana. Suasana panas, dingin, gembira, sedih,
diam, goncang, susah, mudah, berubah-ubah atas kehendak Allah SWT semata. Api
panas atas izin Allah, begitu juga air yang dapat menghilangkan haus. Senang
atas izin Allah, susahpun atas izin Allah. Sehat atas izin Allah, sakit atas
izin Allah. Tidak ada hubungannya dengan kemampuan kita, semuanya datang dari
Allah.
Airpun bertanya kepada Allah Ta’ala mau digunakan untuk apa. Kemana
larinya air dan digunakan untuk apa semua ini terjadi atas pengaturan Allah SWT.
Allah gunakan air ini dapat sebagai penghilang dahaga, dinding jalan bagi Nabi
Musa AS, jembatan buat Sahabat Sa’ad RA, dan menghancurkan seperti banjirnya Nabi Nuh AS. Namun Allah
tidak bergantung pada air dalam melakukan kerjanya seperti Ashabul Kahfi yang
hidup tanpa air selama 309 tahun.
Jika kita ingin punya keadaan baik maka kita
harus punya hubungan baik dengan pemilik segala keadaan. Keadaan baik dan keadan
buruk semuanya dari Allah SWT. Yang memiliki Allah, dia memiliki segalanya. Yang
kehilangan Allah, dia kehilangan segala-galanya. Segala sesuatu terjadi atas
izin Allah dan tidak ada sesuatu yang terjadi di luar programnya. Segala
kejadian masa lalu dan yang akan datang ini sutradaranya adalah Allah
Ta’ala. Allah yang
menyutradarai, semuanya sudah ada dalam skenario Allah. Walaupun itu kejadian di
padang Mahsyar, tidak ada yang baru bagi Allah. Semua kejadian ini sudah di atur
oleh Allah.
Kunci kejayaan dan kebahagiaan itu jika kita
punya hubungan baik dengan Allah SWT. Jangan sampai salah bergantung, hanya
Allah yang bisa melakukan segala sesuatu, selain Allah tidak bisa berbuat
apa-apa. Allah mampu berikan kebahagiaan dalam keadaan apapun jika kita punya
hubungan baik dengan Allah SWT. Mau keadaannya didalam api seperti Ibrahim AS,
di dalam laut seperti Nabi Yunus AS, dalam keadaan sakit seperti Ayyub AS, dalam
keadaan kaya seperti Sulaiman AS atau miskin seperti Isa AS. Allahlah yang
mendatangkan keadaan-keadaan, semua keadaan berubah-ubah menurut kehendak
Allah.
Waktu dalam ruh kita semua sepakat dan
mengakui Allah SWT sebagai Rabb kita, satu-satunya tempat bergantung dan
pemelihara tunggal. Tetapi setelah lahir ke dunia maka Allah hilang dari kita
karena kita sudah mulai salah bergantung. Kita mulai bergantung pada harta dan
benda : “Kalau saya pergi siapa yang memberi makan isteri dan anak saya. Kalau
mau pergi yang diingat pertama kantong kita yang tipis bukan Allah”. Inilah
kelemahan Iman kita.
Kini yang punya makhluk merasa berkuasa dan
yang tidak punya sangat tunduk, ini yang terjadi jika kita salah tawajjuhnya.
Inilah penyakit iman. Contoh negara yang punya Nuklir merasa paling berkuasa dan
yang tidak punya Nuklir akan tunduk kepada yang punya. Padahal Nuklir hanya
mampu menghancurkan satu negara sedangkan tiupan Isrofil dapat menghancurkan
langit dan bumi. Bagaimana kekuatan yang menciptakan Isrofil. Syekh Abdul Wahab,
syuro dunia, Amir Pakistan, berkata Nuklir yang ditakuti tidak akan mampu
menghancurkan sebuah kaki semut tanpa izin Allah, ini harus kita yakini. Kalau
mau kuat harus bergantung pada yang kuat. Kalau mau berkuasa bergantung sama
yang paling berkuasa. Menang kalah dalam peperangan ini hanya keadaannya saja.
Dibalik kemenangan ada Tarbiyat Allah SWT, ada rencana Allah ta’ala, dibalik kekalahan juga ada Tarbiyat
dari Allah SWT. Yang paling penting adalah bagaimana perintah Allah ketika kita
menang dan ketika kalah. Orang yang sukses adalah ketika dia “Menang atau Kalah“
dia tetap taat pada perintah Allah.
Allah menciptakan alam untuk manusia, jika
amal manusia baik maka Allah akan tundukkan alam untuk manusia. Inilah adalah
aturan Allah. Allah tidak perlu makhluk dalam menciptakan alam dan
memeliharanya, Allah melakukannya sendirian tanpa bantuan makhluk. Siapa yang
mampu memelihara bumi yang beratnya miliaran ton berputar berkeliling matahari
dengan kecepatan tinggi bergelantungan di alam tanpa tali. Siapa yang dapat
menghentikan detak jantung, kita tidak bisa memerintah jantung. Jantung ini
berdetak atas perintah Allah, kita gak perlu repot-repot lagi ngurusin jantung.
Berapa Milyar jantung Allah kendalikan dari jaman nabi Adam AS sampai sekarang.
Semua ini Allah yang mengerjakan dan yang memelihara, tidak ada yang lain dan
tanpa bantuan yang lain.
Jika rusak hati maka keyakinan akan rusak.
Bila keyakinan terhadap agama ini sudah rusak, maka manusia akan menjadi rusak
dan merusaki. Kini manusia sibuknya memperindah kebendaan seperti membeli mobil
untuk ke pesta, membeli mobil untuk ke kantor, membeli mobil untuk mengantar ke
sekolah, membeli baju untuk ke pesta, membeli baju untuk ke kantor, dan
lain-lain. Ini disebabkan karena menurut mereka inilah yang namanya kebahagiaan.
Jadi kebahagiaannya tergantung pada kebendaan yang dimiliki. Jika kebendaan
meningkat dia akan bahagia, dan jika kebendaan berkurang dia akan menderita. Ini
yang namanya tertipu, menurut Allah yang namanya kebahagiaan tidak bergantung
pada bertambah atau berkurangnya kebendaan, tetapi sejauh mana manusia mau taat
pada perintah Allah. Taat pada Allah ini tidak memerlukan kebendaan dapat
dilakukan dimana saja dan kapan saja, Mudah, tidak sulit, dan gratis.
Anak muda melihat artis terkenal ingin ikut
jadi seperti artis tersebut karena mereka melihat artis ini kelihatan bahagia.
Namun dalam suatu berita ada seorang artis terkenal yang justru malah menderita
dengan pamornya, tidak dapat kebebasan dan selalu diawasi. Padahal dia
menceritakan sejak kecilnya dia sudah bercita-cita ingin menjadi selebriti.
Keduniaan yang dia miliki bukannya menjadi asbab kebahagiaan tetapi malah
menjadi asbab penderitaan buat si artis. Status yang dia miliki, harta yang
melimpah ruah malah membuat dia tidak bisa menikmati kebahagiaan. Hidupnya penuh
ketakutan, stress, tidak bisa bebas, selalu dikejar-kejar waktu. Asbab
penderitaan ini sang artis telah mencoba bunuh diri. Dan banyak kasus lain yang
serupa dengan kejadiaan ini. Inilah kebodohan manusia, ketika tidak punya ia
selalu meminta dan mencari mati-matian tetapi ketika sudah dapat, malah ingin
biasa-biasa saja.
Kita beruntung Allah beri kita jalan untuk
mencapai kebahagiaan, hanya saja kita belum yakin terhadap jalan ini. Ada tiga
tipe manusia yang merugi dunia dan akherat :
- Yang tidak tahu asbab dan tidak mencari asbab kebahagiaan? Dia tidak tau asbab kebahagiaan dan tidak mencarinya.
- Yang yakinnya sempurna pada asbab? Toko mendatangkan rezeki tanpa toko rezeki tidak datang.
- Yang beramal tetapi tidak yakin pada amal? Sholat jalan tetapi maksiat jalan juga.
Nabi Sulaiman AS dan Nabi Ayub AS sama-sama
Allah bilang hamba-hamba yang terbaik. Padahal dari segi kehidupan yang mereka
jalani sangat jauh berbeda. Nabi Ayub AS Allah berikan keadaan berupa sakit
kulit selama bertahun-tahun asbab itu ia ditinggalkan istri-istrinya dan Allah
telah mengambil anak-anaknya dan hartanya. Sedangkan Sulaiman AS adalah Nabi
yang telah Allah berikan harta berlimpah, kekuasaan yang tinggi atas seluruh
makhluk Allah, dan kemuliaan berupa kerajaan yang meliputi jin, manusia, dan
binatang. Tetapi kedua-duanya Allah katakan sebagai hamba-hamba terbaik. Ini
karena Allah hanya melihat dari amal-amal mereka. Nabi Ayub AS menjalani
hidupnya dengan taqwa dan sabar tidak pernah mengeluh atas keadaan yang Allah
kasih padanya. Sementara Sulaiman AS bertemu dengan petani yang terpukau melihat
Kerajaan Nabi Sulaiman AS. Lalu Sulaiman AS berkata “wahai bapak, jika
subhanallah yang engkau ucapkan tadi itu, dibandingkan dengan seluruh kerajaan
yang aku punya maka sesungguhnya satu subhanallahmu itu lebih baik dari seluruh
kerajaanku. Karena kerajaanku ini tidak kekal hanya sementara saja. Tetapi satu
subhanallahmu nanti Allah buatkan kerajaan yang lebih baik dari seluruh
kerajaanku dan lebih kekal di akherat nanti .” Inilah keyakinan mereka pada amal
yang mereka kerjakan.
Kini kita beranggapan bahwa agama ini adalah
penghalang daripada keduniaan kita dan kesuksessan kita. Padahal agama ini dapat
menyelesaikan segala masalah dari dunia, alam kubur, masyhar, shiroth dan mizan.
Contoh, dengan sholat berjama’ah Allah akan lapangkan rejekinya selama di dunia dan akan di
berkahi. Umar bin Khatab pernah mengirim ulama untuk mengetahui amal-amal
tentara yang dikirim perang melawan Persia karena tentara Islam tidak dapat
menang mutlak atas musuhnya, ini karena Umar bin Khatab RA yakin pada
janji-janji Allah dalam amal-amal agama, maka ketika ada masalah yang pertama ia
lihat adalah amal-amal prajurit yang kurang.
Kini kita yakinnya pada makhluk sehingga Allah
tidak berikan pertolongan. Kita harus yakin dalam perintah-perintah Allah,
karena hanya dengan amal-amal yang berkeyakinanlah, Allah akan berikan
pertolongan-pertolongan sebagaimana pertolongan yang Allah berikan pada
Nabi-nabi dan sahabat RA. Kita harus punya keyakinan seperti Nabi Nuh AS, ketika
Allah katakan padanya bahwa Allah akan mendatangkan banjir dari pembakaran
rotinya Nabi Nuh tidak banyak tanya dan langsung percaya. Kalau kita berpikir
mana mungkin air dapat keluar dari pembakaran roti sehingga dapat mengakibatkan
banjir, pasti orang gila yang bakal percaya ini. Jangan sampai kita mempunyai
keyakinan seperti anaknya Nuh AS, anaknya Nuh AS berkata ia bisa lari ke gunung
agar dapat selamat dari banjir jika memang banjir itu ada. Anak Nabi Nuh AS
yakinnya pada makhluk yaitu gunung, sehingga gunung yang ia yakini pun Allah
tenggelamkan.
Ini hanya mudah di mulut saja, tetapi
pengamalannya balik kepada perjuangan masing-masing. Mulut kita masih sering
bertentangan dengan hati. Contoh : Seseorang memanggil temannya untuk minum kopi
buat basa basi ternyata temennya mau ikut, ternyata hati orang tersebut malah
berkata, “yah pake ikut dia, berarti saya harus bayarin kopinya kalo begitu”.
Inilah antara mulut dengan hati masih banyak bertentangan. Kita kini banyak
bicara kebesaran Allah, bahwa Allah yang memberi rejeki, Allah yang melakukan
segalanya, tetapi jika masalah datang apa yang kita ingat pertama kali ,
makhluk! Dompet tipis siapa yg pertama kali yg kita ingat, anak sakit siapa
yang pertama kita ingat pertama kali, selalu ingatnya makhluk, peran Allah
hilang. Kalau orang beriman jika ada masalah, pertama yang diingat adalah Allah,
amal apa yang kurang dari saya, sehingga saya banyak masalah. Ketika Umar RA
sebagai Amirul Mukminin mendapat masalah kemarau yang panjang, pertama yang
diingatnya adalah amalan apa yang salah dari dia, lalu ia ingat kalau dia belum
sholat Istishqo. Ketika Umar RA sholat Istisqo, barulah mendung berduyun-duyun
datang menghampiri Umar RA dan berkata “Labbaik Wahai Umar” ketika itu juga
masalah kemarau selesai.
Kini ketika adzan memanggil, orang kafir sibuk
di pasar dan orang yang tahu Allah juga sibuk di pasar, tidak ada bedanya. Orang
kafir takut rugi jika tokonya di tinggal pergi, orang yang tahu Allah juga
begitu. Ini terjadi karena orang yang tahu Allah belum yakin, yakinnya masih
sama seperti orang kafir. Apa yang mereka takuti menjadi takutnya kita juga,
kesenangan mereka menjadi kesenangan kita juga. Ini karena kita belum yakin
pada amal. Kita masih di mulut saja, mengaku cinta pada Allah tetapi di hati ini
masih berbeda. Suatu ketika seseorang menghampiri Ali RA dan berkata “ aku cinta
engkau wahai Ali .” tetapi ketika ada wanita cantik lewat ia langsung menoleh ke
wanita itu. Lalu ketika Ali RA menampar orang tersebut dan berkata “ kamu
mengaku cinta kepada aku namun kamu masih bisa berpaling dariku kepada yang lain
”. Inilah kita, saat ini kita mengaku cinta Allah tetapi hati kita masih mampu
berpaling kepada Allah.
Kini kita bisanya kembali kepada Allah ketika
kepepet atau kalau ada masalah tetapi ketika kita senang nafsi-nafsi. Maulana
Ibrahim pernah bercerita ketika beliau masih kecil ayahnya suka mengajaknya
pergi ke pasar. Sebelum sampai di pasar, ayahnya selalu bilang kepadanya agar
jangan melepaskan pegangannya dengan tangan ayahnya. “ Namun dasar anak kecil “
ketika M.Ibrahim melihat teman-temannya bermain di tengah pasar maka ia lepaskan
pegangan tangan ayahnya dan pergi menghampiri teman-temannya. Setelah selesai
bermain Ibrahim sadar ia telah berpisah dengan ayahnya, sehingga ia menangis “
Abi..Abi..” ketika itu juga ayahnya menjemput dan menjewernya lalu berkata “Saya
sudah bilang jangan lepas dari tangan saya.” Hari ini kita seperti itu juga,
Allah telah berkali-kali memperingatkan agar kita jangan sampai berbuat apa-apa
baru kita lari kepada Allah. Ketika itu Allah akan menjewer kita tetapi tetap
akan menolong kita. Inilah kehidupan kita saat ini.
Penting bagi kita mempunyai hubungan dengan
Allah dalam segala keadaan. Jika ini dilakukan nanti Allah akan paksakan keadaan
untuk kita, sebagaimana lautnya Nabi Musa AS dan apinya Ibrahim AS. Untuk itu
perlu kita ketahui apa kehendak Allah atas diri kita, agar kita dapat punya
hubungan baik dengan Allah. Seorang sahabat ketika dalam peperangan hendak
ditebas kepalanya oleh musuh lalu terselamatkan oleh sabahat lainnya, ketika itu
sahabat yang memanah menanyai sahabat yg kepalanya hendak ditebas apa yang ada
dalam benaknya, lalu sahabat itu menjawab: ” aku sedang memikirkan apa yang
Allah kehendaki atas diriku.” Inilah sahabat, ketika ada masalah tawajjuhnya
pertama adalah kepada Allah dan apa yang Allah kehendaki atas dirinya. Jika
tawajjuh kita benar maka segala masalah tidak akan menjadi masalah. Seperti
Bilal RA ketika disiksa oleh Abu Jahal yang di ingat olehnya adalah “ Ahad..
Ahad..” bukan Abu Jahal yang menyiksanya tetapi Allah , makanya nikmat. Ketika
ditanya kapan masa yang paling bahagia dalam hidupnya adalah ketika di siksa
oleh Abu Jahal. Segala masalah jika yang kita ingat pertama kali adalah Allah
maka akan terasa nikmat jadinya.
Ulama berkata kalau kita mengharap benda atau
makhluk untuk bahagia di jamin gagal. Dunia ini bagusnya cuman diangan-angan.
Setiap dapat keduniaan selalu tidak pernah merasa cukup, ada saja kekurangannya.
Itulah yang namanya dunia, jika Allah masukkan seluruh isi langit dan bumi ini
ke dalam hati manusia tetap saja manusia ini tidak akan pernah puas. Kalau mau
kaya jangan kejar kebutuhan tetapi kejar Allah nanti Allah yang datangkan segala
kebutuhannya. Tetapi kini kita jika mau beramal suka menunda-nunda dan ketika
meminta rejeki minta disegerakan.
Hari ini hati kita suka tidak tenang karena
keinginan kita tidak terpenuhi. Jika hati ini kelebihan beban maka akan lari ke
kepala. Jika kepala sudah sakit maka seluruh badan akan terkena imbasnya, badan
jadi konslet, judulnya keren-keren dari sakit stress, sakit jantung, sakit
kolesterol, sakit hipertenia, insomnia, dll. Padahal hanya gara-gara hati yang
sakit yang kelebihan beban. Hati kelebihan beban karena berusaha mengambil
urusan Allah seperti memberi makan keluarga, mendapatkan uang, dapat sembuh,
dll. Contoh, orang sakit gara-gara dipecat. Karena hati ini terbebani sehingga
menjadi pikiran. Asbab ini orang tersebut menjadi stress, lalu mengalami stroke.
Inilah yang terjadi kalau hati kelebihan beban. Orang berpikir kalau dia dipecat
bagaimana kelurga saya bisa makan, bagaimana anak saya bisa sekolah, bagaimana
saya bisa menghidupi keluarga saya. Mereka berpikir bahwa merekalah yang
menghidupkan dan memelihara keluarga mereka. Akhirnya yang timbul adalah
penderitan demi penderitaan, karena hati yang terbebani. Inilah yang terjadi
jika hati ini mengambil alih kerjaan Allah.
Kini orang kaya dan orang miskin gampang kena
penyakit, ini karena hati yang menahan beban berlebihan. Sudah miskin menderita
sakit gara-gara hati yang kelebihan beban. Orang kaya beli daging buat di rumah
tetapi ia tidak bisa memakan daging tersebut karena kolesterol. Pergi ke dokter
ahli jantung berharap sembuh. Padahal tetap saja kalau Allah tetapkan jantung
itu berhenti mau di pompa pakai gas tetap saja tidak akan bergerak lagi. Kita
lupa jantung dokter itu juga, Allah yang memegang. Hati ini sakit karena mau
mengambil urusan Allah, sehingga kelebihan beban. Urusan Allah ini tidak akan
ada yang mampu menampungnya. Jika hati ini mau coba-coba ambil urusan Allah
selamat berjuang.
Yang paling baik adalah bagaimana kita ini
jadi hamba saja yang baik dijamin tenang dan senang, Hayatun Thoyibah.
Contohnya, seorang anak kecil nggak pernah pusing memikirkan listrik, air,
makan, baju baru, karena ia yakin orang tuanya akan menyelesaikan segala
urusannya. Nah kalau kita punya keyakinan seperti ini maka Insya Allah kita bisa
mendapatkan Hayatun Thoyibah, bahagia sampai akhir hayat.
Nabi SAW pernah
berkata :
“Allah lebih mencintai hambaNya melebihi
seseorang Ibu kepada anaknya 70 kali lipat”
Seharusnya dengan hadist ini kita bisa lebih
santai menghadapi hidup ini melebihi santainya seorang anak kecil. Karena kita
yakin Allah akan menyelesaikan masalah-masalah kita sebagaimana seorang ibu
menyelesaikan masalah anaknya.
Seorang anjing menyenangkan majikannya maka
majikannya akan menyediakan segala kebutuhan anjing tersebut. Anjing itu akan
dipelihara dengan baik. Karena patuhnya anjing ini maka majikannya akan
memberikan makanan yang baik, dimandikan dengan baik, dibawa jalan-jalan,
diberikan mainan, bahkan ada salon dan restoran yang dibuatkan untuk si anjing.
Begitu juga kita kalau kita taat pada Allah, dan beramal untuk menyenangkan
Allah, maka jika Allah senang terhadap amal-amal kita, Allah akan berikan segala
sesuatu yang kita butuhkan.
Hidup ini adalah kesempatan dan bukan tempat
untuk bermain-main karena nanti diakherat kita akan membuat laporan kerja selama
kita hidup di dunia. Amal yang kita lakukan di dunia akan terlihat hasilnya
kelak di akherat. Nanti ada masanya dimana semua batasan akan di cabut. Kini
didunia segala sesuatu ada batasannya, badan ini ada batasannya, seperti
penglihatan ada batasannya, pendengaran ada batasannya dan senangpun ada
batasannya. Hari ini kalau kita sakit gigi maka yang sakit hanya sel gigi saja,
ada batasannya. Tetapi ketika sakratul maut, maka seluruh sel tubuh ini akan
sakit, bagaikan terkena 3000 tusukan pedang. Separah-parahnya sakit di dunia
ketika mati maka sakit yang diderita akan hilang. Ketika masuk kubur segala
batasan akan Allah angkat, baru kita lihat yang sebenarnya. Penglihatan sudah
tanpa batas didalam kubur tidak ada lagi perkara yang ghaib, semuanya dapat
terlihat. Namun penyesalan sudah tidak ada artinya, hanya ada dua pilihan saja,
yaitu bahagia selama-lamanya tanpa batas atau menderita selama-lamanya tanpa
batas.
Manusia yang wujud amal-amal agama dalam
dirinya, maka Allah akan hadirkan rasa penghuni surga dalam kehidupannya.
Sebagimana Nabi SAW setiap pulang kerumahnya selalu berkata “ Bayyiti Jannati,
rumahku surgaku”. Ini karena Nabi SAW dalam kehidupannya hidup amal-amal agama,
walaupun dari segi kebendaan kehidupan Nabi SAW terlihat miskin. Sehingga setiap
pulang kerumah yang dirasakan oleh Nabi SAW adalah hawa penghuni surga.
Ciri-ciri ahli surga ini jika ditanya mau apa, ia akan bingung menjawabnya
karena ia sudah merasa cukup dan merasa sudah memiliki segalanya. Sebagimana
penghuni surga ditanya Allah mau apalagi maka mereka kebingungan mau apalagi
karena segalanya yang diminta ada.
Di Surga nanti yang namanya Kenikmatan tidak
ada batasannya. Begitu pula sebaliknya di Neraka dimana batas sakit telah Allah
cabut, sakit yang tiada-tara, dan penderitaan yang tanpa batas. Kini sakit-sakit
yang ada di dunia hanya merupakan bagian-bagian saja. Menjelang ajal maka
seluruh sel tubuh kita akan, merasa sakit. Namun orang beriman ketika menjelang
ajal, Allah akan perlihatkan kepadanya surga tempat dia kembali. Sehingga
kesusahan dalam menghadapi sakratul maut akan hilang, asbab melihat kenikmatan
di surga. Sebagaimana Siti Asiah ketika disiksa Fir’aun hingga mati malah tersenyum. Ini
karena ketika di siksa Firaun, Allah perlihatkan kenikmatan surga kepada Siti
Asiah sehingga siksaan Firaun tidak terasa olehnya. Seluruh penderitaan yang di
alami ketika sakratul maut akan hilang dengan kenikmatan Surga yang Allah
perlihatkan menjelang orang beriman ini menghadapi ajalnya.
Ketika Rasulullah SAW ditawarkan gunung emas
oleh Allah SWT, Rasulullah SAW menolaknya. Rasulullah SAW lebih menyukai
keadanya saat itu, ia lebih memilih sehari lapar, sehari kenyang, karena ketika
lapar ia bisa ingat pada Allah dan ketika kenyang ia bisa memuji Allah SWT. Nabi
walaupun dari segi lahiriah terlihat hidup penuh kekurangan, namun setiap dia
pulang dia selalu berkata, “Bayyiti Jannati”. Kini Kita hidup tidak sejalan
dengan Rasulullah SAW, karena yang dilihat Rasullullah SAW adalah amal-amal
agamanya dan sedangkan kita adalah dunianya. Sehingga kita tidak merasakan hawa
surga seperti yang dirasakan Rasullullah SAW. Kini apa yang ditolak Rasullullah
SAW, malah kita kejar-kejar.
Nabi Daud AS ketika Allah berikan kerajaan
untuknya, ia pun menambah amalnya dengan sehari puasa, sehari tidak. Ketika
nikmat bertambah, amalpun meningkat, inilah amalan para anbiya AS. Yang dilihat
adalah amal-amal agama oleh mereka bukan kebendaan yang mereka miliki. Dibalik
amal-amal agama ini ada kejayaan, inilah kefahaman mereka.
Hati ini harus disibukan dalam amal-amal agama
jika tidak hati ini akan keracunan dunia. Sibuk di toko, maka hati ini akan
keracunan toko. Seseorang yang di toko jika diam saja dan tidak berdakwah dan
buat amalan maka suatu saat ia akan berbohong atau berbuat dosa. Penting kita
tinggalkan toko hanya untuk sementara waktu di jalan Allah agar hati ini tidak
keracunan toko.
Zuhud itu artinya tidak ada selera terhadap
dunia ini, karena seleranya sudah sampai pada surganya Allah SWT. Seleranya
meningkat dari dunia kepada kenikmatan-kenikmatan di surganya Allah SWT. Manusia
suka merendahkan seleranya dengan yang lebih rendah dan kampungan yaitu dengan
memilih kenikmatan dunia. Gara-gara kita tidak kenal Allah akhirnya yang jelek
kita tampung juga. Bahkan dunia kita jadikan tujuan. Penting kita kembalikan
selera kita kepada selera awal yaitu surganya Allah SWT. Sahabat tidak pernah
hafal jalan-jalan di Mekkah tetapi para sahabat hafal jalan-jalan di surga.
Ketika sahabat dijamu raja Persia, mereka mengira roti Persia yang dijamu itu
serbet, karena terlalu halus dan lembut. Sahabat tidak tahu makanan-makanan
dunia tetapi sahabat sudah tahu hidangan-hidangan di surga. Inilah
sahabat.
Kini kita menilai seorang yang telah berhasil
dari gelar sarjananya atau keahliannya seperti ahli komputer, ahli hukum, ahli
pertanian, dll. Padahal itu semua tidak ada jaminan mendatangkan kebahagiaan
ataupun kesusksesan seseorang. Sesuatu yang dimuliakan di dunia bisa Allah
nampakkan sebagai suatu yang hina di akherat. Nanti di akherat akan Allah
nampakkan manusia yang telah Allah rubah wujudnya menjadi babi, keledai, dan
berbagai macam kehinaan lainnya, yang dulunya ketika di dunia orang tersebut
adalah ahli politik seperti Hamman, ahli bisnis seperti Qorun, dan ahli
kekuasaan seperti Fir’aun.
Namun jika kita jadi hamba yang baik di dunia walaupun dia bukan seorang ahli
komputer atau ahli hukum nanti di akherat ia akan di bangkitkan dengan berbagai
macam kemuliaan seperti raja dan bangsawan. Kini Kemuliaan seorang Hafidz tidak
terlihat oleh manusia namun nanti di akherat orang tuanya saja akan Allah
bangkitkan dengan memakai Mahkota seperti Raja yang terbuat dari Nur melebihi
terangnya Nur matahari. Ini baru orang tuanya bagaimana dengan anaknya yang
hafidz, kemuliaan seperti apa yang akan Allah berikan.
Hidup ini hanya sandiwara dan sutradaranya
adalah Allah. Tapi ketika sandiwaranya selesai baru kita tahu keadaan
sebenarnya. Nanti ada raja yang dalam sandiwara dunia ternyata di akherat
seorang yang hina, seorang yang hina didunia ternyata di akherat adalah seorang
raja. Jangan sampai tertipu dan jangan sampai salah bergantung, semuanya adalah
Allah yang buat.
Seperti wayang ada gatot kaca, bima, arjuna,
siapa yang membuat mereka jadi kelihatan hebat dan sakti. Namun setelah selesai
adegannya tidak mungkin kita bilang wayangnya yang hebat, tetapi yang hebat
adalah dalangnya. Kalau wayangnya yang kita bilang hebat kita bodoh, karena
wayang tidak bisa berbuat apa-apa tanpa dalang, dan dalangnya akan marah. Gatot
kaca bisa kelihatan hebat ini karena dalangnya, cepot bisa kelihatan lucu inipun
karena dalangnya. Hidup ini begitu juga, terlihat matahari, bulan, bintang,
langit yang luas, gempa, banjir, listrik, api, mobil, roket, para ilmuwan,
dokter, presiden, ini hanya wayangnya, tetapi dalangnya adalah Allah. Seperti
orang yang menciptakan mobil Mercedes Benz buatan jerman, bukan orang Jermannya
yang hebat, tetapi allah yang hebat. Siapa yang beri otak pada orang jerman itu.
Begitu juga yang menemukan gravitasi, listrik, dan lain-lain. Semuanya kelihatan
mereka yang hebat, padahal yang hebat itu sebenarnya Allah. Jadi hanya Allah
yang hebat, selain Allah tidak ada yang hebat, hanya wayang saja.
Kini siapa yang bisa ngira nyamuk bisa menang
lawan Raja atau burung bisa menang lawan gajah. Itu bisa aja terjadi kalau semua
itu dalangnya Allah. Segala sesuatu yang di dalangi oleh Allah SWT walaupun itu
kecil akan menjadi besar, seperti nyamuknya Namrud. Nyamuk sekali tepuk hancur,
tetapi jika nyamuk ini dalangnya Allah, maka Namrud yang besar bisa hancur oleh
seekor nyamuk. Seperti Ibrahim AS hendak dilempar ke api , ini masalah besar
buat Ibrahim AS, tetapi karena dibelakang Ibrahim AS ini dalangnya adalah Allah,
maka masalah besar jadi kecil, api yang panas menjadi sejuk buat Ibrahim AS.
Begitu juga otak yang di dalam kepala ini kecil, tetapi dibelakang otak ini
dalangnya adalah Allah, maka otak yang kecil ini bisa menghasilkan sesuatu yang
besar. Seperti membuat mobil, pesawat, kapal, dan lain-lain.
Karena hidup ini sandiwara, maka nanti akan
datang masa dimana semuanya Allah periksa peranannya, benar atau tidak mereka
memainkan peranannya. Sebagaimana seorang Ahli Jihad datang menghadap Allah dan
berkata kalau ia perang karena Allah. Lalu Allah jawab bohong kamu perang agar
dipanggil pahlawan. Lalu dipanggil seorang ulama, ia berkata kalo ia mengajar
karena Allah, tetapi Allah bilang bohong kamu mengajar agar dipanggil ulama.
Begitu juga dengan orang ahli derma yang Allah panggil, dia ditanya oleh Allah
tentang peranannya sebagai dermawan. Dia menjawab saya berderma karena Engkau,
ya Allah. Lalu Allah bilang bohong, kamu berderma karena ingin dipanggil sebagai
dermawan. Semua pemeran yang tidak memainkan peranannya sesuai dengan kehendak
Allah maka akan Allah lemparkan ke Neraka.
Kita menang atau kalah baru ketahuan nanti
dalam kubur. Dunia ini bukan tempat untuk melihat hasil karena dunia ini tidak
bernilai disisi Allah walaupun hanya dengan sebelah sayap nyamuk. Dunia ini
tidak akan sanggup menampung apa yang telah Allah janjikan. Sedebu iman saja
Allah berikan ganjaran 10 kali lipat lebih luas dari langit dan bumi. Dunia ini
tidak akan sanggup menampung amal-amal agama jika dibalas di dunia. Debu yang
tidak berharga di mata mausia bisa menjadi bernilai di sisi Allah hanya dengan
keluar di jalan Allah. Hari ini kalo kita jual debu di toko mana laku tetapi
debu yang menempel di badan orang yang keluar dari jalan Allah bagi Allah lebih
baik dari dunia dan seluruh isinya.
Kini kita hanya bisa beramal saja nanti Allah
akan buat keputusan yang baik untuk kita. Sebagimana iklan pepsodent walaupun
iklannya canggih-canggih tetapi kita tidak mau mencobanya maka sia-sia saja,
kita tidak akan tahu kegunaannya. Ini perlu keputusan, walaupun iklan tentang
Iman dan Amal ini bagus-bagus tetapi kita tidak mau terjun dan keluar di jalan
Allah, maka percuma saja. Umar menangis karena sahabatnya Abu Bakar RA dan
Rasulullah SAW telah sampai pada tujuan yang sama, jika ia tidak mengikuti jejak
mereka , maka Umar takut ia tidak akan sampai pada tujuan yang sama.
Kita Tawajjuhkan diri kita kepada Allah jangan
terkesan pada keadaan yang ada. Yang penting dalam masalah ini adalah kepada
siapa kita Tawajjuhnya pertama kali, jika benar tawajjuh kita maka tidak ada
masalah yang tidak dapat diselesaikan. Sebagaimana Yusuf AS ketika di buang oleh
saudara-saudaranya ke sumur yang menyelamatkannya dari sumur. Tetapi ketika
Yusuf AS berada di penjara tawajjuhnya salah, dia bergantung kepada teman
sepenjara Yusuf AS berkata “Tolong sampaikan kepada raja aku tidak bersalah.”
Karena ini Allah tidak selesaikan masalah Yusuf AS bahkan diperlama dengan 8
tahun penjara. Ini disebabkan karena Yusuf AS salah bergantung ia mencari
pertolongan kepada selain Allah. Jadi jangan sampai kita salah bergantung kalau
mau masalah kita selesai. Untuk itu kita perlu berkorban keluar di jalan Allah,
kita tinggalkan anak, istri, toko, untuk memperbaiki hubungan kita dengan
Allah.