Wanita adalah merupakan bagian yang penting
dalam kehidupan manusia. Jumlah wanita saat ini lebih banyak dari jumlah
laki-laki, dan jumlah anak-anak lebih banyak daripada jumlah wanita saat ini.
Jika saat ini kita tidak buat usaha agama atas kaum wanita, maka kita akan
kehilangan sebagian besar dari umat ini. Suasana agama di rumah akan terbentuk
apabila fikir wanita sudah berubah menjadi fikir agama. Begitu juga anak-anak
kecil akan terdidik dengan agama asbab wanita di rumah yaitu ibunya. Madrasah
pertama bagi anak-anak ini ada di pangkuan ibunya. Jika wanita-wanita ini tidak
di didik agama, maka suasana agama tidak akan ada dalam rumah tersebut. Bahkan
anak-anak kecilpun nanti akan jauh dari kehidupan agama. Maka penting dari kaum
wanita harus mempunyai kesadaran akan tanggung jawab agama, dan usaha atas
agama. Karena itu para karkun lama hendaknya membentuk fikir istrinya untuk ikut
ambil bagian dalam kerja ini. Sampai terbentuk dalam diri mereka bahwa suami
saya ini adalah da’i Allah,
pekerja agama, maka saya harus membantu dia dalam kerja ini.
Karkun dapat bekerja dengan baik dalam amalan
ini apabila ditopang oleh istrinya. Oleh karena itu penting sekali membawa istri
kita kepada fikir ke arah tersebut. Apabila fikir dan jihin wanita sudah
terbentuk maka mereka akan mebuat pengorbanan yang besar dalam kerja dakwah.
Apabila fikir agama istri tidak terbentuk maka mereka bisa menjadi penghalang
terbesar suami dalam kerja dakwah. Sudah menjadi fakta dan kenyataan hari ini
banyak orang lama, orang kuat, yang terlempar dari usaha ini asbab dari fikir
istrinya yang belum terbentuk. Tetapi kalau fikir sudah terbentuk dalam diri
kaum wanita maka mereka akan memberikan pengorbanan yang besar dan ikut
mendorong suaminya dalam kerja dakwah. Oleh karena itulah dalam usaha dakwah ini
bagaimana para wanita dapat di ikut sertakan dan dilibatkan dalam kerja dakwah.
Baginda Rasullullah Saw telah membawa para kaum pria dan wanita untuk terlibat
dalam kerja dakwah. Keyakinan yang terbentuk dalam diri para sahabat RA, telah
tertanam pula sama dalam diri para Sahabiyah R.ha. Sahabat memberikan
pengorbanan begitu juga para sahabiyah, mereka memberikan pengorbanan yang sama
seperti para sahabat RA. Jazbah dan semangat yang ada dalam diri para sahabat RA
juga wujud dalam diri Sahabiyah R.ha.
Pada waktu itu terbentuk dalam fikir diri
wanita bahwa saya hidup dan dilahirkan oleh Allah Swt untuk ikut berjuang
bersama Rasullullah Saw. Bagaimana pengorbanan wanita di jaman dahulu ketika
suaminya bergerak dijalan Allah, para istri menyibukkan dengan amalan-amalan di
rumah. Kefakiran yang datang kedalam kehidupan para sahabiyah asbab suaminya
pergi berjuang di jalan Allah, namun mereka tidak menunjukkan kefakirannya
tersebut kepada orang-orang pada waktu itu, dan tidak membicarakannya kepada
orang lain. Para sahabat Nabi SAW memberikan pengorbanan dengan pergi ke
tempat-tempat jauh, para istrinya, sahabiyah R.ha, memilih sabar dan tegar,
inilah pengorbanan para wanita pada waktu itu. Tidak ada satupun sahabiyah yang
ditinggal suaminya fissabillillah, yang mengadukan keadaannya kepada Rasullullah
Saw. Mereka sadar bahwa salah satu wujud perjuangan agama ini adalah dengan
mendorong para suami untuk pergi berjuang di jalan Allah. Mereka mempunyai
keyakinan bahwa mereka dilahirkan untuk membantu kerja agama para suami,
sehingga dengan kesadaran mereka gunakan harta mereka untuk mempersiapkan
suaminya berjuang di jalan Allah.
Para sahabiyah R.ha, menyadari dengan
pengorbanan mereka untuk agama, maka Allah nanti akan memberikan balasan yang
baik kepada mereka. Inilah asbab fikir yang sudah terbentuk dalam diri sahabiyah
ketika itu, sehingga mereka bisa membuat pengorbanan yang seperti itu. Inilah
sebabnya kerja atas wanita itu sangat penting, namun harus dibawa dengan
hati-hati dalam pelaksanaannya. Hadratji Innamul Hasan Rah.A katakan
:
“Kerja atas wanita ini sangat penting, penting
untuk di ikutkan dalam kerja ini, namun harus dibawa dengan sangat hati-hati
dalam pelaksanaannya. Harus ada tertib-tertib khusus sebagai batasan dan ushul
dalam membuat kerja atas wanita sebagaimana kerja para rijal (laki-laki) untuk
menjaga daripada prinsip kehati-hatian tadi.”
Kita harus berjalan dalam kerja atas wanita
ini dengan tertib yang benar agar bisa mendatangkan manfaat. Maka untuk perkara
ini para karkun harus sering merujuk ke Nizamuddin, datang lagi bertemu dengan
para masyeikh, untuk mendapatkan arahan yang betul atas kerja masturoh ini.
Inlah nasehat masyeikh kita yang berkaitan dengan kerja masturoh.
Didalam perkembangan usaha dakwah ini saya
sering mendengarkan kargozari di awal kita baru keluar :
- Pertama keluar 3 hari à perubahan positif, istri masih suka
- Keluar 40 hari à Tambah baik perubahannya, istri makin suka
- Keluar 4 bulan à Tambah baik lagi masalahnya, istri lebih suka lagi
Namun permasalahan mulai muncul ketika suami
keluar tiap tahun 4 bulan lalu mengambil takaza diluar nishob, sehingga waktu di
rumah menjadi sangat sedikit sekali, disinilah awal masalah rumah tangga mulai
terjadi. Istri mulai keletihan dan merasa terlalu berat harus menghandle urusan
rumah sendiri dari menjaga anak, keperluan rumah, menanggung segala penderitaan
dan kesusahan ketika suami di jalan Allah. Inilah sebagian dari sebab-sebab
karkun-karkun tidak terus mengambil daripada takaza-takaza agama yang ada.
Bahkan sampai ada karkun yang menghadapi masalah rumah tangga yang begitu rupa
sehingga si karkun ini kelelahan menghadapinya dari masalah rumah tangga sampai
masalah kehidupan lainnya.
Makanya penting kita untuk terus bermudzakaroh agar
kita bisa membawa kerja ini dengan baik, dan bagaimana pertolongan Allah ada
bersama kita. Sehingga dapat membuka hati kita sendiri, hati istri kita, hati
anak-anak kita, dan hati orang-orang yang lain. Sebagaimana sering kita
dengarkan sahabat RA dan sahabiyah R.ha, juga menghadapi masalah sama dalam
perjuangan, dari masalah ekonomi, masalah keamanan, dan masalah anak, maupun
masalah-masalah lainnya. Mereka dihadapkan dengan tantangan yang sama berupa
kesusahan-kesusahan kehidupan ketika ditinggal suami-suami mereka dalam
perjuangan agama. Namun mereka begitu sabar dalam menghadapi penderitaan
tersebut, dan mereka sanggup menanggung segala penderitaan. Mereka tidak
mengeluh atas penderitaan mereka, dan mereka tidak mengadu kepada siapapun,
selain hanya kepada Allah Swt.
Maksud daripada mudzakaroh kita adalah
bagaimana kita membentuk fikir daripada istri kita. Ini karena sudah banyak
terjadi asbab tidak terbentuk fikir agama oleh istri kita sehingga kerja agama
suami-suami ini jadi terhambat dan terhalang. Jangankan kerja takaza yang
jauh-jauh, bahkan untuk kerja maqomi saja juga bisa timbul masalah. Contoh :
jika seseorang bekerja di siang hari sehingga waktu 2.5 jam hanya bisa dilakukan
malam hari, ataupun disiang hari tidak ada orang, yang ada malam hari. Tentu
agak malam kita bisa lakukan 2.5 jam ini. Maka kerja di malam hari 2.5 jam ini
mungkin bisa dengan mendatangi orang-orang yang di waktu malam tidak tidur
seperti yang suka nongkrong di pinggir-pinggir jalan di malam hari. Disitulah
kita kerja, kadang-kadang harus pulang larut malam. Inilah yang dimaksud dengan
kerja nabi siang dan malam. Nah kalau istri tidak terbentuk fikirnya maka kita
akan dianggap hanya mengurusi orang saja, tidak mau ngurusin anak dan istrinya,
jarang dirumah, dan lain-lain. Beda jika ketika istri sudah terbentuk fikirnya
maka tidak akan ada masalah :
“Abang silahkan keluar di jalan Allah, saya
akan di rumah menjaga rumah dan anak-anak. Tidak ada masalah. Saya bersama Allah
Swt”
Menghadapi kesusahan-kesusahan dalam hal
ekonomi dia, istri, akan sabar, karena ada ta’aluq, hubungan, dengan Allah
Swt.
Kisah Sebagaimana Hajar R.ha :
Ketika hajar R.ha bertanya kepada IbrahimAS,
“Wahai suamiku mau kemana kita ?” Nabi Ibrahim AS diam saja sampai tiga kali
lalu hajar R.ha bertanya, “Apakah ini perintah Allah Swt ?”. Ibrahim AS hanya
bisa mengangguk, maka hajar r.ha berkata, “Pasti Allah tidak akan menyia-nyiakan
saya.”
Inilah contoh-contoh istri yang sudah
terbentuk fikir agama. Sehingga bukan mengharapkan pertolongan suami, tetapi
berharap langsung kepada pertolongan Allah Swt, langsung cash kepada istri itu
sendiri. Seperti air zam-zam yang keluar langsung dari telapak kaki ismail AS.
Jika istri sudah merasakan pertolongan langsung seperti Hajar R.ha, maka mereka
akan mengijinkan keluar kita bukan saja 4 bulan, 1 tahunpun akan di relakan.
Inilah tantangannya bagaimana membentuk fikir yang seperti ini kepada istri
kita. Kita harus panda-pandai membawa istri kita ini di dalam usaha dakwah yang
bermacam-macam karakter tentunya. Apa ketentuan umumnya ?
1. Dimulai dari diri kita sendiri
yaitu dengan Amalan kita.
Dimulai dari amalan kita sendiri di rumah.
Kalau suami tidak yakin dan amalan tidak dijaga maka akan menyebabkan istri kita
terpengaruh juga. Kalau hati kita goncang, maka hati istri kita akan goncang
juga. Namun kalau hati kita mantap dengan keyakinan maka istri kitapun akan
begitu, mantap juga keyakinannya. Dalam hadits dikatakan :
“Almar ‘atu ala deeni zaujiha” artinya : “Perempuan itu tergantung daripada
agama suaminya”.
Jadi kalau ada perempuan itu yang menentang
atau tidak patuh, maka jangan langsung disalahkan, lihat dulu amalan kita,
suaminya, bagaimana ? Apakah kita punya Ta’aluq atau hubungan dengan Allah swt ?
caranya :
- Dengan Keyakinan
- Dengan Amalan
- Dengan Pengorbanan
Pengorbanan yang seperti apa ? yaitu yang ikut
tertib dan musyawarah. Jadi amalan apa yang harus kita jaga yaitu 5 amal maqomi
dan infirodhi kita. Jadi kalau ada masalah kita buat amalan, kita jaga amalan,
atau kita check amalan kita bagaimana ? apa saja amal kita :
Maqomi :
- Harian seperti musyawarah, 2.5 jam, dan taklim
- Mingguan jaulah kita 1 dan 2, musyawarah halaqoh, musyawarah markaz, dan malam markaz.
- Bulanan nisab 3 hari kita
- Nisab Tahunan kita dari 40 hari ataupun 4 bulan setiap tahun.
Infirodhi :
- Sholat berjamaah kita tepat waktu tidak tertinggal takbiratul ula
- Sholat-sholat sunnah kita dari dhuha, tasbih, tahajjud, awwabin, isrok, dan lain-lain
- Dzikir pagi petang : Tasbih, Tahmid, Takbir, istrighfar, sholawat, 100 kali
- Bacaan Quran : 2 Juz setiap harinya
- Adab-adab sunnah
Kalau kita menjaga Allah dalam amal kita, maka
Allah akan menjaga kita, inilah fikirnya. Jadi setiap kita ada masalah, baik
itu maqomi ataupun masalah kehidupan, maka kita check amalan kita terlebih
dahulu. Contoh : kalau dalam maqomi kita ada masalah, misalnya orang kampung
tidak suka pada kita, maka kita lihat dulu apakah tertib-tertib kita sudah
dijalankan dengan betul ? atau mungkin akhlaq kita belum baik ? atau mungkin
kita kurang Iqrom misalnya. Lihat dulu daripada amal-amal kita, ketika ada
masalah di maqomi kita. Kita tanya temen-temen maqomi kita apa kesalahan atau
kekurangan saya dalam maqomi ? mungkin ucapan saya yang salah, mungkin prilaku
saya yang salah, dan lain-lain. Mungkin kita tidak menyadari sehingga tidak
tahu, maka tanya sama orang lain apa kekurangan kita. Jangan tanya cuman hanya
dengan satu orang tanya dua atau tiga orang, mungkin kalau satu saja dia tidak
tahu. Begitulah Amirul Mukminin, Umar RA, ketika bertanya kepada para sahabat
:
“Apa kekurangan saya ?”
Tidak usah kita merasa malu ataupun
tersinggung ketika kita menanyakan kekurangan kita dan orang lain mengkritik
kita. Mungkin juga masalah yang ada asbab muamalah kita yang tidak bener atau
muasyaroh kita belum baik, maka kita perbaiki semuanya. Semua amalan kita check
:
- Iman atau Keyakinan kita melenceng tidak ?
- Ibadat kita sudah kita sempurnakan tertib, adab, dan rukunnya ?
- Muamalat kita apakah ada tersangkut sama riba atau perkara yang haram lainnya ?
- Muasyarot kita apakah hubungan kita tidak baik dengan tetangga, orang tua, dan lainnya ?
- Akhlaq kita kepada Allah dan mahluknya bagaimana ?
Ketika kita rasa bahwa tertib udah kita buat
dengan baik, amalan sudah kita jaga, maka berikutnya mungkin masalah-masalah
yang terjadi ini untuk menguji kita sebagai tantangan dalam dakwah. Jadi kalau
orang masih saja menentang ataupun mengganggu kerja kita, ada yang marah, maka
kita sabar saja kerja terus, jangan pindah mahalah. Inilah tantangan dalam
dakwah namanya seperti yang dialami nabi-nabi ketika berdakwah, banyak sekali
tantangannya. Jadi jangan kita pindah mahalah asbab masalah-masalah seperti ini,
nanti kalau pindah akan mendatangkan masalah baru dalam rumah tangga kita. Semua
masalah ini efeknya nanti akan kepada istri kita juga, gak kuat dan gak tahan
katanya. Maka jangan kita pindah mahalah hanya karena masalah ini, kita
bersabar. Jangan kita cari-cari mahalah yang ada suasana, yang enak, yang ramai
karkunnya, yang mendukung kerja dakwah, ramah-ramah orangnya, jangan ini bukan
sifat dai yang betul. Sifat yang dai yang betul itu bukan mencari suasana tapi
merubah suasana, kalau belum berubah suasana maka sabar terus sampai berubah
suasana. Sebagaimana Nabi Nuh AS selama 950 tahun siang malam tidak
pindah-pindah maqomi, disitu saja di buat kerja.
Kalau terjadi goncangan pada kita para suami,
maka efeknya pun akan menimpa istri kita. Kita menghadapi masyarakat begitu
berat, sampai rumah menghadapi masalah rumah dari istri dan anak-anak begitu
juga, akhirnya banyak yang mandeg, berhenti, mental karena letih dalam
menghadapi masalah. Jadi lari dari kerja agama ataupun maqomi ini bukannya
menyelesaikan masalah tapi malah menambah masalah. Perbaiki hubungan kita dengan
Allah, lalu perbaiki hubungan kita dengan manusia. Untuk perkara ini maka kita
harus sering muhasabbah dalam hal :
- Imaniat
- Ibadat / amalan
- Muamalat
- Muasyarot
- Akhlaq
Jika muamalah karkun ini tidak benar maka dia
akan dikucilkan di kampungnya. Jika suami sudah dikucilkan di kampungnya maka,
si istri akan juga dikucilkan dari lingkungannya, sehingga istri ini akan merasa
berat dan susah. Lama-kelamaan istripun akan ikut berontak karena tidak tahan.
Kalau misalnya kita tidak tahu dan tidak mampu menghadapi masyarakat, sehingga
efeknya juga kepada istri kita, maka janganlah main buat keputusan sendiri,
tetapi bermusyawarahlah dengan para orang tua di markaz untuk arahan dan
nasehat. Jangan tinggalkan mahalah atau maqomi kita, nanti nasibnya seperti Nabi
Yunus AS. Dalam kisah Nabi Yunus AS ini, beliau tidak tahan atas siksaan,
kekerasan, dan penantangan dari kaumnya, sehingga dia pergi dari mahalah untuk
cari maqomi baru. Bukan untuk berhenti dakwah, tapi untuk pindah maqomi saja.
Nabi Yunus AS lebih memilih dakwah di tempat lain yang lebih baik suasananya,
bukan untuk berhenti dakwah. Maka Allah Swt bikin kondisi ditelan ikan, kalau
karkun sekarang bukan ikan lagi modelnya, tapi ditelan dunia. Jadi sekarang
bagaimana solusinya ? solusinya kita ambil solusi Nabi Nuh AS yaitu kembali ke
maqomi awal, lalu banyak-banyak istighfar :
“La illaha illa Anta subhanaka inni Kuntum
Minadzolimin”
Jadi kalau kita banyak masalah maka lakukan
seperti yang dilakukan Nabi Yunus AS yaitu banyak istighfar. Syekh Abdul Wahab
di Bayan Ijtima Bangladesh berkata :
“Semua masalah yang terjadi ini akibat
daripada dosa-dosa kita. Solusinya adalah istighfar banyak-banyak.”
Karkun dalam masa awal lancar sekali dari
keluar 3 hari sampai 10 hari setiap bulan, dari 2.5 jam maqomi sampai 8 jam
setiap hari, dan 4 bulan setiap tahun. Baru dalam perjalanannya ujung-ujungnya
datanglah ujian dari Allah Swt, maka kita harus sabar. Mungkin ada
kekurangan-kekurangan kita, maka kita harus banyak istighfar.
2. Jaga hubungan dengan istri di
rumah
Muamalah, Muasyarot, dan Akhlaq kepada istri
ini harus dijaga. Banyak karkun-karkun ini ketika diluar dia lembut sama
masyarakat, banyak iqrom, akhlaq dijaga, namun sama istri tidak seperti itu,
pulang kerumah seperti macan. Kalau istri ini jiwanya lemah dia akan turut aja
kata suami, di marah-marahin suami diem aja, padahal hatinya berontak. Akhirnya
ketika suami pergi, alhamdulillah, merdeka katanya, bisa buat semau-maunya. Jadi
bukanlah suatu hal yang baik dirumah ini kita berlaku keras dan kasar kepada
istri dan anak-anak kita. Aneh kalau kita diluar muamalah, muasyaroh, akhlaq
bisa baik, tetapi dirumah malah sebaliknya. Seharusnya dirumah ini muamalah,
muasyaroh, akhlaq kita lebih baik lagi. Sampai Rasul SAW sendiri memberi contoh
: “wahai humairoh” artinya “wahai si pipi merah” ini panggilan pujian Nabi SAW
kepada aisyah R.ha, bukan hanya memanggil, “Heh Aisyah”, tidak seperti itu. Nabi
SAW memberikan contoh panggilan yang memuji istri bukannya sebaliknya. Nabi SAW
paham istri itu perlu dipuji dan disanjung, karena kalau bukan suami siapa lagi.
Sedangkan istri ini dirumah saja kerjanya, pakai hijab, tidak bergaul, siapa
yang nyanjung kalau bukan suaminya. Jadi sekali-sekali kita sanjung istri kita,
atas kelakuan baik dia atau khidmatnya, contoh : kita puji masakannya, walaupun
tidak enak. Jangan malah bilang “Apa ini makanan ini-ini aja” atau “apa ini
makanan tidak enak”. Jangan kita memperlakukan istri kita seperti itu. Nabi Saw
mencontohkan ketika balik kerumahnya :
Nabi SAW bertanya kepada Aisyah R.ha, “wahai
istriku ada makanan apa dirumah ?”, aisyah menjawab, “tidak banyak ya
rasullullah.” Maka Nabi Saw berkata, “Yang ada apa wahai aisyah ?” Aisyah R.ha
menjawab, “Hanya ada ini ya Rasullullah, roti dan cuka saja.” Inilah makanan
seorang yang dimuliakan oleh penduduk langit, mujahaddah dan sangat super
sederhana. Namun apa jawab Rasullullah SAW, “Seenak-enaknya makananan adalah
roti dengan cuka.”
Inilah contoh akhlaq Nabi SAW kepada istrinya,
walaupun hanya disajikan makanan yang super sangat sederhana, tetapi malah
dipuji Nabi makanannya. Bukannya malah marah-marah kepada istrinya bilang
makanannya gak enaklah, atau sedikit, atau itu-itu saja. Janganlah kita bikin
gaduh, ribut dengan istri di rumah hanya karena makanan. Kita mengalah kepada
istri ini lebih baik, untuk perkara yang demikian. Makanan kurang enak dibuatkan
istri kita ucapkan, “Alhamdullillah. Hari ini masih bisa makan.” Atau
“Alhamdullillah, ini makanan yang paling enak yang pernah saya makan.” Maka
dipuji demikian istri akan berbunga-bunga. Beginilah muasyaroh dan akhlaq kepada
keluarga kita. Kalau ada kekurangan dalam pelayanan kita sabar saja, jangan
terlalu banyak menuntut kepada istri. Kita harus banyak menghargai istri kita
karena kerja dia yang luar biasa banyaknya dari mengurus rumah, khidmat kepada
suami, menjaga anak, memasak, mencuci pakaian, sehingga menimbulkan kelelahan
yang luar biasa. Asbab ini kita hibur dia dengan pujian-pujian agar hatinya
senang, jangan malah sebaliknya. Sudah susah ngurus pekerjaan di rumah,
pulang-pulang suami marah-marah. Jangan begini, ini bukan yang dicontohkan Nabi
kita SAW.
Kita harus bersabar terhadap ucapan-ucapan
yang kurang menyenangkan dari istri kita. Kadang-kadang karena keletihan istri
kita jadi suka ngomel atau marah. Kita pulang malam, dia ngomel, kita kasih uang
belanja kurang dia ngomel. Bagaimana tindakan kita jika kita mendapatkan keadaan
seperti ini ? Apakah kita kita bales ngomel lagi ? tidak, yang paling baik kita
diam saja, bersabar, dan kunci mulut kita rapat-rapat, tidak usah dibalas,
dengerin aja. Anggap saja istri kita ini sedang mengomel sama setan, bukan
ngomelin kita. Walaupun kita pulang capek dalam keadaan letih pulang kerja atau
pulang jaulah, sampai rumah istri ngomel-ngomel, maka diam saja, sabar, jangan
mengucapkan satu katapun. Walaupun hati panas, kepala tetap harus dingin, diam
saja dan dengerin saja. Ini kuncinya, diam dan dengerin baik-baik. Jangan cuek
aja, tidak mendengarkan, istri marah, kita mondar mandir, acuh saja sama istri
kita ngomel, masuk kamar langsung dikunci, jangan begitu. Jadi kalau kita
diomelin diam saja, anggap saja sedang mendengarkan kuliah. Sampaikan saja, “Apa
yang kamu bilang it bener sekali.” Sehingga dia agak melunak. Dan jangan
segan-segan minta maaf kepada istri, “saya minta maaf, saya yang salah.” Jadi
jangan di jawab, dengerin aja, dibenarkan omongannya, kalau salah kita minta
maaf, begitu saja. Istri ini kalau kita jawab satu kata maka dia akan jawab
seratus kata, dia lebih galak lagi dari kita.
Istri : “Pokoknya kalau tidak begitu saya akan
datang ke markaz, saya akan acak-acak disana.”
Dibalas lagi sama Suami dengan nyaring :
“Kalau begitu silahkan saja datang ke markaz.”
Jangan begitu dibalasnya, nanti bener dia
datang ke markaz, bisa kacau nanti. Kita diam saja, bilang saja saya minta maaf
kalau ada yang salah. Nanti kalau dia sudah diam baru ajak ngomong baik-baik,
kita tegur baik-baik. Bicara saja biasa seperti tidak ada apa-apa, dan seperti
tidak terjadi apa-apa. Jangan baru tenang, kita tekuk muka kita atau seperti
muka yang nahan marah, jangan begitu. Biasa saja seperti tidak ada kejadian
saja, bicara saja baik-baik. Ketika istri marah ini anggap saja sedang marah
sama setan, kalau dia sudah reda baru kitanya yang bicara baik-baik sama dia.
Biasanya kalau istri sudah reda bicaranya berarti setannya sudah kabur, jadi
jangan dipancing lagi. Kita maafkan saja langsung dari hati ketika istri kita
sedang memarahi kita. Jadi kalau istri marah :
- Diam saja dan dengarkan baik-baik, tidak usah dibalas ucapannya, minta maaf saja kalau ada salah. Jangan kita acuhkan dia seperti angin lalu, tapi kita dengarkan baik-baik, sekali-kali kita benarkan ucapannya.
- Ketika sedang dimarahin, kita maafkan saja istri kita dari dalam hati kita, atas segala omelannya dan kekurangannya.
- Kita dzikir dan tawajjuh saja kepada Allah ketika sedang dimarahin
- Ketika reda, kita biasa saja seperti tidak terjadi apa-apa. Kita bicara baik-baik, bahkan kita puji dia atas khidmatnya dan kebaikan-kebaikannya yang lain.
- Diwaktu malam kita berdoa menangis memohonkan ampun untuk istri kita dan memohonkan hidayah untuk istri kita.
Seperti inilah yang seharusnya kita lakukan
dirumah kita ketika sedang menghadapi istri kita yang sedang
marah-marah.
3. Hidupkan Taklim Rumah
Azas dari kerja masturot ini adalah taklim
rumah. Taklim mulai dari diri kita sendiri, satukan waktu dan tempat, usahakan
istiqomah di waktu yang sama dan tempat yang sama. Kita dudukkan istri dan anak
kita dalam taklim, kalau mereka belum mau duduk, tidak masalah, tidak usah
marah-marah kitanya. Kalau mau duduk alhamdullillah, kalau belum mau duduk kita
bersabar saja tidak usah marah, kita mulai dari yang mau saja, baik dari istri
ataupun anak kita. Terus saja kita buat amalan, kalau amal kita diterima oleh
Allah Swt, insya allah suatu saat nanti mereka akan ikut juga. Banyak dari
laporan-laporan juga awal-awalnya istri tidak mau, diajak taklim, malah lari ke
dapur, langsung menyibukkan diri di dapur. Tidak masalah, masih mending ke dapur
larinya, daripada kepasar. Namun lama-lama dia masuk kamar, tiduran di kamar,
tidak apa-apa, kencengin saja suaranya sedikit agar taklimnya bisa terdengar di
kamar. Nanti lama-kelamaan dia akan mulai penasaran, lalu mulai duduk sama kita
taklim. Maka ketika ini, kita harus surprise, tunjukkan muka gembira kita,
jangan malah bilang, “Kok tumben mau gabung ?” jangan begitu, nanti tersinggung
dia. Jadi ketika dia gabung dalam taklim, ucapkan saja alhamdullillah dalam
hati, dan muka senang, cukup itu saja, jangan tunjukkan kita heran.
Taklim rumah 2 bagian :
- Taklim Kitab yaitu Fadhilah Amal
- Mudzakaroh 6 sifat
Mulai taklim dari kita lalu dimusyawarahkan
untuk bergantian dengan istri. Target awal adalah hafal point-pointnya saja.
Seiring waktu kita tambah dengan uraiannya minimal dari maksud tujuan, fadhilah,
sampai cara mendapatkannya. Gantian minta mereka juga menerangkan setelah hafal,
lalu ketika kita yang menerangkan kita jelaskan secara komplit.
Maulana Saad katakan :
“Mengapa kita bacakan enam sifat setiap hari,
ini agar ada pembicaraan setiap hari yang diulang-ulang, sehingga enam sifat ini
masuk kedalam diri kita.”
Jadi kita harus punya niat yang benar dan
target yang benar dalam membuat amal, bukan hanya sekedar formalitas. Bukan
sekedar buat taklim menunaikan tugas saja tanpa fikir dan target. Kalau kita
baca taklim harus kita perhatian kata demi kata, dan dibaca dengan tawajjuh.
Kita bebaskan waktu taklim itu dari hal-hal yang mengganggu perhatian atau
konsentrasi kita dari taklim. Misalnya suara-suara di rumah kita yang bisa
mengganggu dari radio, tv, dan lain-lain. Kita Targhib tentang pentingnya
tawajjuh dalam taklim. Bahkan anak balita sekalipun dapat kita dudukkan juga
dalam taklim, karena dalam taklim ini akan mendatangkan rahmat, berkah, dan
sakinah. Anak kita walaupun tidak mengerti tapi dia akan tersuasanai karena
suasana taklim ini suasana berkumpulnya para malaikat. Ini bukan karena dia
mengerti atau tidak mengerti, tapi kita mau mengambil manfaat atau fadhilah
daripada taklim itu sendiri untuk anak-anak kita. Jadi berkat majelis taklim
ini, maka anak kita akan terbiasa dengan suasana malaikat dan suasana
rahmat.
Adapun Halaqoh Tajwid bukan di waktu yang sama
ataupun bagian dari rentetan dari taklim kitab dan mudzakaroh 6 sifat. Tetapi
dalam waktu yang lain, itupun tidak setiap hari, hanya ketika diperlukan saja.
Halaqoh Tajwid juga merupakan suatu program yang penting, ini karena targetnya
supaya menjadikan istri kita dan anak-anak kita bacaan qurannya benar minimal
dalam sholat. Bagaimana Makhroj dan tajwid dari bacaan quran kita, istri, dan
anak-anak kita menjadi baik dan makin betul. Ada pertanyaan :
“Lalu bagaimana jika saya belum fasih bacaan
qur’annya ?”
Inilah makanya kita harus belajar terlebih
dahulu kepada ustdaz agar kita bisa membimbing bacaan quran istri dan anak kita.
Bukannya karena tkita tidak bisa, akhirnya panggil ustadz dateng ke rumah untuk
ajarkan istri kita, tidak betul itu. Ataupun sebaliknya, kita suruh istri kita
ke tempat ustadz untuk belajar tajwid. Kita sendiri yang belajar pada ustadz,
pulang kerumah kita ajarkan istri dan anak-anak kita. Untuk jadi hafidz tentunya
kita tidak bisa, tapi bisa kita kirimkan anak kita ke pesantren hafidz ketika
anak kita sudah lebih dari umur 12 tahun. Sebelum 12 tahun madrasahnya ini
fokusnya harus dirumah kita. Banyak anak-anak karkun ini karena orang tuanya
terlalu bersemangat ingin anaknya jadi hafidz, baru berumur 4 – 5 tahun sudah dikirim ke pesantren, ini
tidak betul. Masyeikh kita beritahu, anak-anak ini belajar agama pintunya
pertama kali adalah dari rumah kita sendiri, kita jadi ustadz, dan ibunya jadi
ustadzah di rumah. Ajarkan istri sebagai ustadzah di rumah, kita fungsikan istri
kita sebagai pengajar dirumah bagi anak-anak kita. Dari mana ilmu istri ini ya
dari suami, kita ajarkan kepada istri, lalu istri mengajarkan kepada
anak-anak.
Hari ini kita salah kaprah, karena tidak bisa
mengajarkan anak, maka kita kirim saja ke pesantren, sepertinya kita melemparkan
tanggung jawab. Bukannya kita melarang anak kita masuk pesantren, tetapi
tertibnya begitu. Rumah kita harus menjadi madrasah bagi anak-anak. Nanti
setelah 12 tahun di didik sama kita sebagai orang tua, qurannya sudah baik,
akhlaqnya sudah baik, agamanya juga sudah baik, 6 sifat sudah paham, baru
dipertimbangkan mau ngirim anak kita kemana. Jadi anak 12 tahun ini perkiraannya
setelah tamat SD, mau kita kirim kemana. Maka yang pertama harus kita perhatikan
setelah dia tamat SD ini atau setelah dia 12 tahun, mau si anak ini bagaimana
dan potensi dia bagaimana? ini penting untuk diperhatikan. Kadang kita pingin
semua anak ini masuk pesantren semua. Kita bukan melarang orang tua mengirim
anak ke pesantren, tetapi tidak juga harus dikirim semua anak ke pesantren. Ini
sangat penting karena menyangkut pendidikan anak dan kemana arah pendidikan anak
ini di masa yang akan datang. Jadi selain diajarkan agama kepada anak, maka
kasih sayang kepada anakpun juga sangat penting untuk tercukupi. Kasih sayang
orang tua daripada ibu dan bapaknya ini lebih penting daripada ilmu.
Tidak
sedikit kita mendapatkan laporan dari pesantren-pesantren, anak-anak yang
dikirimkan kesana menjadi anak-anak yang bandel. Kenapa ini bisa terjadi ? si
anak berontak karena kurang mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya. Biasanya
di pesantren, bukan ustadznya yang turun langsung, tapi diberikan kepada
santri-santri yang senior untuk mengurusi anak yang bandel ini. Bagaimana dia
bisa merasakan kasih sayang ? beda jika perhatian dan kasih sayang itu, kita
dapatkan dari orang tua sendiri bukan dari orang lain sekalipun ustadznya
pesantren. Beda antara orang lain dan orang tua sendiri yang mengurus si anak
tersebut, ngurus makannya, ngurus pakainannya, tidak sama. Jadi jangan menyiksa
anak-anak kita, walaupun maksudnya baik dikirim ke pesantren, tapi belum
waktunya. Paling baik itu adalah pesantren di rumah kita, walaupun anak-anak
kita masih suka bermain, biarin saja, kasih waktu untuk bermain, nanti ada waktu
untuk belajar dan mengaji kepada kita. Ajarkan kepada mereka dasar-dasar agama
dari rukun iman, rukun islam, adab-adab, doa-doa, tata cara sholat,
dzikir-dzikir rutin, dan akhlaq.
Nanti setelah anak berumur 12 tahun, dilihat
bakat anak kita itu apa dan maunya bagaimana, minatnya apa ? apakah anak itu
potensinya menjurus kepada agama, karena dia seneng mengaji ? maka tanyakan
kepada si anak, “Apakah ananda mau masuk ke pesantren ?” kalau dia seneng dengan
tawarannya, maka kirim anak ke pesantren. Namun kalau anak tersebut minatnya
sekolah umum, maka kirim ke sekolah umum, jangan dipaksakan ke pesantren. Anak
mau ke sekolah umum, tapi kita paksakan ke pesantren, ini tidak munasib, tidak
sesuai. Anak sudah tika mau tapi dipaksakan, akhirnya si anak karena tidak mau
melawan orang tua, nurut juga pergi ke pesantren. Apa yang terjadi ? si anak
menjadi stress di pesantren, karena bertentangan dengan hati nuraninya. Kalau
kita ingin mengirim anak kita ke pesantren ada 3 syaratnya :
- Minat anak itu sendiri ingin menjadi ulama
- Persetujuan kedua orang tua, persetujuan bapak dan ibu.
- Nanti setelah belajar agama, jangan mengambil manfaat dunia dari ilmu agamanya.
Kalau ada persyaratan ini, sanggup kita, maka
kirim anak ke pesantren. Nanti kalau sudah biasa kita didik anak kita dengan
agama, maka kita akan tahu minatnya si anak ini kemana ? kita tidak harus
menjadikan anak kita ini ulama semua. Sebagian boleh jadi ulama, sebagian boleh
jadi pedagang, sebagaian boleh menjadi dokter, sebagian boleh menjadi engineer,
macam-macam profesi, tergantung minat dan bakatnya. Bahkan perbandingannya
antara ulama dan non ulama itu, yang ulama harus minoritas, dan yang lain
mayoritas. Bahkan dikalangan Sahabat RA, yang ulama itu hanya 6 atau 7 orang
saja dari 114.000 orang Sahabat RA, jadi yang ulama itu hanya sebagian kecil
saja, minoritas, tidak semuanya. Kalau anak-anak kita tidak ada bakat ke
pesantren lalu kita paksakan ke pesantren, maka si anak ini nanti akan menjadi
stress, lalu memberontak lari dari pesantren, akhirnya dunia tidak dapat dan
akheratpun tidak dapat. Jadi harus hati-hati dalam menentukan arah dan masa
depan anak kita. Kalau kurang paham, banyak kita bertanya kepada orang tua kita
dalam dakwah, ataupun kepada ulama-ulama di pesantren mengenai kondisi-kondisi
anak kita sebelum masuk ke pesantren. Begitulah arahan dari masyeikh kita dalam
mendidik anak.
Kita ingin anak kita minimal jadi
da’i, karena untuk
memasukkan agama ini tidak dengan pesantren saja, tetapi dengan kerja dakwah ini
maka agama akan masuk kedalam kehidupan kita. Untuk menjadi ulama ini bukan
Fardhu ‘Ain tetapi Fardhu
Kifayah, tetapi memasukkan agama ini adalah Fardhu ‘Ain. Wajib bagi setiap kita para orang
tua memasukkan agama kepada anak-anak, caranya dengan taklim rumah. Nanti kalau
dia sudah sekolah SMP atau sederajat, maka kita dorong dia untuk terjun kedalam
usaha dakwah. Usaha atas pelajar ini adalah tanggung jawab atas setiap individu
kita, setiap orang tua, dan setiap karkun. Ini karena setiap kita ada yang
mempunyai, anak, saudara, keponakan, yang berstatus sebagai pelajar. Mereka ini
harus kita perhatikan, karena kalau kita tidak perhatian sama mereka, maka nanti
akan diambil sama yang lain. Kita sendiri yang mengantar, dan kita sendiri yang
menemani satu hari saja dalam sebulan. Para masyeikh tidak menghendaki ada
penanggung jawab khusus atas pelajar dan mahasiswa, tapi yang masyeikh kehendaki
adalah pelajar dan mahasiswa ini adalah tanggung jawab daripada kita semua,
tanggung jawab semua karkun. Setiap darapada kita dan anak-anak kita mengambil
tanggung jawab atas kerja pelajar.
4. Keluar Masturot
Nanti setelah taklim kita mantap dan
istiqomah, yaitu ketika kita ada taklim jalan, ketika kita tidak dirumah taklim
tetap jalan, maka berikutnya kita taskil istri kita 3 hari pertama kali. Ketika
istri kita sudah tahu dan hafal 6 sifat, masail harian, adab-adab rumah, siap
dengan hijab yang sempurna, dan ada minat untuk keluar 3 hari baru kita aja
mereka keluar 3 hari masturot pertama kali. Jadi kalau istri kita belum mau,
maka jangan dipaksa, tertibnya tidak seperti itu, dan tidak boleh seperti itu.
Supaya paham, keluar 3 hari tapi dipaksa, bukan begitu caranya. Namun yang benar
adalah kita sendiri yang mengkondisikan agar istri ini siap untuk mau keluar 3
hari sehingga dari dia sendiri yang mau keluar bukan dari paksaan. Jangan
berpikir dengan dipaksakan keluar istri ini berharap akan ketularan dengan
masturot lain, tidak seperti itu, yang ada nanti malah istri kita merusak yang
lain asbab keterpaksaan dia. Suamilah yang bertanggung jawab untuk mempersiapkan
istrinya, dari ilmu dan hatinya, sampai tercetus dari istri kita sendiri, dia
yang mau keluar 3 hari, jadi bukan dengan paksaan. Kita kondisikan istri kita,
mudzakarohnya, hafalannya, masailnya, kemauannya, dan targhib-targhib berupa
kisah-kisah sahabiyah dan istri-istri para Nabi, sehingga istri bersemangat
untuk berangkat keluar masturot. Jadi yang paling penting adalah minat dari
istri keluar 3 hari, adapun hafalan mungkin istri kita sudah tua tidak mampu
untuk menghafal, tidak apa-apa. Kelayakan istri untuk keluar 3 hari pertama kali
haruslah dimulai dari minat yang kuat, itu dulu persyaratannya.
Tertibnya 3 hari pertama kali adalah 3 x 24
jam, bukannya berangkat jumat sore pulang minggu malam, dihitung 3 hari : jumat,
sabtu, minggu, bukan seperti itu, tetapi 3 x 24 jam. Di jakarta karena kesibukan
dan jam kerja kantor sehingga hanya bisa keluar jumat pulang kerja dan minggu
malam sudah pulang, tidak seperti ini. Namun perhitungan keluar 3 hari pertama
kali ini adalah 3 x 24 jam atau setara dengan 72 jam. Wabsyi dimana ? wabsyi
adalah dimana tempat bayan hidayah diberikan yaitu di rumah salah satu karkun
sehabis sholat subuh. Bayan hidayah dirumah karkun tersebut, lalu langsung
berangkat. Sasaran dari 3 hari tersebut yang paling baik adalah dari dalam
halaqoh, paling jauh adalah halaqoh tetangga. Perjalanan diperkirakan dengan
perhitungan bisa melakukan taklim pagi dengan sempurna yaitu jam 9 pagi. Maka
jarak tempuh diusahakan tidak lebih dari 30 menit atau sekitar 30 KM, agar
taklim pagi bisa sempurna dijalankan, dengan catatan jalannya tidak macet, tidak
ada hambatan, dan lain-lain. Wabsyi adalah hari senin pagi ditempat bayan
hidayah. Sedangkan 3 hari itu tidak dihitung nisab bagi yang laki-laki, jadi
yang laki-laki tetap keluar nisab 3 hari diwaktu yang berbeda. Kecuali untuk
pegawai yang sangat sulit untuk mendapatkan cuti, bagi mereka yang 3 hari
masturot itu sudah dihitung nisab. Ini adalah hasil keputusan musyawarah
indonesia dengan masyikh di Nizammuddin.
Selama 3 hari diusahakan program dapat dijalan
dengan baik dan tertib. Bahkan kalau bisa para suami sebelum bayan hidayah pagi
subuhnya, para suami sudah harus memberikan bayan hidayah terlebih dahulu kepada
istri masing-masing biar lebih mateng acara dan kesiapannya, nanti disempurnakan
dengan bayan hidayah besok subuh dengan rombongan. Jangan mentah-mentah kita
serahkan kepada yang memberikan bayan hidayah keesokan harinya, karena
penyampaiannya tidak akan sama, kalu kita yang lakukan terlebih dahulu secara
informal, ini lebih baik. Bukan hanya untuk 3 hari tapi juga untuk 40 hari, 2
bulan dan seterusnya.
5. Ajak untuk Nusroh Jemaah
Masturot
Sebelum kita pergi ke tempat jemaah maka kita
harus beri bayan hidayah kepada istri apa yang boleh dibicarakan disana dan apa
yang tidak boleh di bicarakan. Di ingatkan kepada istri kita, karena banyak
orang-orang lama yang nusroh tapi ngomongnya gak tertib, sehingga orang-orang
baru ini terheran-heran, dari bingung sampai ketakutan asbab pembicaraan yang
tidak tertib. Di jakarta banyak istri-istri orang lama ini ketika nusroh malah
membicarakan masalah rumah tangga, mujahddahnya hidup sama karkun, masalah
anak, masalah ekonomi, masalah keduniaan, macam-macam yang tidak berhubungan
dengan kerja dakwah. Sehingga orang-orang baru ini jadi bingung bahkan ketakutan
mendengarnya, kok orang lama bicara-bicara yang demikian. Jadi ketika nusroh
kita beritahu kita hanya boleh bicara 6 sifat saja, mengenai ibadat, mengenai
taklim, mengenai dakwah, itupun kita tidak boleh mentarghib pancung mereka. Kita
ajak mereka untuk memberikan semangat kepada orang-orang yang baru keluar atau
kepada tamu-tamu, jangan membicarakan yang lain diluar program. Kalau tamu-tamu
kita misalnya orang-orang lama, maka kita usahakan kita mendapatkan manfaat dari
mereka berupa mudzakaroh-mudzakaroh dakwah, kargozari-kargozari dakwah,
nasehat-nasehat dakwah, pengalaman-pengalaman mereka dan lain-lain. Tetapi kalu
orang-orang baru, kita yang berikan pengalaman-pengalaman kita yang baik kepada
mereka, agar mereka tambah semangat dan bisa menjadi tambah baik lagi amalannya.
Sehingga suasana taklim akan semakin bagus karena semua orang saling
belajar.
6. Taklim Masturot
Mahalah
Persyaratannya adalah :
- Sudah hidup 5 amal
- Ada 3 pasang minimal 3 kali 3 hari
- Mampu mengendalikan program : bisa baca kita dengan baik dan menguraikannya
- Memahami betul tertib daripada taklim masturot
Ini boleh mengadakan taklim masturot mahalah.
Kirim data tersebut ke markaz untuk mendapatkan persetujuan taklim mahalah.
Syarat dari taklim mahalah ini para penanggung jawab markaz daerah harus sudah
paham betul tata cara membuat taklim masturot sehingga bisa memberikan arahan
yang betul. Program daripada taklim mahalah di bicarakan didalam musyawarah
harian oleh rijal di mahalah tersebut. Apa yang dimusyawarahkan :
- Rumah Siapa ? ini harus rumah yang sudah pernah keluar minimal 1 kali 3 hari. Dan orang rumah itu senang dengan program, jangan sampai suami suka tetapi istri tidak senang maka jangan disitu taklimnya. Istrinya ada sifat mahabbah kepada tamu-tamu yang datang.
- Siapa yang Istiqbal ? Istiqbal yang paling baik adalah tuan rumah atau boleh dari orang yang akrab dengan tuan rumah
- Siapa yang baca Kitab ? Boleh ditentukan satu orangBoleh dibagi-bagi tapi ditentukan dalam musyawarah
- Siapa yang memberikan Mudzakaroh 6 Sifat ? Harus yang sudah pernah keluar, yang lebih tua usianya, dan yang lancar dalam menguraikan. Cukup satu orang saja ditentukan, bukan giliran mudzakarohnya. Walaupun ada ustadzah tapi dia belum keluar jangan ditugasi.
Lamanya taklim mahalah ini 2 jam saja jangan
lebih : 1 jam taklim kitab + 1 jam mudzakaroh 6 sifat atau 1.5 jam taklim kitab
+ 30 menit mudzakaroh 6 sifat. Setiap satu bulan sekali atau satu bulan setengah
sekali boleh ada bayan, namun siapa yang memberikan bayan jangan diumumkan atau
jangan diberi tahu. Taskilnya 2 saja :
- Mengeluarkan suaminya keluar di jalan Allah
- Hidupkan taklim rumah
Siapa saja boleh datang ke taklim masturot,
jangan di tegor kalau pakaiannya tidak sempurna biarkan saja, karena ini hanya
di kamar ruangan saja. Biasanya ibu-ibu kalau sudah sekali datang besoknya
pingin datang lagi, sudah berubah penampilannya. Dalam taklim tidak ada jamuan
makan, selepas program terus pulang tidak ada ngobrol-ngobrol sehingga nur
kalamullah dan nur sabda rasullullah masih ada dalam hati. Jangan sampai selesai
taklim ngobrol-ngobrol kelamaan akhirnya jadi gosip sehingga nur taklim ini
hilang. Walaupun sudah taklim 10 tahun, tapi kita malah gosip di tempat taklim,
maka tidak akan ada kesan berbekas dari taklim itu.
Insya Allah kita niat amalkan.