Allah SWT sudah membuat ketetapan dengan
kekuasaannya bahwa kebahagiaan dan kesuksesan akan datang hanya dengan ketaatan
kepadaNya mengikuti apa yang telah dicontohkan Rasullullah SAW. Siapa saja yang
bisa melakukan ketaatan ini seperti yang sudah di sunnahkan oleh Rasullullah SAW
maka kesuksesan pasti akan datang kepadanya dan Allah pasti akan bahagiakan dia
dunia dan akherat. Lalu siapa saja yang tidak mau taat kepada Allah maka Allah
akan gagalkan kehidupannya dan sengsarakan hidupnya di dunia ini dan di akherat
yang selama-lamanya. Jadi yang namanya kebahagiaan dan kesuksesan ini bukan
terletak pada keduniaan atau pada kekayaan atau pada kebendaan tapi terletak
pada ketaatan kepada Allah. Siapa saja yang taat pada Allah pasti dia akan
bahagia. Apakah dia orang kaya ataupun orang miskin, apakah dia tinggal di kota
ataupun di desa, apakah dia pejabat tinggi atau rakyat biasa, apakah dia orang
yang sehat fisiknya ataupun orang cacat fisiknya, apakah dia seorang Raja
penguasa ataupun seorang hamba sahaya, kalau dia bisa taat kepada Allah, maka
Allah akan jamin hidupnya dunia dan akherat. Atas perkara ini Allah telah utus
para Nabi dan para Rasul mengajak manusia agar bisa mendapatkan kebahagiaan
dunia dan akherat dengan jalan ketaatan kepada Allah. Apa itu ketaatan kepada
Allah yaitu dengan menjalankan perintahNya dan menjauhi larangannya mengikuti
daripada yang telah di contohkan dan si sunnahkan oleh Nabi-nabi
mereka.
Dari zaman ke zaman yang lainnya sampai hari
ini kebanyakan manusia telah salah paham, mereka kira kebahagiaan itu terletak
pada kekayaan, pada harta, pada keduniaan, pada kekuasaan. Ini sama sekali tidak
benar. Walaupun dia seorang yang kaya raya, walaupun dia mempunyai kekuasaan,
walaupun dia memiliki segalanya dari dunia ini tetapi dia tidak taat kepada
Allah, maka tidak akan ada kejayaan, kebahagiaan, dan kesuksesan dalam
kehidupannya. Di dunia ini dia akan sengsara walaupun dia memiliki segalanya
dari keduniaan, dan akherat dia akan celaka selama-lamanya. Adapun harta dan
kekuasaan bukanlah suatu tanda-tanda bahwa kita sudah berjaya, sudah sukses, dan
pasti bahagia. Ini yang namanya kekeliruan karena harta, kekuasaan, kekayaan ini
hanyalah ujian daripada Allah SWT. Harta adalah ujian dari Allah sebagaimana
datangnya kemiskinan pada seseorang yang juga datangnya dari Allah. Jadi
kekayaan itu adalah ujian dari Allah bagi kita dan kemiskinan itupun juga ujian
dari Allah bagi kita. Jadi penguasa yang mempunyai kekuasaan merupakan ujian
bagi kita, dan menjadi rakyat yang tidak mempunyai kekuasaanpun juga merupakan
ujian bagi kita. Jadi yang dinilai oleh Allah bukanlah harta yang kita miliki,
pangkat yang kita punyai, ataupun kekuasaan yang kita dapatkan. Juga bukan
karena kemiskinannya, ataupun karena status sosialnya, ataupun ketidak
berdayaanya karena tidak ada kekuasaan. Ini semua bukan tolak ukur atau nilai
yang Allah cari, tetapi yang dinilai dan yang dijadikan tolak ukur oleh Allah
adalah ketaatannya. Siapa saja yang taat kepada Allah maka Allah akan berikan
kepadanya kebahagiaan dan kesuksesan. Siapa saja yang tidak taat kepada Allah,
maka Allah akan berikan kepadanya kesengsaraan dan kegagalan dalam
hidupnya.
Apabila kita ingin bahagia dan jaya dunia dan
akherat, ini bukan harus ditempuh dengan cara berusaha untuk menjadi kaya dan
berkuasa. Untuk bisa bahagia ini bisa didapatkan oleh orang kaya dan bisa
didapatkan oleh orang miskin, bisa oleh penguasa dan bisa oleh rakyat jelata,
bisa oleh seorang raja dan bisa oleh hamba sahaya, tetapi syaratnya harus dengan
ketaatan kepada Allah. Yang membedakan seseorang ini bahagia dan sukses ini
bukan dari kebendaan, kekayaan, jabatan, ataupun kekuasaan dan keadaan-keadaan
yang dia miliki tetapi dari ketaatannya. Dan ketaatan ini bisa dilakukan oleh
orang kaya dan bisa dilakukan oleh orang miskin. Bukan orang kaya saja yang bisa
taat kepada Allah, bahkan orang miskinpun bisa taat kepada Allah. Bahkan orang
miskin dipermudah untuk mentaati Allah SWT, sebab pada umumnya ujian kekayaan
lebih berat daripada ujian kemiskinan. Sebagaimana Abu Bakar Shiddiq RA telah
mengatakan bahwa :
“Kami diuji dengan kemiskinan dan kami bisa
bertahan, tetapi ketika kami di uji dengan kekayaan hampir-hampir kami tidak
bisa bertahan.”
Di jaman Nabi SAW, Sya’labah seorang miskin ketika itu sebelum
dia menjadi orang kaya, ketika itu mudah bagi dia untuk dapat taat kepada Allah.
Masa itu dia bisa datang ke mesjid, walaupun harus dengan bergantian memakai
kain dengan istrinya untuk bisa sholat kepada Allah sangking miskinnya keadaan
dia waktu itu. Dalam keadaan kemiskinan yang amat sangat Syalabah bisa mudah
menjalankan ketaatan kepada Allah. Tetapi apa yang terjadi setelah dia, menjadi
kaya, justru ketika keduniaan dan kekayaan datang kepadanya, sya’alabah tidak bisa mempertahankan
ketaatannya kepada Allah Ta’ala. Jadi sungguh keliru kalau ada orang yang mengatakan agama ini
mudah di amalkan kalau kita ada kekayaan. Buktinya pada hari ini mesjid yang
berada di lingkungan yang orang-orangnya berada dalam kemiskinan dengan mesjid
yang berada di lingkungan orang-orang kaya, maka mesjid yang di lingkungan
orang-orang miskin lebih makmur daripada mesjid yang ada di lingkungan orang
kaya.
Note penulis :
Hari ini banyak orang yang berlomba-lomba
membangun mesjid yang bagus-bagus, besar-besar, dan indah indah. Dengan harapan
kata mereka bahwa kalau semakin bagus mesjidnya, semakin nyaman, semakin bersih,
maka orang-orang akan mudah datang ke mesjid. Buktinya hari ini berapa banyak
mesjid megah yang nyaman dan bagus-bagus tapi sepi dari jemaah. Ini membuktikan
tidak ada jaminan mesjid nyaman bisa mendatangkan jemaah karena itu semua
tergantung pada keimanan seseorang. Mesjid Nabi SAW dahulu di madinah awal
mulanya hanya mesjid yang terbuat dari pohon-pohon kurma pembatasnya dan tidak
ada karpet, hanya tanah saja. Namun mesjid Nabi SAW makmur dengan amalan mesjid
dan jemaahnya. Ini karena ketika Nabi SAW membangun mesjid, Nabi SAW juga sudah
siap meluangkan waktu untuk memakmurkan mesjid dan menghidupkan amalan-amalan
mesjid.
Ini musti kita tanamkan dalam hati kita bahwa
kekayaan dan kekuasaan bukanlah datang daripada suatu tujuan, dan bukan juga
tanda daripada kejayaan dan kesuksesan. Melainkan semua itu, harta, kekuasaan,
jabatan, kemiskinan, kesehatan, dan keadaan-keadaan lainnya merupakan ujian bagi
kita daripada Allah Ta’ala.
Tetapi yang menjadi tujuan daripada hidup kita seharusnya adalah menyempurnakan
ketaatan kepada Allah. Taat kepada Allah inilah yang menjadi tujuan kita.
Kebahagiaan itu akan datang daripada ketaatan kepada Allah, di dalam agama yang
sempurna. Apabila agama sempurna kita amalkan dalam kehidupan kita maka kejayaan
dan kesuksesan akan Allah datangkan kepada kita. Jadi bukanlah mengenai perkara
kaya atau miskinnya seseorang, tetapi mengenai ketaatannya kepada Allah,
mengenai kesempurnaan agama dalam dirinya. Hanya dengan agama saja maka
kemuliaan itu akan datang kepada seseorang.
Allah sudah ceritakan pada kita dalam Al
Qur’an tentang
manusia-manusia yang terdahulu agar kita bisa mengambil pelajaran daripadanya
:
- Bagaimana Namrud dan Firaun mempunyai kekuasaan dan kekayaan, tetapi karena tidak ada ketaatan kepada Allah maka Allah binasakan kehidupannya. Mereka Allah cap sebagai orang-orang yang gagal dalam kehidupannya dunia dan akherat. Berbeda dengan Nabi Sulaiman AS, Allah berikan kepadanya kekayaan dan kekuasaan melebihi manusia-manusia pada umumnya sampai akhir jaman, tetapi semua itu dia gunakan untuk mentaati perintah-perintah Allah. Maka apa yang didapatkan oleh Nabi Sulaiman AS, Allah beri Nabi Sulaiman AS kejayaan dan kesuksesan dunia dan akherat. Jadi kejayaan dan kesuksesan bagi orang kaya, pejabat atau seorang penguasa ini adalah jika dia bisa menggunakan keadaan yang dia miliki untuk taat kepada Allah. Sedangkan orang kaya atau pejabat bisa gagal dan binasa dalam kehidupannya walaupun dia memiliki segalanya, bila dia tidak taat kepada Allah Ta’ala.
- Allah berikan jabatan pada Hamman sebagai Perdana Mentri tetapi dia tidak taat kepada Allah, maka Allah gagalkan kehidupannya dunia dan akherat. Berbeda dengan Nabi Yusuf AS yang juga mempunyai jabatan Perdana Mentri seperti Hamman. Allah berikan jabatan kepada Nabi Yusuf AS sebagai perdana mentri, tetapi dia gunakan jabatannya itu untuk taat kepada Allah, maka Nabi Yusuf AS telah sukses dan berjaya pada masanya.
Jadi yang harus kita perjuangkan ini bukanlah
bagaimana kita harus jadi kaya melainkan bagaimana supaya kita dapat taat kepada
Allah Ta'ala. Seluruh Nabi-nabi SAW mengajak manusia untuk taat kepada Allah,
agar ummat manusia ketika itu bisa jaya dan sukses di dunia dan akherat. Semua
Nabi mengajak kaumnya untuk berjuang agar bisa taat kepada Allah. Tidak ada
seorang Nabipun yang mengajak kaumnya untuk berjuang mencari kekayaan dan
kekuasaan agar bisa taat kepada Allah ataupun agar bisa jaya dan sukses. Tetapi
mereka para Nabi AS menyeru langsung kepada yang kaya dan yang miskin untuk taat
kepada Allah bila ingin kejayaan dan kebahagiaan datang kepada mereka. Hari ini
kita keliru, tiap hari kesibukannya kita berjuang untuk menjadi kaya bukannya
berjuang untuk menjadi orang yang taat kepada Allah Ta’ala. Makanya hari ini senantiasa kita
lihat daripada kehidupan ummat yang datang hanyalah kegagalan demi kegagalan
dalam kehidupan mereka. Hari ini yang kita dengar dari ummat adalah
pengaduan-pengaduan, keluhan-keluhan, dan masalah-masalah yang datang silih
berganti. Ini semua dikarenakan apa yang mereka usahakan dan mereka perjuangkan
bukanlah yang semestinya. Mereka berpendirian untuk bisa taat harus jadi kaya
dulu, masalah datang karena kita tidak kaya, masalah itu datang daripada
kemiskinan. Inilah kesalah fahaman ummat pada hari ini. Masalah itu datang
bertubi-tubi bukanlah disebabkan daripada kemiskinan, tetapi masalah datang
bertubi-tubi dikarenakan kita sudah meninggalkan daripada ketaatan kepada Allah.
Orang yang tidak taat kepada Allah pasti Allah datangkan masalah-masalah.
Masalah-masalah yang datang di dunia ini hanya bersifat sementara saja, tetapi
masalah yang sebenarnya, masalah yang paling besar, akan datang di akherat
nanti. Masalah ini tidak akan bisa diselesaikan dengan kekayaan ataupun
kekuasaan, masalah akan hilang dari kita hanya dengan ketaatan kepada Allah
Ta’ala. Hari ini kita
menyangka menyelesaikan masalah itu dapat melalui pinjaman-pinjaman uang. Bukan
itu yang menyebabkan masalah terselesaikan. Jadi menghapus masalah itu bukanlah
dengan pinjaman-pinjaman uang agar masalah-masalah dapat berhenti dan
terselesaikan. Walaupun kita dihujani dengan pinjaman-pinjaman tetapi kalau kita
tidak taat kepada Allah pasti kegagalan demi kegagalan akan datang kepada
kita.
note penulis :
Seperti IMF atau Bank Dunia yang meminjamkan
uang kepada Indonesia untuk mengatasi Krisis Ekonomi 1997 – 2001. Kita berusaha menyelesaikan
masalah ekonomi yang menyebabkan moral manusia jadi rusak, kejahatan meningkat,
maksiat dimana-mana. Tetapi apa yang terjadi ternyata bantuan-bantuan keuangan
tidak bisa menyelesaikan masalah yang ada. Ummat tetap kedatangan mesalah silih
berganti. Dari krisis ekonomi, krisis moral, krisis kepemimpinan, sampai krisis
multi dimensional. Masalah terus berkepanjangan dan datang bertubi-tubi silih
berganti.
Usaha yang benar untuk menghilangkan segala
masalah-masalah yang menimpa kita hanya ada satu yaitu taatkan diri kita kepada
Allah. Ajak ummat ini untuk taat kepada Allah baru Allah akan selesaikan
masalah-masalah yang menimpa ummat itu tadi. Pertolongan Allah akan datang dalam
kehidupan kita hanya dengan jalan taat kepada Allah. Allah tidak pernah
menjanjikan pertolonganNya dengan jalan meningkatkan dan mencari kekayaan atau
kekuasaan. Allah akan bersama dengan kita, dan pertolongannya akan datang kepada
kita, apabila kita taat kepada Allah. Allah akan bersama kita apabila kita
memiliki sifat-sifat yang dicintai Allah Ta’ala.
Tanamkan dalam diri kita bahwa perjuangan yang
benar, perjuangan yang bisa membawa kesalamatan pada diri kita dunia dan
akherat, hanya perjuangan untuk menjadi taat kepada Allah Ta’ala. Berjuang bagaimana supaya agama
dapat wujud dalam kehidupan kita. Agama bukan hidup dari mewujudkan
kebendaan-kebendaan. Allah berikan contoh-contoh dalam Al Qur’an :
- Kaum Saba berjuang dan berhasil mewujudkan dalam kehidupan mereka pertanian yang makmur dan maju. Tetapi karena tidak ada ketaatan kepada Allah maka Allah datangkan adzab kepada mereka berupa banjir besar.
- Kaum Madyan telah datang kepada mereka kemajuan dalam bidang perdagangan. Mereka mampu membuat sistem perdagangan yang maju. Mereka adalah orang-orang yang sukses dalam perdagangan dan dalam usahanya. Tetapi karena mereka tidak taat kepada Allah, maka Allah datangkan adzab berupa hujan api kepada mereka.
- Kaum Tsamud yang kehidupan mereka ini merupakan para ahli arsitektur dan pembangunan tata kota yang maju. Mereka memiliki rumah-rumah dan gedung-gedung yang indah-indah diambil daripada gunung-gunung yang ada. Namun asbab tidak ada ketaatan dalam kehidupan mereka, maka Allah datangkan adzab berupa teriakan malaikat yang menyebabkan kematian bagi seluruh kaum Tsamud.
- Kaum Ad yang dalam kehidupan mereka telah menjadi ahli dalam bidang kekuatan badan dan stamina yang prima sehingga membuat diri mereka sombong dan berkata, “Siapa bangsa yang lebih kuat dari kami.” Asbab tidak ada ketaatan dalam kehidupan mereka, maka Allah datangkan adzab berupa angin sorsor yang dahsyat yang membinasakan mereka.
Semua ini Allah ceritakan dalam Al Quran
sebagai pedoman bagi kita, agar kita bisa belajar daripada kesalahan umat-umat
terdahulu. Bahwa kejayaan dan kebahagiaan bukanlah datang daripada kemajuaan
kebendaan, perdagangan, keduniaan, atau kemajuan ekonomi dan pembangunan.
Walaupun semua keduniaan yang kita miliki maju, kebendaan meningkat, ekonomi
baik, perdagangan lancar, kesehatannya baik, pertaniannya makmur, tetapi kalau
tidak taat kepada Allah maka kehancuran dan kebinasaan akan mendatangi kita.
Kita digalakkan untuk mengajak orang-orang memberantas kemiskinan. Ini tidak
akan merubah keadaan, masalah tetap akan berdatangan walaupun kemiskinan telah
teratasi. Tetapi ajak orang untuk memberantas ketidak taatan kepada Allah. Jika
kita mengajak orang untuk taat kepada Allah dan memberantas segala bentuk
ketidak taatan kepada Allah baru kebahagiaan akan datang dalam kehidupan ummat.
Walaupun kemiskinan telah diberantas, tetapi kalau ketidak taatan tidak
diberantas maka tetap kegagalan akan datang dalam kehidupan kita. Jadi yang
harus diberantas dari permukaan bumi ini adalah ketidak taatan kepada Allah.
Kemaksiatan, kemungkaran, dan kedzaliman inilah yang harus diberantas dengan
menegakkan agama Allah. Jika agama ditegakkan baru dunia ini akan aman dan
tentram. Inilah yang di usahakan para Nabi AS.
Kaya atau Miskin adalah sudah ketetapan
daripada Allah Ta’ala.
Banyak hubungannya dengan Qudrattullah, dengan takdir. Jadi kaya atau miskin ini
ditentukan dengan takdir bukan dengan usaha. Kaya atau miskinnya seseorang bukan
ditentukan oleh usaha dia, tetapi lebih ditentukan oleh takdir Allah, ketentuan
Allah Ta’ala. Ada sebagian
manusia yang Allah telah tentukan untuk menjadi kaya, dan ada juga sebagian
manusia yang Allah tentukan menjadi miskin. Tetapi ini bukan berarti Allah tidak
adil. Orang kaya bisa bahagia dengan taat kepada Allah. Orang miskinpun bisa
bahagia dengan taat kepada Allah. Bukan orang kaya saja yang bisa taat kepada
Allah, orang miskinpun juga bisa asal dia mau.
Jika hari ini kita menyangka jika masalah
timbul karena kemiskinan ini adalah bisikan setan. Padahal Allah firmankan
alamAl Qur’an bahwa syetan
itu suka menakut nakuti kita dengan kemiskinan dan kefakiran. Sehingga hari ini
banyak orang tertipu oleh syetan, mereka berjuang meninggalkan kemiskinan,
tetapi agama ditinggalkan. Inilah tabiat manusia pada hari ini, mereka berjuang
memperkaya diri, agama ditinggalkan. Orang semacam ini maka hatinya akan
senantiasa miskin. Selalu dalam keadaan khawatir dan ketakutan.
Allah berfirman dalam Hadits Qudsi mahfum
:
“wahai hambaku luangkanlah waktumu untuk
beribadah kepadaku maka niscaya aku akan cukupkan kehidupanmu, aku akan hapuskan
kemiskinan dan kefakiran hatimu. Tetapi kalau kamu tidak mau meluangkan waktumu
untuk beribadah kepadaKu maka aku tidak akan hapuskan kafakiran dan kemiskinan
daripada hatimu.”
Note :
Hari ini orang menyangka agama ini adalah
penghalang seseorang untuk bisa jadi kaya, dan bisa menyebabkan orang menjadi
miskin. Padahal kaya miskin seseorang bukanlah dilihat dari kebendaannya tetapi
dari hatinya. Orang miskin jika di hatinya ada sifat Qona’ah, maka Allah akan masukkan rasa kaya
di hatinya. Tetapi orang kaya tidak punya Sifat Qona’ah maka Allah akan masukkan kedalam
hatinya rasa ketakutan terutama pada kemiskinan. Dia akan selalu merasa kurang,
selalu merasa tidak cukup, selalu ketakutan jatuh miskin, akhirnya dia tetap
jadi peminta-minta juga seperti pengemis saja. Minta proyek lah, minta jatah
lah, minta ditambah gajinya, dan lain-lain, selalu dalam keadaan minta-minta
seperti pengemis.
Kisah :
Ada seorang sholeh yang kaya raya mengatakan,
“Saya sebenarnya tidak mau menjadi kaya. Setiap datang harta dan kekayaan selalu
saya sedekahkan, terus menerus saya selalu sedekahkan harta yang datang.” Tetapi
senantiasa dia sedekahkan hartanya, senantiasa pula harta kekayaan berdatangan.
Sehingga dia bertanya pada ulama solusinya dan jalan keluarnya agar bisa jadi
miskin. Lalu ulama katakan walaupun kamu berusaha untuk jadi miskin, tetapi jika
Allah sudah putuskan kamu untuk jadi kaya niscaya kamu tidak akan pernah bisa
jadi miskin.
Jadi itulah ketentuan Allah, walaupun kita
tidak mau menjadi miskin tetapi Allah tidak tentukan kita menjadi orang kaya,
maka tidak pernah kaya kita jadinya. Kenapa kemiskinan harus kita takuti ?
padahal yang harus kita takuti adalah tidak taat kepada Allah, ini yang harus
kita takuti, bukannya kemiskinan. Hari ini kita telah salah faham mau
memberantas kemiskinan tetapi ketidak taatan kepada Allah tidak diberantas.
Tidak mungkin masalah akan selesai jika ketidak taatan kepada Allah kita
biarkan. Seharusnya yang diperjuangkan adalah usaha untuk memberantas ketidak
taatan kepada Allah. Jadi memberantas kemungkaran dan kemaksiatan kepada Allah,
inilah usaha yang seharusnya diperjuangkan. Caranya bagaimana ? yaitu dengan
menghadirkan agama Allah SWT. Inilah yang diusahakan para Nabi dan ini lah yang
yang diusahakan Rasullullah SAW. Jika kita mempercayai Nabi SAW, maka ikutilah,
perjuangkan daripada usaha Rasullullah SAW. Bahkan kalau kita lihat Rasullullah
SAW minta kemiskinan kepada Allah untuk bisa hidup di kalangan orang-orang
miskin, dan mati dalam kemiskinan. Ini karena Nabi SAW melihat dan mengetahui
bahwa kemiskinan itu bukan bahaya atau ancaman. Tetapi yang bahaya ini adalah
ketidak taatan kepada Allah.
Note dari Penulis :
Seperti kita ketahui bahwa Nabi SAW sudah
pernah melihat isi daripada Surga yang Allah telah janjikan. Diriwayatkan mahfum
bahwa penghuni surga itu adalah sebagian besar dari pada golongan orang-orang
miskin. Nabi SAW mengtahui bagaimana cintaNya Allah terhadap orang-orang miskin
yang bersabar. Inilah sebabnya ketika Nabi SAW ditawarkan harta oleh Allah
ta’ala, ditolak oleh Nabi
SAW. Nabi SAW mengetahui bahwa kecenderungan umat ini lalai jika diberi harta.
Inilah yang terjadi diantara sahabat seperti yang dikatakan oleh Abu Bakar RA
bahwa ketika mereka (sahabat) diuji dengan kemiskinan mereka bisa bertahan,
namun ketika di uji dengan harta hampir-hampir mereka tidak bisa bertahan.
Inilah sebabnya Nabi SAW berkata mahfum bahwa fitnah terbesar dari ummatku ini
adalah harta.
Fikir kita pada hari ini seharusnya bagaimana
agama dapat hadir dalam kehidupan kita. Sebaimana kekayaan itu datang dengan
perjuangan, begitu juga dengan agama, harus diperjuangkan untuk wujud dalam
kehidupan kita.Jika agama ini tidak diperjuangkan, tidak di usahakan, maka agama
ini sampai kapanpun tidak akan datang dalam kehidupan kita. Bahkan dikatakan
bahwa walaupun kekayaan itu tidak diperjuangkan atau diusahakan, kalau sudah
menjadi ketetapan dari Allah tetap akan datang juga. Beda dengan agama kalau
tidak diusahakan tidak akan datang. Sedangkan dalam pekerjaan, kalau seseorang
itu sakit dia akan tetap menerima gaji, keduniaan tetap datang kepadanya. Tetapi
bukan berarti kebahagiaan itu bisa datang. Banyak orang yang memiliki keduniaan
yang maju tetapi kehidupannya menjadi stress, banyak masalah, tidak bahagia,
bahkan banyak yang bunuh diri, dan sebagainya. Inilah bukti bahwa keduniaan yang
kita miliki bukanlah jaminan daripada kebahagiaan. Kebahagiaan dan ketenangan
hanya akan datang jika kita taat kepada Allah.