Hari hari kita pikirkan dan bicarakan tentang kepentingan dunia, mari kita luangkan sedikit waktu untuk pikirkan dan bicarakan tentang perkara agama, tentang kebesaran Alloh, satu satunya bekal kita nanti pulang ke "Kampung Akhirat" dan untuk apa sebenarnya kita sebagai manusia Alloh SWT ciptakan di dunia ini...

Friday, November 4, 2011

Bayan / Penjelasan Agama Jumidar Rudi Farid I

Perkara yang patut disyukuri sebenarnya adalah perkara Iman dan Amal. Untung dan ruginya seseorang bukanlah disebabkan karena bertambahnya atau berkurangnya kebendaan yang  dimiliki tetapi dilihat dari bertambah atau berkurangnya Iman dan Amalnya. Inilah tolok ukur yang ditetapkan Allah SWT. Jika kita bersyukur maka Allah akan tambah keimanan dan amal sholeh kita. Harta dan kebendaan yang kita miliki hanya berlaku selama disini saja, tetapi Iman dan Amal walaupun hanya sebesar biji Dzaroh adalah untuk selama lamanya. Kita perlu bersyukur setinggi-tingginya melebihi syukur kita terhadap benda yang kita dapati. Orang yang beruntung  adalah orang yang amal-amal sholehnya bisa melebihi daripada amal buruknya. Apa itu amal sholeh yaitu amalan yang bisa membawa orang tersebut ke surganya Allah Taala. Jadi Amal sholeh yang bisa kita lakukan itu sebenarnya karena rahmat dan kasih sayang Allah. Tanda kasih sayang Allah itu adalah jika Allah menyibukan diri kita dalam amal-amal agama. Ketika amal ini naik kepada Allah dengan ikhlas nanti Allah akan buat keputusan yang baik.

Manusia tidak tahu persis bahagia itu seperti apa, karena sesungguhnya kebahagiaan manusia itu hanya Allah yang tahu. Manusia semuanya ingin bahagia tapi mereka punya kesimpulan masing-masing tentang arti kebahagiaan itu. Seperti Qorun merasa letak kebahagiaannya pada harta, Firaun pada kekuasaan, Hamman dalam karir politiknya, kaum Ad dalam kesehatan, kaum saba dalam pertanian, dan lain-lain.  Qorun ketika diminta oleh Musa AS untuk membayar Zakat, dia merasa kebahagiaannya terusik. Musa AS berkata bahwa yang kamu dapat ini, semuanya datang dari Allah. Tetapi apa jawab Qorun, “Ini semua adalah hasil jerih payahku, dan karena kepintaranku.” Begitu juga dengan Firaun yang Allah beri mimpi bayi yang akan menggantikan posisinya sebagai Raja, sehingga dia membunuh 70.000 bayi tiap tahunnya. Hamman yang merasa terganggu oleh kehadiran Musa dalam kekuasaan, dan kaum-kaum yang lainnya. Ketika Kebahagiaaan mereka merasa terganggu maka mereka akan melakukan tindakan yang Bathil.

Mereka telah Allah peringati tetapi mereka tidak mau dengar, akhirnya ujung-ujungnya adalah kebinasaan. Semua manusia punya cara masing-masing dalam mencapai kebahagiaan namun ujung-ujungnya hanya orang beriman yang mau ikuti kehendak Allah saja yang bahagia. Kebahagiaan manusia seluruhnya ada di tangan Allah SWT, dan hanya mereka yang mau ikut kehendak Allah yang akan sukses dan bahagia. Semua cara-cara selain cara yang telah di contohkan oleh Rasulullah SAW dalam mencapai kebahagiaan akan berujung pada kegagalan dan kebinasaan.

Karena sayangnya Allah pada kita maka Allah beri kita agama. Sesungguhnya hanya Allah yang paling mengerti apa yang kita butuhkan. Untuk ini kita perlu sepaham dan sepakat dengan Allah, karena jika sudah di akherat kesaksian kita sudah tidak laku lagi. Nanti di akherat ketika semua manusia dikumpulkan baru mereka semua sepakat: “Kami menyadari dan kami menyesal, kembalikan kami ke dunia niscaya kami akan beramal.” Tetapi ketika ini penyesalan sudah tidak ada gunanya lagi.

Jadi kita perlu punya kesepakatan bahwa kita butuh Allah dan Allah tidak butuh kita. Allah yang punya segala sesuatu dan semuanya bergantung pada Allah SWT semata. Selain dari Allah tidak buat bisa apa-apa. Semuanya terjadi atas kehendak Allah. Ia berkuasa atas segala sesuatu. Allah adalah pemilik segala suasana. Suasana panas, dingin, gembira, sedih, diam, goncang, susah, mudah, berubah-ubah atas kehendak Allah SWT semata. Api panas atas izin Allah, begitu juga air yang dapat menghilangkan haus. Senang atas izin Allah, susahpun atas izin Allah. Sehat atas izin Allah, sakit atas izin Allah. Tidak ada hubungannya dengan kemampuan kita, semuanya datang dari Allah.

Airpun bertanya kepada Allah Taala mau digunakan untuk apa. Kemana larinya air dan digunakan untuk apa semua ini terjadi atas pengaturan Allah SWT. Allah gunakan air ini dapat sebagai penghilang dahaga, dinding jalan bagi Nabi Musa AS, jembatan buat Sahabat Saad RA, dan menghancurkan seperti banjirnya Nabi Nuh AS. Namun Allah tidak bergantung pada air dalam melakukan kerjanya seperti Ashabul Kahfi yang hidup tanpa air selama 309 tahun.

Jika kita ingin punya keadaan baik maka kita harus punya hubungan baik dengan pemilik segala keadaan. Keadaan baik dan keadan buruk semuanya dari Allah SWT. Yang memiliki Allah, dia memiliki segalanya. Yang kehilangan Allah, dia kehilangan segala-galanya. Segala sesuatu terjadi atas izin Allah dan tidak ada sesuatu yang terjadi di luar programnya. Segala kejadian masa lalu dan yang akan datang ini sutradaranya adalah Allah Taala. Allah yang menyutradarai, semuanya sudah ada dalam skenario Allah. Walaupun itu kejadian di padang Mahsyar, tidak ada yang baru bagi Allah. Semua kejadian ini sudah di atur oleh Allah.

Kunci kejayaan dan kebahagiaan itu jika kita punya hubungan baik dengan Allah SWT. Jangan sampai salah bergantung, hanya Allah yang bisa melakukan segala sesuatu, selain Allah tidak bisa berbuat apa-apa. Allah mampu berikan kebahagiaan dalam keadaan apapun jika kita punya hubungan baik dengan Allah SWT. Mau keadaannya didalam api seperti Ibrahim AS, di dalam laut seperti Nabi Yunus AS, dalam keadaan sakit seperti Ayyub AS, dalam keadaan kaya seperti Sulaiman AS atau miskin seperti Isa AS. Allahlah yang mendatangkan keadaan-keadaan, semua keadaan berubah-ubah menurut kehendak Allah.
Waktu dalam ruh kita semua sepakat dan mengakui Allah SWT sebagai Rabb kita, satu-satunya tempat bergantung dan pemelihara tunggal. Tetapi setelah lahir ke dunia maka Allah hilang dari kita karena kita sudah mulai salah bergantung. Kita mulai bergantung pada harta dan benda : “Kalau saya pergi siapa yang memberi makan isteri dan anak saya. Kalau mau pergi yang diingat pertama kantong kita yang tipis bukan Allah”. Inilah kelemahan Iman kita.

Kini yang punya makhluk merasa berkuasa dan yang tidak punya sangat tunduk, ini yang terjadi jika kita salah tawajjuhnya. Inilah penyakit iman. Contoh negara yang punya Nuklir merasa paling berkuasa dan yang tidak punya Nuklir akan tunduk kepada yang punya. Padahal Nuklir hanya mampu menghancurkan satu negara sedangkan tiupan Isrofil dapat menghancurkan langit dan bumi. Bagaimana kekuatan yang menciptakan Isrofil. Syekh Abdul Wahab, syuro dunia, Amir Pakistan, berkata Nuklir yang ditakuti tidak akan mampu menghancurkan sebuah kaki semut tanpa izin Allah, ini  harus kita yakini. Kalau mau kuat harus bergantung pada yang kuat. Kalau mau berkuasa bergantung sama yang paling berkuasa. Menang kalah dalam peperangan ini hanya keadaannya saja. Dibalik kemenangan ada Tarbiyat Allah SWT, ada rencana Allah taala, dibalik kekalahan juga ada Tarbiyat dari Allah SWT. Yang paling penting adalah bagaimana perintah Allah ketika kita menang dan ketika kalah. Orang yang sukses adalah ketika dia “Menang atau Kalah“ dia tetap taat pada perintah Allah.

Allah menciptakan alam untuk manusia, jika amal manusia  baik maka Allah akan tundukkan alam untuk manusia. Inilah adalah aturan Allah. Allah tidak perlu makhluk dalam menciptakan alam dan memeliharanya, Allah melakukannya sendirian tanpa bantuan makhluk. Siapa yang mampu memelihara bumi yang beratnya miliaran ton berputar berkeliling matahari dengan kecepatan tinggi bergelantungan di alam tanpa tali. Siapa yang dapat menghentikan detak jantung, kita tidak bisa memerintah jantung. Jantung ini berdetak atas perintah Allah, kita gak perlu repot-repot lagi ngurusin jantung. Berapa Milyar jantung Allah kendalikan dari jaman nabi Adam AS sampai sekarang.  Semua ini Allah yang mengerjakan dan yang memelihara, tidak ada yang lain dan tanpa bantuan yang lain.

Jika rusak hati maka keyakinan akan rusak. Bila keyakinan terhadap agama ini sudah rusak, maka manusia akan menjadi rusak dan merusaki. Kini manusia sibuknya memperindah kebendaan seperti membeli mobil untuk ke pesta, membeli mobil untuk ke kantor, membeli mobil untuk mengantar ke sekolah, membeli baju untuk ke pesta, membeli baju untuk ke kantor, dan lain-lain. Ini disebabkan karena menurut mereka inilah yang namanya kebahagiaan. Jadi kebahagiaannya tergantung pada kebendaan yang dimiliki. Jika kebendaan meningkat dia akan bahagia, dan jika kebendaan berkurang dia akan menderita. Ini yang namanya tertipu, menurut Allah yang namanya kebahagiaan tidak bergantung pada bertambah atau berkurangnya kebendaan, tetapi sejauh mana manusia mau taat pada perintah Allah. Taat pada Allah ini tidak memerlukan kebendaan dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, Mudah, tidak sulit, dan gratis.

Anak muda melihat artis terkenal ingin ikut jadi seperti artis tersebut karena mereka melihat artis ini kelihatan bahagia. Namun dalam suatu berita ada seorang artis terkenal yang justru malah menderita dengan pamornya, tidak dapat kebebasan dan selalu diawasi. Padahal dia menceritakan sejak kecilnya dia sudah bercita-cita ingin menjadi selebriti. Keduniaan yang dia miliki bukannya menjadi asbab kebahagiaan tetapi malah menjadi asbab penderitaan buat si artis. Status yang dia miliki, harta yang melimpah ruah malah membuat dia tidak bisa menikmati kebahagiaan. Hidupnya penuh ketakutan, stress, tidak bisa bebas, selalu dikejar-kejar waktu. Asbab penderitaan ini sang artis telah mencoba bunuh diri. Dan banyak kasus lain yang serupa dengan kejadiaan ini. Inilah kebodohan manusia, ketika tidak punya ia selalu meminta dan mencari mati-matian tetapi ketika sudah dapat, malah ingin biasa-biasa saja.

Kita beruntung Allah beri kita jalan untuk mencapai kebahagiaan, hanya saja kita belum yakin terhadap jalan ini. Ada tiga tipe manusia yang merugi dunia dan akherat :
  1. Yang tidak tahu asbab dan tidak mencari asbab kebahagiaan? Dia tidak tau asbab kebahagiaan dan tidak mencarinya.
  2. Yang yakinnya sempurna pada asbab? Toko mendatangkan rezeki tanpa toko rezeki tidak datang.
  3. Yang beramal tetapi tidak yakin pada amal? Sholat jalan tetapi maksiat jalan juga.
Nabi Sulaiman AS dan Nabi Ayub AS sama-sama Allah bilang hamba-hamba yang terbaik. Padahal dari segi kehidupan yang mereka jalani sangat jauh berbeda. Nabi Ayub AS Allah berikan keadaan berupa sakit kulit selama bertahun-tahun asbab itu ia ditinggalkan istri-istrinya dan Allah telah mengambil anak-anaknya dan hartanya. Sedangkan Sulaiman AS adalah Nabi yang telah Allah berikan harta berlimpah, kekuasaan yang tinggi atas seluruh makhluk Allah, dan kemuliaan berupa kerajaan yang meliputi jin, manusia, dan binatang. Tetapi kedua-duanya Allah katakan sebagai hamba-hamba terbaik. Ini karena Allah hanya melihat dari amal-amal mereka. Nabi Ayub AS menjalani hidupnya dengan taqwa dan sabar tidak pernah mengeluh atas keadaan yang Allah kasih padanya. Sementara Sulaiman AS bertemu dengan petani yang terpukau melihat Kerajaan Nabi Sulaiman AS. Lalu Sulaiman AS berkata “wahai bapak, jika subhanallah yang engkau ucapkan tadi itu, dibandingkan dengan seluruh kerajaan yang aku punya maka sesungguhnya satu subhanallahmu itu lebih baik dari seluruh kerajaanku. Karena kerajaanku ini tidak kekal hanya sementara saja. Tetapi satu subhanallahmu nanti Allah buatkan kerajaan yang lebih baik dari seluruh kerajaanku dan lebih kekal di akherat nanti .” Inilah keyakinan mereka pada amal yang mereka kerjakan.
Kini kita beranggapan bahwa agama ini adalah penghalang daripada keduniaan kita dan kesuksessan kita. Padahal agama ini dapat menyelesaikan segala masalah dari dunia, alam kubur, masyhar, shiroth dan mizan. Contoh, dengan sholat berjamaah Allah akan lapangkan rejekinya selama di dunia dan akan di berkahi. Umar bin Khatab pernah mengirim ulama untuk mengetahui amal-amal tentara yang dikirim perang melawan Persia karena tentara Islam tidak dapat menang mutlak atas musuhnya, ini karena Umar bin Khatab RA yakin pada janji-janji Allah dalam amal-amal agama, maka ketika ada masalah yang pertama ia lihat adalah amal-amal prajurit yang kurang.

Kini kita yakinnya pada makhluk sehingga Allah tidak berikan pertolongan. Kita harus yakin dalam perintah-perintah Allah, karena hanya dengan amal-amal yang berkeyakinanlah, Allah akan berikan pertolongan-pertolongan sebagaimana pertolongan yang Allah berikan pada Nabi-nabi dan sahabat RA. Kita harus punya keyakinan seperti Nabi Nuh AS, ketika Allah katakan padanya bahwa Allah akan mendatangkan banjir dari pembakaran rotinya Nabi Nuh tidak banyak tanya dan langsung percaya. Kalau kita berpikir mana mungkin air dapat keluar dari pembakaran roti sehingga dapat mengakibatkan banjir, pasti orang gila yang bakal percaya ini. Jangan sampai kita mempunyai keyakinan seperti anaknya Nuh AS,  anaknya Nuh AS berkata ia bisa lari ke gunung agar dapat selamat dari banjir jika memang banjir itu ada. Anak Nabi Nuh AS yakinnya pada makhluk yaitu gunung, sehingga gunung yang ia yakini pun Allah tenggelamkan.

Ini hanya mudah di mulut saja, tetapi pengamalannya balik kepada perjuangan masing-masing. Mulut kita masih sering bertentangan dengan hati. Contoh : Seseorang memanggil temannya untuk minum kopi buat basa basi ternyata temennya mau ikut, ternyata hati orang tersebut malah berkata, “yah pake ikut dia, berarti saya harus bayarin kopinya kalo begitu”. Inilah antara mulut dengan hati masih banyak bertentangan. Kita kini banyak bicara kebesaran Allah, bahwa Allah yang memberi rejeki, Allah yang melakukan segalanya, tetapi jika masalah datang apa yang kita ingat pertama kali , makhluk! Dompet  tipis siapa yg pertama kali yg kita ingat, anak sakit siapa yang pertama kita ingat pertama kali, selalu ingatnya makhluk, peran Allah hilang. Kalau orang beriman jika ada masalah, pertama yang diingat adalah Allah, amal apa yang kurang dari saya, sehingga saya banyak masalah. Ketika Umar RA sebagai Amirul Mukminin mendapat masalah kemarau yang panjang, pertama yang diingatnya adalah amalan apa yang salah dari dia, lalu ia ingat kalau dia belum sholat Istishqo. Ketika Umar RA sholat Istisqo, barulah mendung berduyun-duyun datang menghampiri Umar RA dan berkata “Labbaik Wahai Umar”  ketika itu juga masalah kemarau selesai.

Kini ketika adzan memanggil, orang kafir sibuk di pasar dan orang yang tahu Allah juga sibuk di pasar, tidak ada bedanya. Orang kafir takut rugi jika tokonya di tinggal pergi, orang yang tahu Allah juga begitu. Ini terjadi karena orang yang tahu Allah belum yakin, yakinnya masih sama seperti orang kafir. Apa yang mereka takuti menjadi takutnya kita juga, kesenangan mereka menjadi  kesenangan kita juga. Ini karena kita belum yakin pada amal. Kita masih di mulut saja, mengaku cinta pada Allah tetapi di hati ini masih berbeda. Suatu ketika seseorang menghampiri Ali RA dan berkata “ aku cinta engkau wahai Ali .” tetapi ketika ada wanita cantik lewat ia langsung menoleh ke wanita itu. Lalu ketika Ali RA menampar orang tersebut dan berkata “ kamu mengaku cinta kepada aku namun kamu masih bisa berpaling dariku kepada yang lain ”. Inilah kita, saat ini kita mengaku cinta Allah tetapi hati kita masih mampu berpaling kepada Allah.

Kini kita bisanya kembali kepada Allah ketika kepepet atau kalau ada masalah tetapi ketika kita senang nafsi-nafsi. Maulana Ibrahim pernah bercerita ketika beliau masih kecil ayahnya suka mengajaknya pergi ke pasar. Sebelum sampai di pasar, ayahnya selalu bilang kepadanya agar jangan melepaskan pegangannya dengan tangan ayahnya. “ Namun dasar anak kecil “ ketika M.Ibrahim melihat teman-temannya bermain di tengah pasar maka ia lepaskan pegangan tangan ayahnya dan pergi menghampiri teman-temannya. Setelah selesai bermain Ibrahim sadar ia telah berpisah dengan ayahnya, sehingga ia menangis “ Abi..Abi..” ketika itu juga ayahnya menjemput dan menjewernya lalu berkata “Saya sudah bilang jangan lepas dari tangan saya.” Hari ini kita seperti itu juga, Allah telah berkali-kali memperingatkan agar kita jangan sampai berbuat apa-apa baru kita lari kepada Allah. Ketika itu Allah akan menjewer kita tetapi tetap akan menolong kita. Inilah kehidupan kita saat ini.

Penting bagi kita mempunyai hubungan dengan Allah dalam segala keadaan. Jika ini dilakukan nanti Allah akan paksakan keadaan untuk kita, sebagaimana lautnya Nabi Musa AS dan apinya Ibrahim AS. Untuk itu perlu kita ketahui apa kehendak Allah atas diri kita, agar kita dapat punya hubungan baik dengan Allah. Seorang sahabat ketika dalam peperangan hendak ditebas kepalanya oleh musuh lalu terselamatkan oleh sabahat lainnya, ketika itu sahabat yang memanah menanyai sahabat  yg kepalanya hendak ditebas apa yang ada dalam benaknya, lalu sahabat itu menjawab: ” aku sedang memikirkan apa yang Allah kehendaki atas diriku.” Inilah sahabat, ketika ada masalah tawajjuhnya pertama adalah kepada Allah dan apa yang Allah kehendaki atas dirinya. Jika tawajjuh kita benar maka segala masalah tidak akan menjadi masalah. Seperti Bilal RA ketika disiksa oleh Abu Jahal yang di ingat olehnya adalah “ Ahad.. Ahad..” bukan Abu Jahal yang menyiksanya tetapi Allah , makanya nikmat. Ketika ditanya kapan masa yang paling bahagia dalam hidupnya adalah ketika di siksa oleh Abu Jahal. Segala masalah jika yang kita ingat pertama kali adalah Allah maka akan terasa nikmat jadinya.

Ulama berkata kalau kita mengharap benda atau makhluk untuk bahagia di jamin gagal. Dunia ini bagusnya cuman diangan-angan. Setiap dapat keduniaan selalu tidak pernah merasa cukup, ada saja kekurangannya. Itulah yang namanya dunia, jika Allah masukkan seluruh isi langit dan bumi ini ke dalam hati manusia tetap saja manusia ini tidak akan pernah puas. Kalau mau kaya jangan kejar kebutuhan tetapi kejar Allah nanti Allah yang datangkan segala kebutuhannya. Tetapi kini kita jika mau beramal suka menunda-nunda dan ketika meminta rejeki minta disegerakan.

Hari ini hati kita suka tidak tenang karena keinginan kita tidak terpenuhi. Jika hati ini kelebihan beban maka akan lari ke kepala. Jika kepala sudah sakit maka seluruh badan akan terkena imbasnya, badan jadi konslet, judulnya keren-keren dari sakit stress, sakit jantung, sakit kolesterol, sakit hipertenia, insomnia, dll. Padahal hanya gara-gara hati yang sakit yang kelebihan beban. Hati kelebihan beban karena berusaha mengambil urusan Allah seperti memberi makan keluarga, mendapatkan uang, dapat sembuh, dll. Contoh, orang sakit gara-gara dipecat. Karena hati ini terbebani sehingga menjadi pikiran. Asbab ini orang tersebut menjadi stress, lalu mengalami stroke. Inilah yang terjadi kalau hati kelebihan beban. Orang berpikir kalau dia dipecat bagaimana kelurga saya bisa makan, bagaimana anak saya bisa sekolah, bagaimana saya bisa menghidupi keluarga saya. Mereka berpikir bahwa merekalah yang menghidupkan dan memelihara keluarga mereka. Akhirnya yang timbul adalah penderitan demi penderitaan, karena hati yang terbebani. Inilah yang terjadi jika hati ini mengambil alih kerjaan Allah.

Kini orang kaya dan orang miskin gampang kena penyakit, ini karena hati yang menahan beban berlebihan. Sudah miskin menderita sakit gara-gara hati yang kelebihan beban. Orang kaya  beli daging buat di rumah tetapi ia tidak bisa memakan daging tersebut karena kolesterol. Pergi ke dokter ahli jantung berharap sembuh. Padahal tetap saja kalau Allah tetapkan jantung itu berhenti mau di pompa pakai gas tetap saja tidak akan bergerak lagi. Kita lupa jantung dokter itu juga, Allah yang memegang. Hati ini sakit karena mau mengambil urusan Allah, sehingga kelebihan beban. Urusan Allah ini tidak akan ada yang mampu menampungnya. Jika hati ini mau coba-coba ambil urusan Allah selamat berjuang.

Yang paling baik adalah bagaimana kita ini jadi hamba saja yang baik dijamin tenang dan senang, Hayatun Thoyibah. Contohnya, seorang anak kecil nggak pernah pusing memikirkan listrik, air, makan, baju baru, karena ia yakin orang tuanya akan menyelesaikan segala urusannya. Nah kalau kita punya keyakinan seperti ini maka Insya Allah kita bisa mendapatkan Hayatun Thoyibah, bahagia sampai akhir hayat. 

Nabi SAW pernah berkata :

“Allah lebih mencintai hambaNya melebihi seseorang Ibu kepada anaknya 70 kali lipat”
Seharusnya dengan hadist ini kita bisa lebih santai menghadapi hidup ini melebihi santainya seorang anak kecil. Karena kita yakin Allah akan menyelesaikan masalah-masalah kita sebagaimana seorang ibu menyelesaikan masalah anaknya.

Seorang anjing menyenangkan majikannya maka majikannya akan menyediakan segala kebutuhan anjing tersebut. Anjing itu akan dipelihara dengan baik. Karena patuhnya anjing ini maka majikannya akan memberikan makanan yang baik, dimandikan dengan baik, dibawa jalan-jalan, diberikan mainan, bahkan ada salon dan restoran yang dibuatkan untuk si anjing. Begitu juga kita kalau kita taat pada Allah, dan beramal untuk menyenangkan Allah, maka jika Allah senang terhadap amal-amal kita, Allah akan berikan segala sesuatu yang kita butuhkan.

Hidup ini adalah kesempatan dan bukan tempat untuk bermain-main karena nanti diakherat kita akan membuat laporan kerja selama kita hidup di dunia. Amal yang kita lakukan di dunia akan terlihat hasilnya kelak di akherat. Nanti ada masanya dimana semua batasan akan di cabut. Kini didunia segala sesuatu ada batasannya, badan ini ada batasannya, seperti penglihatan ada batasannya, pendengaran ada batasannya dan senangpun ada batasannya. Hari ini kalau kita sakit gigi maka yang sakit hanya sel gigi saja, ada batasannya. Tetapi ketika sakratul maut, maka seluruh sel tubuh ini akan sakit, bagaikan terkena 3000 tusukan pedang. Separah-parahnya sakit di dunia ketika mati  maka sakit yang diderita akan hilang. Ketika masuk kubur segala batasan akan Allah angkat, baru kita lihat yang sebenarnya. Penglihatan sudah tanpa batas  didalam kubur tidak ada lagi perkara yang ghaib, semuanya dapat terlihat. Namun penyesalan sudah tidak ada artinya, hanya ada dua pilihan saja, yaitu bahagia selama-lamanya tanpa batas atau menderita selama-lamanya tanpa batas.

Manusia yang wujud amal-amal agama dalam dirinya, maka Allah akan hadirkan rasa penghuni surga dalam kehidupannya. Sebagimana Nabi SAW setiap pulang kerumahnya selalu berkata “ Bayyiti Jannati, rumahku surgaku”. Ini karena Nabi SAW dalam kehidupannya hidup amal-amal agama, walaupun dari segi kebendaan kehidupan Nabi SAW terlihat miskin. Sehingga setiap pulang kerumah yang dirasakan oleh Nabi SAW adalah hawa penghuni surga. Ciri-ciri ahli surga ini jika ditanya mau apa, ia akan bingung menjawabnya karena ia sudah merasa cukup dan merasa sudah memiliki segalanya. Sebagimana penghuni surga ditanya Allah mau apalagi maka mereka kebingungan mau apalagi karena segalanya yang diminta ada.

Di Surga nanti yang namanya Kenikmatan tidak ada batasannya. Begitu pula sebaliknya di Neraka dimana batas sakit telah Allah cabut, sakit yang tiada-tara, dan penderitaan yang tanpa batas. Kini sakit-sakit yang ada di dunia hanya merupakan bagian-bagian saja. Menjelang ajal maka seluruh sel tubuh kita akan, merasa sakit. Namun orang beriman  ketika menjelang ajal, Allah akan perlihatkan kepadanya surga tempat dia kembali. Sehingga kesusahan dalam menghadapi sakratul maut akan hilang, asbab melihat kenikmatan di surga. Sebagaimana Siti Asiah ketika disiksa Firaun hingga mati malah tersenyum. Ini karena ketika di siksa Firaun, Allah perlihatkan kenikmatan surga kepada Siti Asiah sehingga siksaan Firaun tidak terasa olehnya. Seluruh penderitaan yang di alami ketika sakratul maut akan hilang dengan kenikmatan Surga yang Allah perlihatkan menjelang orang beriman ini menghadapi ajalnya.

Ketika Rasulullah SAW ditawarkan gunung emas oleh Allah SWT, Rasulullah SAW menolaknya. Rasulullah SAW lebih menyukai keadanya saat itu, ia lebih memilih sehari lapar, sehari kenyang, karena ketika lapar ia bisa ingat pada Allah dan ketika kenyang ia bisa memuji Allah SWT. Nabi walaupun dari segi lahiriah terlihat hidup penuh kekurangan, namun setiap dia pulang dia selalu berkata, “Bayyiti Jannati”. Kini Kita hidup tidak sejalan dengan Rasulullah SAW, karena yang dilihat Rasullullah SAW adalah amal-amal agamanya dan sedangkan kita adalah dunianya. Sehingga kita tidak merasakan hawa surga seperti yang dirasakan Rasullullah SAW. Kini apa yang ditolak Rasullullah SAW, malah kita kejar-kejar.
Nabi Daud AS  ketika Allah berikan kerajaan untuknya, ia pun menambah amalnya dengan sehari puasa, sehari tidak. Ketika nikmat bertambah, amalpun meningkat, inilah amalan para anbiya AS. Yang dilihat adalah amal-amal agama oleh mereka bukan kebendaan yang mereka miliki. Dibalik amal-amal agama ini ada kejayaan, inilah kefahaman mereka.

Hati ini harus disibukan dalam amal-amal agama jika tidak hati ini akan keracunan dunia. Sibuk di toko, maka hati ini akan keracunan toko. Seseorang yang di toko jika diam saja dan tidak berdakwah dan buat amalan maka suatu saat ia akan berbohong atau berbuat dosa. Penting kita tinggalkan toko hanya untuk sementara waktu di jalan Allah agar hati ini tidak keracunan toko.

Zuhud itu artinya tidak ada selera terhadap dunia ini, karena seleranya sudah sampai pada surganya Allah SWT. Seleranya meningkat dari dunia kepada kenikmatan-kenikmatan di surganya Allah SWT. Manusia suka merendahkan seleranya dengan yang lebih rendah dan kampungan yaitu dengan memilih kenikmatan dunia. Gara-gara kita tidak kenal Allah akhirnya yang jelek kita tampung juga. Bahkan dunia kita jadikan tujuan. Penting kita kembalikan selera kita kepada selera awal yaitu surganya Allah SWT. Sahabat tidak pernah hafal jalan-jalan di Mekkah tetapi para sahabat hafal jalan-jalan di surga. Ketika sahabat dijamu raja Persia, mereka mengira roti Persia yang dijamu itu serbet, karena terlalu halus dan lembut. Sahabat tidak tahu makanan-makanan dunia tetapi sahabat sudah tahu hidangan-hidangan di surga. Inilah sahabat.

Kini kita menilai seorang yang telah berhasil dari gelar sarjananya atau keahliannya seperti ahli komputer, ahli hukum, ahli pertanian, dll. Padahal itu semua tidak ada jaminan mendatangkan kebahagiaan ataupun kesusksesan seseorang. Sesuatu yang dimuliakan di dunia bisa Allah nampakkan sebagai suatu yang hina di akherat. Nanti di akherat akan Allah nampakkan manusia yang telah Allah rubah wujudnya menjadi babi, keledai, dan berbagai macam kehinaan lainnya, yang dulunya ketika di dunia orang tersebut adalah ahli politik seperti Hamman, ahli bisnis seperti Qorun, dan ahli kekuasaan seperti Firaun. Namun jika kita jadi hamba yang baik di dunia walaupun dia bukan  seorang ahli komputer atau ahli hukum nanti di akherat ia akan di bangkitkan dengan berbagai macam kemuliaan seperti raja dan bangsawan. Kini Kemuliaan seorang Hafidz tidak terlihat oleh manusia namun nanti di akherat orang tuanya saja akan Allah bangkitkan dengan memakai Mahkota seperti Raja yang terbuat dari Nur melebihi terangnya Nur matahari. Ini baru orang tuanya bagaimana dengan anaknya yang hafidz, kemuliaan seperti apa yang akan Allah berikan.

Hidup ini hanya sandiwara dan sutradaranya adalah Allah. Tapi ketika  sandiwaranya selesai baru kita tahu keadaan sebenarnya. Nanti ada raja yang dalam sandiwara dunia ternyata di akherat seorang yang hina, seorang yang hina didunia ternyata di akherat adalah seorang raja.  Jangan sampai tertipu dan jangan sampai salah bergantung, semuanya adalah Allah yang buat.

Seperti wayang ada gatot kaca, bima, arjuna, siapa yang membuat mereka jadi kelihatan hebat dan sakti. Namun setelah selesai adegannya tidak mungkin kita bilang wayangnya yang hebat, tetapi yang hebat adalah dalangnya. Kalau wayangnya yang kita bilang hebat kita bodoh, karena wayang tidak bisa berbuat apa-apa tanpa dalang, dan dalangnya akan marah. Gatot kaca bisa kelihatan hebat ini karena dalangnya, cepot bisa kelihatan lucu inipun karena dalangnya. Hidup ini begitu juga, terlihat matahari, bulan, bintang, langit yang luas, gempa, banjir, listrik, api, mobil, roket, para ilmuwan, dokter, presiden, ini hanya wayangnya, tetapi dalangnya adalah Allah. Seperti orang yang menciptakan mobil Mercedes Benz buatan jerman, bukan orang Jermannya yang hebat, tetapi allah yang hebat. Siapa yang beri otak pada orang jerman itu. Begitu juga yang menemukan gravitasi, listrik, dan lain-lain. Semuanya kelihatan mereka yang hebat, padahal yang hebat itu sebenarnya Allah. Jadi hanya Allah yang hebat, selain Allah tidak ada yang hebat, hanya wayang saja.

Kini siapa yang bisa ngira nyamuk bisa menang lawan Raja atau burung bisa menang lawan gajah. Itu bisa aja terjadi kalau semua itu dalangnya Allah. Segala sesuatu yang di dalangi oleh Allah SWT walaupun itu kecil akan menjadi besar, seperti nyamuknya Namrud. Nyamuk sekali tepuk hancur, tetapi jika nyamuk ini dalangnya Allah, maka Namrud yang besar bisa hancur oleh seekor nyamuk. Seperti Ibrahim AS hendak dilempar ke api , ini masalah besar buat Ibrahim AS, tetapi karena dibelakang Ibrahim AS ini dalangnya adalah Allah, maka masalah besar jadi kecil, api yang panas menjadi sejuk buat Ibrahim AS. Begitu juga otak yang di dalam kepala ini kecil, tetapi dibelakang otak ini dalangnya adalah Allah, maka otak yang kecil ini bisa menghasilkan sesuatu yang besar. Seperti membuat mobil, pesawat, kapal, dan lain-lain.

Karena hidup ini sandiwara, maka nanti akan datang masa dimana semuanya Allah periksa peranannya, benar atau tidak mereka memainkan peranannya. Sebagaimana seorang Ahli Jihad datang menghadap Allah dan berkata kalau ia perang karena Allah. Lalu Allah jawab bohong kamu perang agar dipanggil pahlawan. Lalu dipanggil seorang ulama, ia berkata kalo ia mengajar karena Allah, tetapi Allah bilang bohong kamu mengajar agar dipanggil ulama. Begitu juga dengan orang ahli derma yang Allah panggil, dia ditanya oleh Allah tentang peranannya sebagai dermawan. Dia menjawab saya berderma karena Engkau, ya Allah. Lalu Allah bilang bohong, kamu berderma karena ingin dipanggil sebagai dermawan. Semua pemeran yang tidak memainkan peranannya sesuai dengan kehendak Allah maka akan Allah lemparkan ke Neraka.

Kita menang atau kalah baru ketahuan nanti dalam kubur. Dunia ini bukan tempat untuk melihat hasil karena dunia ini tidak bernilai disisi Allah walaupun hanya dengan sebelah sayap nyamuk. Dunia ini tidak akan sanggup menampung apa yang telah Allah janjikan. Sedebu iman saja Allah berikan ganjaran 10 kali lipat lebih luas dari langit dan bumi. Dunia ini tidak akan sanggup menampung amal-amal agama jika dibalas di dunia. Debu yang tidak berharga di mata mausia bisa menjadi bernilai di sisi Allah hanya dengan keluar di jalan Allah. Hari ini kalo kita jual debu di toko mana laku tetapi debu yang menempel di badan orang yang keluar dari jalan Allah bagi Allah lebih baik dari dunia dan seluruh isinya.

Kini kita hanya bisa beramal saja nanti Allah akan buat keputusan yang baik untuk kita. Sebagimana iklan pepsodent walaupun iklannya canggih-canggih tetapi kita tidak mau mencobanya maka sia-sia  saja, kita tidak akan tahu kegunaannya. Ini perlu keputusan, walaupun iklan tentang Iman dan Amal ini bagus-bagus tetapi kita tidak mau terjun dan keluar di jalan Allah, maka percuma saja. Umar menangis karena sahabatnya Abu Bakar RA dan Rasulullah SAW telah sampai pada tujuan yang sama, jika ia tidak mengikuti jejak mereka , maka Umar  takut ia tidak akan sampai pada tujuan yang sama.

Kita Tawajjuhkan diri kita kepada Allah jangan terkesan pada keadaan yang ada. Yang penting dalam masalah ini adalah kepada siapa kita Tawajjuhnya pertama kali, jika benar tawajjuh kita maka tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan. Sebagaimana Yusuf AS ketika di buang oleh saudara-saudaranya ke sumur yang menyelamatkannya dari sumur. Tetapi ketika Yusuf AS berada di penjara tawajjuhnya salah, dia bergantung kepada teman sepenjara Yusuf AS berkata “Tolong sampaikan kepada raja aku tidak bersalah.” Karena ini Allah tidak selesaikan masalah Yusuf AS bahkan diperlama dengan 8 tahun penjara. Ini disebabkan karena Yusuf AS salah bergantung ia mencari pertolongan kepada selain Allah. Jadi jangan sampai kita salah bergantung kalau mau masalah kita selesai. Untuk itu kita perlu berkorban keluar di jalan Allah, kita tinggalkan anak, istri, toko, untuk memperbaiki hubungan kita dengan Allah.